Tinta Media - Sobat, sering kali manusia merasa memiliki segala sesuatu. Merasa memiliki harta. Memiliki tanah, mobil, uang, emas dll. Merasa memiliki jabatan. Merasa memiliki kursi presiden, menteri, anggota DPR, gubernur, bupati, komisaris. Merasa memiliki ilmu. Jadi ulama, Profesor, ahli ini ahli itu dll. Pendek kata manusia merasa memiliki dunia ini.
Benarkah demikian?
Bisa benar bisa tidak! Lho kok bisa? Iya bisa lah!
Begini, jika manusia itu dikendalikan oleh apa yang dia miliki maka sebenarnya dialah yang dimiliki. Bukan dia yang memiliki.
Bagaimana itu bisa terjadi? Simpel saja, jika semua yang kita miliki itu yang menguasai kita maka hakikatnya dunia memiliki kita. Yakni jika semua yang kita miliki menjadikan kita sombong, rakus, pelit dan cinta dunia. Maka sesungguhnya kita inilah yang dimiliki dunia. Kita lah budak dunia. Kitalah hamba dunia.
Jika harta berlimpah menjadikan kita makin cinta harta maka kita inilah budak dunia. Jika motor dan mobil tak mempermudah kita datang ngaji. Berarti bukan kita yang menunggangi motor dan mobil namun motor dan mobil itulah yang menunggangi kita.
Hingga wajar jika makin sulit hadir ngaji.
Pendek kata, jika semua yang kita miliki, harta, ilmu, jabatan, gelar, nama besar, dll, malah menjadikan kita hamba yang maksiat. Maka kita lah budak dunia. Kita lah milik dunia.
Sebaliknya jika harta, ilmu dan jabatan menjadikan kita manusia yang taat. Menjadikan semua itu untuk memperjuangkan agama Allah kita korbankan demi tegaknya Islam. Maka benar kita lah pemilik dunia.
Jika motor dan mobil mempermudah kita hadir ngaji. Benarlah jika kita yang memiliki kendaraan itu. Benarkah kita yang menunggangi kendaraan. Bukan mobil dan motor yang menunggangi kita. Hingga ga bisa lagi bergerak untuk ngaji karena tergencet diinjak di bawah mobil dan motor.
Allah berfirman dalam surat Ali ‘Imran Ayat 14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."
Jika ilmu kita menjadikan kita takut kepada Allah. Menjadikan kita pemimpin manusia bertaqwa. Menjadikan kita pejuang Islam maka benarlah kita memiliki ilmu. Namun jika kita malah menjual agama maka kita lah yang dimiliki dan diperbudak ilmu.
Budak ilmu adalah manusia yang karena merasa berilmu menjadikan dia malah tak mau berjuang menegakkan Islam kaffah dalam sistem khilafah. Bisa jadi dia merasa mereka, para pengemban dakwah, tak selevel ilmunya. Inilah budak ilmu. Na'udzubillah min dzalik.
Jadi Sobat, kita ini memiliki atau dimiliki dunia?[]
Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center