Tiga Sikap yang Harus Dijauhi - Tinta Media

Kamis, 28 Desember 2023

Tiga Sikap yang Harus Dijauhi



Tinta Media - Sobat. Mengeluh pada orang lain atas nasib buruk yang menimpa termasuk pertanda tidak terima dengan ketetapan Allah. Kita tidak diperkenankan mengeluh, kecuali kepada Allah. Mengeluh kepada-Nya diperbolehkan karena itu merupakan bentuk doa. 

Sobat. Diriwayatkan baginda Rasulullah pernah bersabda :

1. Siapa yang pada pagi harinya mengeluh kesulitan hidup maka dia sama dengan mengeluhkan Tuhannya. 

2. Siapa yang pada pagi harinya bersedih karena urusan dunia maka dia pada pagi  hari itu telah membenci ketetapan Allah SWT. 

3. Siapa yang merendahkan diri pada orang kaya karena kagum pada kekayaannya, sungguh telah hilang dua pertiga dari agamanya (ketaatannya) 

Sobat. Disebutkan dalam riwayat dari Abdullah bin Mas’ud ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Maukah kalian aku ajarkan beberapa kalimat yang diucapkan oleh Nabi Musa as. Ketika menyeberangi laut bersama kaumnya bani Israil?” Para sahabat menjawab, “ Tentu mau ya Rasulullah.”  Beliau berkata, Ucapkanlah, “ Allahumma lakal hamdu wa ilaikal musytakaa wa antal musta’aanu  wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adhiimi.” 

“Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu dan hanya kepada-Mu kami mengadu, Engkaulah Zat yang paling berhak dimintai pertolongan. Tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah yang Mahatinggi, Maha Agung.” 

Doa di atas bisa ditambahkan, “wa nasta’iynuka ‘ala  fasaadin fiinaa wa nas’aluka sholaaha amrinaa kullihi.”  

“Kami memohon pertolongan kepada-Mu dari segala bencana kerusakan yang menimpa dan kami memohon kepada-Mu kebaikan dalam segala urusan.” 

Sikap kedua yang harus dijauhi, orang yang sedih karena urusan dunia berarti marah kepada Allah SWT. Dia tidak ridha atas ketetapan-Nya dan tidak sabar atas cobaan yang diterima. Dia tidak beriman kepada takdir-Nya karena setiap kejadian di dunia ini sesungguhnya berdasarkan qadha dan qadar Allah SWT. 

Sobat. Pemulihan terhadap orang itu harus berdasarkan kebaikan akhlak dan keilmuannya, bukan karena harta yang dimilikinya. Orang yang memuliakan harta di atas segala-nya, berarti dia telah menghinakan ilmu dan akhlak mulia. 

Sobat. Syeikh Abdul Qadir al-Jailani rahimahullah pernah mengatakan dalam nasehatnya, “ Seluruh sikap dan tingkah laku  seorang mukmin itu harus mencerminkan tiga hal, yakni menaati perintah Allah, meninggalkan larangan Allah, atau menerima ketetapan Allah. Sesederhana apa pun sikap dan tingkah lakunya, minimal mencerminkan satu dari tiga hal tersebut. Oleh sebab itu, hati harus selalu dijaga untuk menetapi tiga hal tersebut, menasihati diri sendiri untuk menjalankannya, serta mengarahkan seluruh anggota tubuh dalam segala sikap dan tingkahnya ke dalam tiga hal tersebut.” 

Sobat. Ada tiga hal pokok dalam kehidupan : Pertama. Dari sekian banyak nikmat dunia, cukuplah Islam sebagai nikmat bagimu. Kedua. Dari sekian banyak kesibukan, cukuplah ketaatan sebagai kesibukan bagimu. Ketiga. Dari sekian banyak pelajaran, cukuplah kematian sebagai pelajaran bagimu. Sesungguhnya nikmat terbesar yang Allah SWT berikan pada hamba-Nya adalah penciptaan mereka dari tiada menjadi ada dan membebaskan mereka dari kekufuran menuju cahaya Islam. 

Sobat. Seorang muslim akan mendedikasikan hidupnya untuk terus beribadah kepada Allah sampai akhir hayatnya. Dia sudah berjanji kepada Allah untuk terus berjuang demi tegaknya panji-panji Allah di muka bumi. 

