Tinta Media - Dilansir oleh media kompas 1/12/2023 "pengemis elite" telah diamankan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Ponorogo Jawa Timur.
Mengapa disebut pengemis elite? Pasalnya, ditemukan kunci hotel yang terkategori bukan hotel ecek-ecek di dalam tas pengemis tersebut. Diakui bahwa dalam seminggu ini pengemis tersebut menginap di salah satu hotel tengah kota. Pengemis tersebut berasal dari kabupaten Jombang dan sengaja datang ke Ponorogo mengendarai bus dengan tujuan mengemis.
Tidak hal yang baru sebenarnya berita semacam ini, karena pada bulan Agustus lalu, di Bogor juga ditemukan pengemis yang di sakunya ditemukan uang sebesar 50 juta. Ini hanya yang terkuak di media yang tidak menutup kemungkinan bahwa masih ada banyak lagi yang lainya.
Demokrasi Liberal Meniscayakan Adanya Pengemis
Pengemis bisa menjadi peluang dalam mencari cuan dalam sistem demokrasi liberal. Baik online maupun offline, baik kaya atau miskin. Sebab dalam demokrasi liberal yang mengagungkan kebebasan berperilaku, termasuk bagaimana mencari uang. Dengan jalan apa pun asalkan dapat uang yang menjanjikan maka tidak akan lagi banyak pertimbangan. Harga diri, rasa malu, apalagi landasan keimanan dalam setiap tindakan sudah dihempaskan.
Maka ketika tertangkap Satpol PP, direhabilitasi ataupun dikembalikan ke keluarga tidak akan mampu menghentikan jiwa meminta-mintanya. Kerjaan tanpa berpikir, tanpa berkantor, tanpa modal namun hasilnya menjanjikan.
Islam Solusi Tuntas
Islam mengatur segala aspek kehidupan, karena Islam adalah agama yang sempurna. Termasuk bagaimana menangani saat terjadi manusia pemalas yang memandang pengemis sebagai peluang kerja.
Ingatlah dengan kisah yang diceritakan oleh Anas Bin Malik, bahwa suatu ketika ada seorang pengemis datangi Rasulullah, pengemis tersebut dari kalangan Anshar. Rasulullah bertanya pada pengemis "apakah kamu memiliki sesuatu di rumahmu?" pengemis itu menjawab "tentu, di rumahku ada baju yang sehari-hari kami pakai juga punya sebuah cangkir" lalu Rasulullah berkata "ambillah dan serahkan padaku" maka pengemis menyerahkannya kepada Rasulullah, kemudian beliau menawarkan pada para sahabat. Sahabat pun ada yang menawar satu dirham. Kemudian Rasulullah menawarkan kembali "adakah di antara kalian yang membayar lebih?" lalu ada sahabat yang mau membayar dengan dua dirham.
Setelah mendapatkan uang dua dirham dari penjualan barang tadi maka Rasulullah menyuruh pengemis untuk membelanjakan makanan untuk keperluan keluarganya dan sisanya untuk membeli kapak. Lalu dengan kapak itu Rasulullah menyuruhnya untuk mencari kayu bakar lalu menjual kayu tersebut ke pasar dan tidak boleh menemui Rasul selama 2 pekan.
Pengemis itu mengikuti yang disarankan Rasulullah, maka setelah dua pekan pengemis menemui Rasulullah dengan membawa uang hasil jualan kayu sebanyak 10 dirham.
Kemudian Rasulullah meminta pengemis tersebut membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya seraya bersabda "Hal ini lebih baik bagimu, karena meminta-minta akan membuat noda di wajahmu di akhirat kelak. dan tidak layak bagi seorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal yaitu fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu apa pun, orang yang memiliki hutang dan tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat seseorang tidak bisa berusaha (HR. Abu Daud).
Dari sini banyak ibrah yang bisa kita petik untuk menyelesaikan kasus pengemis di negara ini. Pertama, negara wajib menanamkan akidah Islam pada rakyatnya sehingga standar dalam berbuat adalah aturan Islam. Dengan begitu tidak akan ada kaya namun meminta-minta.
Kedua, negara wajib menerapkan aturan Islam di segala lini kehidupan. Termasuk dalam meriayah rakyatnya dengan sepenuh jiwa, disediakan lapangan kerja yang memadai untuk seluruh pemikul tanggung jawab nafkah, sedang bagi yang kurang cakap maka ada bimbingan, selain itu ada sistem perwalian dalam penanggung nafkah.
Ketiga, jika dengan poin satu dan dua sudah dijalankan maksimal dan sudah beberapa kali peringatan masih saja ada yang kaya namun menjadi pengemis maka negara wajib memberikan hukuman yang menjerakan.
Oleh: Lilik Solekah, SHI.
Ibu Peduli Generasi