Marak Anak Bunuh Diri, Bukti Kapitalisme Mengancam Generasi - Tinta Media

Kamis, 14 Desember 2023

Marak Anak Bunuh Diri, Bukti Kapitalisme Mengancam Generasi



Tinta Media - Allah SWT berfirman yang artinya: "Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan cara melanggar hukum dan zalim, akan Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allah." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 29-30) 

Dari firman Allah SWT di atas jelas terkait larangan bunuh diri dan dengan tegas disebutkan bagi pelakunya akan ditempatkan di neraka. Bagi orang-orang yang beriman jelas bahwa neraka adalah seburuk-buruknya tempat kembali di akhirat kelak. Oleh karena itu, setiap orang beriman pasti berusaha menjauhi larangan Allah SWT agar terhindar dari neraka, salah satunya dengan cara menghindari bunuh diri. Namun sayangnya, saat ini bunuh diri justru menjadi perbuatan yang banyak dipilih sebagai solusi dari setiap problematika kehidupan yang dialami oleh seseorang. Dengan bunuh diri seolah masalah selesai. 

Bunuh diri bukan cuma dilakukan oleh orang dewasa yang memiliki banyak masalah. Akan tetapi, bunuh diri juga kerap dilakukan oleh anak-anak. Seperti yang dilakukan oleh seorang bocah di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan. Dia nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri diduga akibat dilarang bermain HP. Korban ditemukan tewas di dalam kamarnya pada Rabu, 22 November 2023. (Detik.com, 23/11/23) 

Kasus bunuh diri anak di Pekalongan bukanlah satu-satunya. Sebab, pemerintah mencatat, setidaknya ada 20 kasus bunuh diri yang dilakukan anak-anak sejak Januari 2023. Hal itu disampaikan Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Nahar. Ia mengatakan bahwa pelaku bunuh diri merupakan anak-anak yang berusia di bawah 18 tahun. Menurutnya,  mereka melakukan aksi bunuh diri kebanyakan disebabkan oleh depresi. (RRI.co.id, 11/11/23) 

Sungguh tragis, kasus bunuh diri pada anak merupakan problem serius yang menimpa generasi. Mengingat usia anak yang masih belia, maka kasus ini harus mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak. Harus diketahui dulu kenapa anak-anak bisa senekat itu. Harus pula dikaji ada apa dengan generasi saat ini sehingga mereka begitu rapuh hingga menjadikan bunuh diri sebagai pilihan untuk mengakhiri masalah yang sedang mereka hadapi? Hal ini menunjukkan betapa lemahnya mental mereka. Inilah hasil dari penerapan sistem Sekuler-Kapitalis. 

Ya, seperti diketahui bahwa Sekularisme telah memisahkan agama dari kehidupan. Pendidikan sekuler telah menjadikan agama hanya sebagai ibadah ritual yang tidak berhak mengatur kehidupan. Selain itu, Kapitalisme menjadikan anak didik yang lemah iman karena berorientasi pada manfaat dan keuntungan materi. Kapitalisme telah menjadikan anak didik hanya berorientasi pada kepuasan materi tanpa mempertimbangkan lagi halal haram. Mereka lupa dan mengabaikan bahwa setelah kehidupan akan ada hari pertanggungjawaban amal perbuatan, sehingga mereka menganggap kematian adalah akhir dari segalanya termasuk akhir dari masalah. 

Ditambah lagi sistem informasi saat ini yang mudah dan bebas diakses oleh siapa saja. Hal itu menyebabkan semua orang termasuk anak-anak dengan mudah memperoleh informasi terkait tata cara bunuh diri. Bahkan, tidak sedikit anak pelaku bunuh diri mendapatkan inspirasi dari media sosial maupun internet yang mereka akses. 

Kasus bunuh diri anak mulai menjadi fenomena di tengah masyarakat. Makin banyaknya kasus seperti ini juga menunjukkan ada kesalahan dalam tata kehidupan, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara. Oleh karena itu, harus diwujudkan tatanan yang benar dalam keluarga, masyarakat, dan negara. Jika sistem saat ini tak mampu mewujudkannya, maka sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sudah selayaknya menjadikan Islam sebagai pedoman dalam kehidupan. 

Islam memperhatikan tumbuh kembang anak dan menjaga kekuatan mental anak melalui pendidikan yang berkualitas dengan berlandaskan akidah Islam. Sistem pendidikan Islam melahirkan generasi hebat dalam berkarya dan kuat iman maupun mental. Kemudian, Islam juga mewajibkan pemimpin untuk memenuhi kebutuhan setiap individu rakyat, sehingga orang tua tidak akan hanya fokus bekerja mencari nafkah. Orang tua juga paham, bahwa kewajiban utamanya adalah mendidik anak-anak mereka. 

Dengan keimanan yang kuat hasil pendidikan keluarga dan formal, anak tidak akan melanggar larangan Allah. Anak yakin bahwa setiap perbuatannya akan diberi balasan setimpal kelak di akhirat. Tak heran, anak hasil pendidikan Islam akan selalu terikat dengan hukum syarak dan mempertimbangkan halal atau haram dalam berbuat. 

Setelah keimanan individu terwujud, maka akan terwujud pula kontrol kuat dalam masyarakat yang akan menerapkan amar makruf nahi mungkar. Setiap anggota masyarakat termasuk anak-anak akan paham bagaimana hukum berinteraksi, sehingga tidak akan terjadi perundungan baik verbal maupun nonverbal yang banyak menjadi penyebab seorang anak memilih bunuh diri. Dengan begitu, masyarakat akan mampu menjauhkan setiap individunya dari berbagai faktor yang menyebabkan bunuh diri. 

Tak hanya itu, negara punya peran vital dalam menjaga rakyat. Negara harus menjamin sistem informasi agar memberikan informasi yang tidak bertentangan dengan akidah Islam.   Mekanismenya tentu sesuai kebijakan dari pemimpin negara, yakni Khalifah. Baik Khalifah menunjuk polisi patroli digital maupun mekanisme lain yang tujuannya menjaga agar informasi yang diterima masyarakat adalah informasi yang benar. 

Dengan bersinerginya masyarakat dan negara dalam mewujudkan keamanan baik di dunia maya maupun nyata, maka dapat dipastikan keamanan anak-anak yang menjadi calon pemimpin negeri ini juga akan terwujud. Mereka tidak akan punya pilihan untuk bunuh diri, ataupun menyakiti diri sendiri dan orang lain. Wallahu a'lam. 

Oleh: Wida Nusaibah
Pemerhati Generasi Muda
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :