Tinta Media - Perundungan dan kekerasan di antara sesama teman sekolah masih saja terus terjadi, tidak sedikit kasus yang berulang di berbagai sekolah negeri. Baik itu sekolah dasar, menengah, ataupun sekolah menengah atas, juga di Perguruan tinggi. Dan ini hal yang lumrah terjadi dalam sistem kapitalis. Ketika kebebasan berekspresi menjadi salah satu pendukung terkuatnya.
Seperti yang terjadi di Medan, polisi akhirnya menangkap satu orang lagi pelaku bullying dan penganiayaan terhadap siswa MAN 1 Medan, berinisial MH 14 th. Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Teuku Fatir Mustafa, mengatakan, pelaku yang diamankan ini bernama Ahmad, seorang mahasiswa. Satu pelaku lagi sudah kita amankan, namanya Ahmad (mahasiswa), kata Fatir kepada Tribune Medan, Selasa 28/11/2023.
Petugas telah mengamankan dua orang pelaku, sebelumnya polisi juga telah menangkap pelaku berinisial MAS (14th) yang merupakan teman sekolah korban. Jadi total pelaku ada empat orang, status nya semua tersangka. Dan polisi masih mengejar dua pelaku lainnya.
Dosa Besar Pendidikan
Dari berbagai kasus bullying yang terjadi, seharusnya membuka mata kita bahwa ini bukan sekedar kasus biasa, tapi ini sudah menjadi kasus atau kejadian luar biasa, apalagi kasus bullying ini sampai memakan korban, seperti yang terjadi pada siswa Sekolah Dasar di bekasi, berinisial F (12), yang menjadi korban bullying hingga meninggal.
Kementerian PPPA yang diwakili plt Asisten Deputi bidang pelayanan anak yang memerlukan perlindungan khusus ( AMPK ), Atwirlany Ritonga, beserta staf turut melayat ke rumah duka. Dan memberikan penguatan kepada orang tua dan keluarga besar yang ditinggalkan, (Jumat , 8/12/2023).
Miris, kita menyekolahkan anak kita supaya mendapatkan pendidikan, bukan untuk menjadi korban ataupun pelaku dari perundungan atau bullying, namun kenyataannya saat ini, anak tidak mendapatkan tempat yang aman baik itu di sekolah ataupun lingkungan sekitar rumah.
Meskipun sudah dibentuk satgas di berbagai satuan pendidikan, nyatanya hingga saat ini kasus bullying belum berhenti, layanan sahabat perempuan dan anak (SAPA 129) adalah salah satu upaya yang di lakukan oleh lembaga satuan Pendidikan, yang melakukan pendampingan terhadap korban dan keluarganya, juga melakukan koordinasi dengan polres setempat, untuk memastikan proses hukum terus berjalan.
Mengapa Masih Terjadi?
Hal ini menunjukkan adanya kesalahan cara pandang kehidupan, dan akar masalah persoalan, cara pandang hidup saat ini dipengaruhi oleh sistem yang jauh dari fitrah manusia sebagai seorang hamba, hamba yang diciptakan oleh sang Maha pengatur yaitu Allah SWT, saat ini diganti oleh cara pandang hidup dalam sistem tidak memanusiakan manusia, kebebasan berekspresi menjadi salah satu penunjangnya, seorang anak atau siswa-siswi mereka bebas melakukan hal apa pun yang mereka sukai meskipun melanggar aturan.
Faktor penunjang lain saat ini adalah gadget dan juga tayangan yang tidak mendidik, yang menjadi tuntunan, mereka bisa meniru dan mengakses video-video kekerasan yang di perankan dalam game online, yang sangat mempengaruhi mindset anak, emosi yang tidak terkontrol dan siapa saja yang ada di sekitarnya bisa menjadi sasaran pelampiasannya. Termasuk kepada teman yang dianggap lemah dan tak berdaya.
Dan yang lebih parah lagi, kesenjangan di antara murid lama dan murid baru seakan menjadi rantai bullying yang tidak pernah putus di sekolah, mereka siswa senior bebas melakukan apa pun terhadap juniornya, termasuk melakukan tindakan kekerasan fatal, dan itu akan di lakukan oleh siswa yang mendapatkan hal tersebut kepada siswa baru ke bawah nya. Inilah yang seharusnya diputus, peran sekolah, guru dan orang tua harus menghentikan kebiasaan buruk yang terjadi di lingkungan sekolah. Juga penerapan sanksi tegas yang di lakukan pihak sekolah yang masih membiarkan hal tersebut terus terjadi.
Buruknya Sistem Pendidikan Sekuler
Sekularisme merupakan faktor yang menyebabkan rusaknya generasi, akidah yang seharusnya menjadi pokok dan pembentukan karakter tidak diterapkan, saat ini agama hanya di jadikan sebagai aktivitas ritual saja, yang mengatur hubungan antara dirinya dan Tuhan-nya, sedangkan kehidupan lainnya tidak diatur.
Sistem pendidikan saat ini hanya berupa transfer ilmu, anak tidak diberikan pendidikan akidah yang menjadi pondasi pokok, output pendidikan hanya pada lulusan akademis yang bisa menghasilkan uang, bukan pada pendidikan karakter yang memanusiakan manusia, dan peduli terhadap sesama, generasi semacam ini banyak di temukan dalam sistem saat ini. Bahkan mereka tidak mengetahui tujuan mereka hidup dan di ciptakan oleh Allah SWT.
Pendidikan Islam yang Terbaik
Sedangkan pendidikan di dalam Islam, Islam memiliki sistem pendidikan terbaik, berasaskan akidah Islam, akidah merupakan pondasi yang di bangun sejak dini, mereka di ajak untuk mengenali dirinya sendiri, untuk apa dia hidup dan akan kemana setelah kehidupan, yang meyakini adanya hari pembalasan.
Dengan keyakinan tersebut maka akan mencegah adanya kejahatan, karena mereka yakin bahwa setiap perbuatan akan di hisab dan di minta pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Dengan demikian segala bentuk perbuatan baik itu perundungan atau bullying tidak akan terjadi, karena negara pun akan senantiasa mengawasi dan menindak setiap pelanggaran yang di lakukan oleh siapa pun baik itu pelajar, mahasiswa ataupun masyarakat umum. Dan semua itu bisa terwujud hanya di dalam sistem Islam, yaitu Islam yang di terapkan dalam sebuah negara yaitu khilafah a'laa minhajjin nubuwwah.
Wallahu'alam bishowab
Oleh : Ummu Ghifa
Sahabat Tinta Media