Allah SWT berfirman : 

مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ رِجَالٞ صَدَقُواْ مَا عَٰهَدُواْ ٱللَّهَ عَلَيۡهِۖ فَمِنۡهُم مَّن قَضَىٰ نَحۡبَهُۥ وَمِنۡهُم مَّن يَنتَظِرُۖ وَمَا بَدَّلُواْ تَبۡدِيلٗا  

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya),” ( QS. Al-Ahzab (33) : 23 ) 

Sobat. Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, at- Tirmidzi, an-Nasa'i, dan imam-imam hadis yang lain dari sahabat Anas, ia berkata, "Pamanku Anas bin an-Nadhar, tidak ikut Perang Badar, maka ia merasa sedih dan kecewa. Ia berkata, 'Aku tidak hadir pada peperangan yang pertama kali diikuti Rasulullah saw. Sesungguhnya jika Allah memberikan kesempatan kepadaku mengikuti peperangan bersama Rasulullah sesudah ini, tentulah Allah Taala akan melihat apa yang akan aku lakukan. Maka pamanku dapat ikut serta dalam Perang Uhud. Dalam perjalanan menuju Uhud, pamanku bertemu dengan Sa'ad bin Mu'adh, dan Sa'ad bertanya kepadanya, 'Hai Abu 'Amr, hendak ke manakah engkau? Pamanku menjawab, 'Mencari bau surga yang akan aku peroleh di Perang Uhud nanti. Maka pamanku terus ke Uhud dan gugur sebagai syuhada di sana. Pada tubuhnya terdapat kira-kira 80 bekas pukulan, tusukan tombak, dan lubang anak panah." Maka turunlah ayat ini. 

Allah menerangkan bahwa di antara kaum Muslimin yang benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ada orang-orang yang menepati janjinya. Mereka telah berjuang dengan seluruh jiwa dan hartanya, di antara mereka ada yang mati syahid di Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, dan peperangan-peperangan lainnya, sedang sebagian yang lain ada yang menunggu-nunggu dipanjangkan umurnya, menunggu ketetapan Allah Yang Maha Esa. Orang-orang yang masih hidup ini, sekali-kali tidak akan berubah janjinya kepada Allah, akan tetap ditepatinya janjinya selama hayat dikandung badan. 

Dalam Tafsir al-Kasysyaf dijelaskan bahwa beberapa orang sahabat ada yang bernazar: jika mereka ikut perang bersama Rasulullah, mereka tidak akan mundur dan tetap bertahan sampai gugur sebagai syuhada. Di antara sahabat yang berjanji itu ialah Usman bin Affan, thalhah bin 'Ubaidillah, Sa'id bin Zaid, hamzah, Mush'ab bin 'Umair, dan sahabat-sahabat yang lain. 

لِّيَجۡزِيَ ٱللَّهُ ٱلصَّٰدِقِينَ بِصِدۡقِهِمۡ وَيُعَذِّبَ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ إِن شَآءَ أَوۡ يَتُوبَ عَلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورٗا رَّحِيمٗا 

“Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS. Al-Ahzab (33) : 24 ) 

Sobat. Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa sebab adanya ujian dan cobaan bagi orang-orang yang beriman ialah untuk membedakan yang jelek dengan yang baik, yang benar-benar beriman dengan yang kafir. Ujian ini juga bertujuan untuk menyatakan dan menampakkan apa yang berada dalam hati mereka yang sebenarnya. Dalam hal ini, Allah berfirman:

Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu. (Muhammad/47: 31) 

Dan firman Allah:
Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik. (ali 'Imran/3: 179) 

Kemudian setelah jelas keadaan mereka, maka Allah memberi pahala kepada orang-orang yang benar-benar menepati janjinya, dan mengazab orang-orang munafik yang tidak menepati janjinya. Sekalipun demikian pintu tobat masih terbuka bagi orang-orang munafik itu, yaitu jika mereka beriman, menepati janjinya dan mengerjakan amal saleh. Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah diperbuatnya dahulu. 

Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan kepada hamba-hamba-Nya bahwa Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, menghapus segala dosa orang-orang yang benar-benar bertobat, seakan-akan dosa itu tidak pernah diperbuatnya. Dari ayat ini dipahami bahwa pintu tobat itu selalu terbuka, bagi setiap hamba yang melakukannya. Oleh karena itu, hendaklah kaum Muslimin selalu melakukannya. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku The Power of Spirituality. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :