Tinta Media - Jalan merupakan fasilitas yang kenyamanannya sangat dibutuhkan masyarakat. Saat kondisi jalan baik dan aman, maka segala akses untuk memenuhi kebutuhan hidup menjadi mudah. Namun, jika kondisi jalan rusak parah, maka itu akan menjadi penghambat bagi jalannya roda kehidupan masyarakat.
Sebagaimana kerusakan jalan Sodong-Cilame, Desa Cilame, Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung yang dikeluhkan masyarakat. Kerusakan jalan tersebut dibiarkan parah tanpa mendapatkan perhatian pemerintah setempat dan Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Bandung.
Jalan Sodong-Cilame merupakan satu-satunya akses jalan penghubung Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Bandung Barat (KBB), sehingga jalan tersebut senantiasa hidup dengan lalu-lalang kendaraan bermotor. Kondisi jalan rusak parah tersebut sangat mengganggu kenyamanan dan keamanan para pemilik kendaraan, begitu pun dengan para pengguna jalan. Oleh sebab itu, masyarakat setempat melakukan perbaikan jalan dengan sistem swadaya dan iuran untuk menutup jalan berlubang dengan menggunakan batu beskos.
Padahal, jalan tersebut berstatus jalan kabupaten, yang menjadi poros penyambung antara Kabupaten Bandung dan KBB. Maka, perbaikannya menjadi tanggung jawab Pemkab Bandung melalui dinas terkait.
Namun, pemerintah desa berdalih bahwa jalan tersebut berstatus sebagai jalan kabupaten. Maka, pihaknya tidak bisa mengalokasikan anggaran untuk perbaikan jalan tersebut. Kendatipun seperti itu, masyarakat berharap kepada pemerintah provinsi atau pusat agar memberikan bantuan kepada pemerintah Kabupaten Bandung untuk memperbaiki jalan yang rusak parah.
Swadaya masyarakat dalam perbaikan jalan tentunya sangat kontradiktif dengan penjelasan tentang kemajuan signifikan yang dialami Kabupaten Bandung selama ini. Jalan adalah salah satu sarana prasarana yang sangat penting, yang menjadi penghubung antar wilayah. Jalan menjadi prasarana perputaran ekonomi suatu daerah, sehingga kenyamanan dan keamanannya sangat dibutuhkan. Bisa dibayangkan apabila kondisi jalan rusak berlubang parah, tentu hal itu akan mengancam keselamatan dan menimbulkan kecelakaan pengguna jalan.
Saat ini upaya perbaikan jalan terasa begitu lamban, bahkan sama sekali tak ada perbaikan. Seolah pemerintah tak peduli dengan keselamatan rakyat.
Lihat saja, hanya untuk mengatasi jalan yang rusak parah, pemerintah pusat dan daerah saling tuding, meributkan siapa yang bertanggung jawab untuk mengatasi. Padahal, kita sering mendengar pengalokasian dana yang besar, tetapi tidak untuk sesuatu yang urgent.
Swadaya masyarakat dalam memperbaiki jalan rusak ini menjadi salah satu bukti nyata bahwa kemajuan yang dimaksud hanyalah klaim semata, bukan nyata adanya. Karena itu, berharap solusi atas segala problematika yang terjadi di saat ini bagaikan jauh panggang dari api.
Inilah dunia kapitalis. Aturannya lahir dari rahim sekularisme, yakni memisahkan agama dari kehidupan, sehingga pelayanan kepada masyarakat hanya dimaknai sebagai manfaat dan sesuatu yang harus ada timbal balik secara materi. Aturannya dibuat sesuka hati dengan tolok ukur untung rugi. Maka, menjadi hal yang wajar jika saat ini masyarakat menanggung beban yang teramat berat.
Namun, berbeda halnya dengan sistem Islam, sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan dengan aturan yang berasal dari Sang Pencipta alam semesta, yakni Allah Swt. Islam adalah agama sempurna yang di dalamnya mengatur aspek kepemimpinan negara. Pemimpin dalam Islam bertanggung jawab untuk mengurusi urusan rakyat dan menjadi pelindung bagi mereka.
Pemimpin dalam Islam bertanggung jawab sepenuhnya dalam memenuhi sarana dan prasarana penghubung, seperti jalan dan jembatan. Pemimpinnya senantiasa bergerak cepat dalam merespon setiap kebutuhan warga. Jika ada wilayah atau daerah yang terkendala dana guna memenuhi kebutuhan warga, maka akan dibantu dari daerah lain yang surplus.
Negara senantiasa menjaga dengan ketat pengelolaan keuangan sehingga tidak ada celah dalam penyalahgunaan dana. Jika pun ada pelanggaran dalam mengemban amanah, maka negara akan memberikan sanksi yang tegas sesuai dengan syariat.
Pemimpin dalam sistem Islam akan senantiasa melayani masyarakat, baik muslim ataupun nonmuslim, tanpa memikirkan keuntungan pribadi atau kelompok tertentu saja. Semua mendapatkan perlakuan yang sama dan kesejahteraan yang merata. Maka jelas, hanya sistem Islamlah yang mampu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan umat seluruh alam. Terbukti selama 13 abad, Islam jaya menguasai dunia.
Wallahu'alam bishawaab.
Oleh: Tiktik maysaroh
(Aktivis Muslimah Bandung)