PEMIMPIN ORISINIL - Tinta Media

Jumat, 22 Desember 2023

PEMIMPIN ORISINIL




.
Tinta Media - Hal menarik saat pilpres sekarang adalah politik pencitraan. Atau branding calon Presiden. Tidak salah memang, namun harus banyak diwaspadai. Jika sesuai dengan kesehariannya tidak masalah. Namun akan bermasalah jika apa yang dicitrakan jauh berbeda dengan kenyataan keseharian. Akhirnya tidak orisinil. 

Apa yang terjadi dengan keluarnya diksi "Ndasmu Etik" sepertinya menampak hal itu. Antara branding atau pencitraan jauh dari aslinya. Tersirat diksi kekesalan yang sangat sehingga muncul kata-kata "jorok" tersebut. Apalagi diksi tersebut keluar dalam forum internal. Forum bebas untuk berkata-kata vulgar. Berbeda dengan forum terbuka. 

Artinya bisa dipahami memang begitulah karakternya. Sebab, seseorang akan tampak wajah aslinya ketika berada dalam lingkungan internalnya. Sebab sudah di anggap teman-teman atau keluarga sendiri. Maka pembicaraannya pun akan bebas. Tanpa tedeng aling-aling lagi. Akan keluar karakter aslinya. 

Belum lagi pejabat yang dulu tidak berpihak pada rakyatnya saat ada tambang besar mengeruk lahan warganya. Baru setelah ramai turun tangan membela rakyat. Dan sekarang dicitrakan pembela wong cilik. 

Ini yang bahaya. Yang tampak di masyarakat itu bukan sikap dan karakter orisinilnya. Justru yang tampak adalah polesannya atau citranya. Bahkan polesannya itu tebal sekali sehingga membuat masyarakat tersamarkan wajah bopengnya. Sekali lagi rakyat disuguhi calon pemimpin yang tidak orisinil. 

Apa yang terjadi di rezim saat ini mengkonfirmasi semuanya. Yang dulu di kenal sederhana, tapi istrinya bergelamor barang-barang branded. Yang dulu dicitrakan membela rakyat, UU Omnibuslaw, kasus Rempang dll membuktikan itu omong kosong. Yang ada membela kepentingan oligarki. Termasuk soal IKN. Ternyata lahan-lahan yang akan di pakai bukanlah ruang kosong. Tapi milik konglomerat. Belum lagi bisnis-bisnis yang akan dikerjakan saat pelaksanaan proyek IKN, ternyata yang menikmati adalah para oligarki. 

Belum lagi yang dicitrakan tidak haus kekuasaan, namun isu 3 periode, ibu suri dan tragedi MK mengkonfirmasi ternyata rakus kekuasaan. Gila dunia. Dan masih banyak lagi. Masyarakat tertipu dengan citra atau olesan calon presiden. 

Ini berbeda dengan calon pemimpin dalam Islam. Calon-calon khalifah yang menjadi sumber hukum Islam, yakni khulafaur Rasyidin sangat jauh dari pencitraan atau branding. Mereka semua terpilih menjadi khalifah karena masyarakat tahu pribadi mereka. Orisinil memang orangnya baik dan berintegritas. Tidak polesan. 

Siapa yang tidak kenal Abu Bakar, Khalifah pertama. Beliau sahabat yang membela Islam dengan harta dan nyawanya. Selalu ikut berperang di medan laga bersama Rasulullah. Mewakafkan semua hartanya saat seruan perang di masa paceklik. Wajar jika masyarakat memilih Abu Bakar menjadi Khalifah pengganti Rasulullah. Masyarakat tahu orisinalitasnya. 

Begitu pun Umar. Masyarakat tahu orisinilitas Umar. Beliau mendapat julukan "Al Faruq". Pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Itu karena sikap tegas Beliau yang tidak kompromi dengan kebatilan. Langsung babat habis. Tidak peduli itu dilakukan oleh pejabat negara hatta oleh anaknya sendiri. Anaknya pernah di hukum cambuk karena kedapatan mabuk. 

Dan para khalifah selanjutnya. Mereka terpilih karena orisinalitas mereka yang tampak jelas dari kehidupan kesehariannya yang membela Islam, kebenaran dan kepeduliannya pada masyarakat. Oleh karenanya wajar jika saat memimpin benar-benar untuk membela Islam dan untuk menyejahterakan rakyatnya. Rakyat jadi tercukupi semua kebutuhan pokoknya. Bahkan gratis. 

Dalam Islam, calon pemimpin tidak laku pakai pencitraan dan polesan. Karena rekam jejaknya sudah jelas dan tampak dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh: Gus Uwik 
(Kritikus Peradaban)
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :