Para Pengungsi Rohingya, Mereka Saudara Seiman Kita - Tinta Media

Jumat, 08 Desember 2023

Para Pengungsi Rohingya, Mereka Saudara Seiman Kita

Tinta Media - Akhir-akhir ini, ramai sekali diperbincangkan terkait kedatangan para pengungsi dari Rohingya yang berlabuh di perairan Aceh. Sayangnya, kedatangan para pengungsi ini tidak sedikit mendapatkan penolakan dari berbagai pihak, bahkan ada sebagian yang mengajukan agar mereka (para pengungsi) dipulangkan lagi ke negara asalnya. Namun, tidak sedikit pula yang menyambut kedatangan mereka dengan baik. 

Sudah kita ketahui bersama bahwa pengungsi Rohingya merupakan korban dari konflik agama yang terjadi di negara asalnya. Mereka berusaha menyelamatkan diri ke luar negara demi menyelamatkan agama, dan jiwa mereka. Tidak tanggung-tanggung, jumlah pengungsi dikabarkan mencapai ratusan orang, bahkan bertambah menjadi ribuan orang.

Menurut sumber lokal, ada dua perahu yang berisi rombongan pengungsi Rohingya yang datang dan berlabuh di Pidie, Aceh. Perahu pertama datang pada tanggal (14/11/2023) dan membawa 194 pengungsi. Sedangkan keesokan harinya, yakni (15/11/2023), datang kembali perahu kedua yang berisi 147 pengungsi. Kabarnya, para pengungsi dari dua perahu tersebut diterima dengan baik oleh warga sekitar. Semua pengungsi saat ini sedang berada di tempat penampungan. 

Ternyata tidak berhenti sampai saat itu. Keesokan harinya, ada lagi rombongan pengungsi yang datang dan jumlahnya lebih banyak lagi, yakni mencapai ribuan, tepatnya sekitar 2487 orang. 

Kali ini mereka turun di daerah Bireun, Aceh. Informasi dari sumber Kredibel Amnesti menyebut bahwa penduduk setempat ikut memperbaiki kapal yang ditumpangi seraya menyediakan makanan bagi para penumpang. Sayangnya, kedatangan mereka ditolak oleh pihak setempat. Akhirnya, mereka pergi dan berusaha kembali lagi ke perairan Aceh Utara pada sore harinya. Namun, di sana mereka tetap kembali mengalami penolakan. Hingga pada hari Sabtu (18/11/2023), perahu pengungsi Rohingya pun masih terombang-ambing di tengah laut perairan Aceh. 

Usman Hamid, Direktur Eksklusif Amnesty Internasional Indonesia mengatakan bahwa ratusan nyawa berada dalam bahaya. Ia mendesak Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh untuk segera dan tanpa syarat menyelamatkan mereka (para pengungsi), menyediakan bantuan kemanusiaan, memberikan keselamatan dan tempat berlindung.
                                  
Desakkan dari Usman Hamid selaku Direktur Eksekutif Amnesti Internasional Indonesia kepada Pemerintah Pusat dan Daerah Aceh tersebut harus kita acungi jempol. Tindakan yang beliau lakukan merupakan tindakan yang benar dan harus kita dukung. Seharusnya, pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah Aceh memberikan pelayanan keamanan, serta melindungi keselamatan mereka. Mereka sudah susah payah lari menyelamatkan diri ke negara kita, apakah pantas, kedatangan mereka malah kita usir, atau bahkan memulangkannya kembali ke negeri asalnya yang mengancam jiwa mereka?        

Kita harus merasakan bahwa mereka itu tidak baik-baik saja di negaranya, sehingga meminta perlindungan ke negara kita. Apalagi, kita adalah negara yang mayoritas penduduknya muslim. Seharusnya, kita tergerak membantu dan melindungi keselamatan saudara seiman.
                
Apakah kita tega melihat mereka dalam bahaya, terombang-ambing di lautan, mencari perlindungan dan tempat yang aman, sementara kita sebenarnya mampu untuk menolong? Dibmana rasa kemanusiaan dan kasih sayang kita antarsesama? Apa karena mereka beda negara? 

Seharusnya, beda negara, suku bangsa, warna kulit, bahasa, ataupun perbedaan lainya tidak menjadi penghalang bagi kita dalam menolong sesama. Apalagi, mereka sangat-sangat membutuhkan kita.
     
Akan tetapi, sayangnya semenjak runtuhnya Khilafah Islam tahun 1924, dan diganti dengan sistem kapitalis sampai saat ini, Islam itu bak anak ayam yang kehilangan induk. Islam hanya sekadar agama yang tidak memiliki pelindung. Islam pun dibagi-bagi menjadi puluhan negara, dan dikotak-kotak atas nama nasionalisme sehingga hanya disibukkan dengan urusan negara masing-masing, seolah menutup mata dengan kondisi saudara seiman di luar negara.

Padahal, di dalam Islam, kaum muslimin bagaikan satu tubuh, yang tidak boleh ada sekat penghalang. Sejatinya, kaum muslimin sedunia itu satu dan bersatu. Jika ada salah satu yang merasakan sakit, maka satu dan yang lainya merasakan sakit pula. Seperti halnya yang dijelaskan dalam hadis,

"Perumpamaan sesama kaum mukminin dalam menjaga hubungan kasih sayang dan kebersamaan adalah seperti satu tubuh, jika satu anggota merasakan sakit, maka akan membuat seluruh tubuhnya merasakan demam (HR. Muslim).
                                     
Artinya, umat Islam sedunia membutuhkan pelindung yang dapat menjadi perisai umat, yang dapat menyatukan umat dalam satu kepemimpinan, yakni khilafah dalam bingkai daulah. Tanpa khilafah dan daulah, umat akan tetap tercerai-berai, tersekat-sekat, dan tidak memiki pelindung. Sudah saatnya kita kembali kepada Islam dan berjuang untuk tegaknya syariat Islam .... Allahuakbar. Wallahua'lam.

Oleh: Dedeh
Muslimah Bandung
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :