Ketika Rumah Tak Lagi Menjadi Tempat Bernaung - Tinta Media

Kamis, 21 Desember 2023

Ketika Rumah Tak Lagi Menjadi Tempat Bernaung



Tinta Media - Rumah sejatinya adalah tempat ternyaman yang dimiliki ketika kita lelah menghadapi dunia luar, tempat kita mengistirahatkan tubuh dari lelahnya menjalani kehidupan yang berat. Pun tempat untuk mengukir masa-masa membahagiakan karena di tempat itulah kita bisa menjalin kedekatan dan keharmonisan bersama keluarga tercinta. Namun apa yang terjadi jika justru rumah tersebut tidak memberikan keamanan dan kenyamanan bagi kita? 

Mungkin begitulah yang dirasakan oleh anak dan istri yang menjadi korban kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Jakarta Selatan baru-baru ini. Rumah yang harusnya menjadi tempat mereka berlindung justru berubah menjadi tempat yang menakutkan bagi mereka. Sebab di rumah tersebutlah justru nyawa mereka terancam. Bukan karena orang lain, namun karena anggota keluarga di rumah itu sendiri. 

Beberapa waktu lalu di wilayah Kebayoran Lama seorang suami tega membakar istrinya hidup-hidup di kediamannya. Hal itu terjadi karena terbakar rasa cemburu saat mengetahui istrinya ‘chattingan’ dengan pria lain. Alhasil, istrinya tersebut mengalami luka bakar hingga 70% dan akhirnya meninggal setelah sempat dirawat di rumah sakit. 

Yang juga tidak kalah mengagetkan seorang ayah yang membunuh keempat anaknya secara bergantian di dalam rumah kontrakannya. Anak-anak di bawah umur itu meregang nyawa di tangan ayah kandungnya sendiri. Setelah aksi keji itu dilakukan ia berusaha untuk melakukan bunuh diri hingga dua kali namun gagal. Dan diketahui sebelumnya istrinya juga mengalami KDRT yang harus di rawat intensif di rumah sakit kala itu. Hal tersebut dilakukan karena cemburu pada istrinya hingga anak-anaknya pun menjadi korban. 

Beratnya Beban Hidup Hari Ini 

Sungguh miris potret keluarga yang kita saksikan hari ini. Ayah tidak mampu lagi menjadi tameng bagi keluarga. Dan ibu yang tak mampu lagi menjadi tempat mencari kehangatan. Sementara anak yang tak mengerti apa-apa pun ikut menjadi korban sebagai pelampiasan kekecewaan dan kemarahan orang tua. 

Tindakan keji seperti ini pasti ada sebabnya, baik faktor internal ataupun eksternal. Faktor internal sendiri muncul karena permasalahan ekonomi. Hari ini sulitnya bagi laki-laki untuk mendapatkan pekerjaan. Sehingga banyak para lelaki/suami yang pengangguran, entah itu karena di PHK atau karena memang sulitnya mendapatkan lowongan pekerjaan. Hal ini akhirnya mengharuskan istri turut membantu perekonomian keluarga dengan bekerja di luar rumah. Apalagi pekerjaan bagi wanita cenderung mudah untuk didapatkan. Sementara faktor eksternal terjadi diakibatkan oleh tata pergaulan yang terjalin saat di luar rumah, seperti adanya perselingkuhan. 

Hidup di zaman sekarang sungguh berat. Jangankan yang hidup miskin dan tidak punya penghasilan apa pun, yang sudah memiliki pekerjaan saja masih juga merasakan beratnya beban hidup hari ini. Sebab penghasilan yang mereka dapatkan hanya remah-remah kue ekonomi, yang sekedar untuk bertahan hidup. Artinya, mereka mendapatkan gaji namun habis dalam sekejap untuk memenuhi kebutuhan hidup –kebutuhan dasar- mereka. Dan begitu terus yang terjadi setiap bulannya. Sehingga sangat sulit bagi para suami memenuhi tuntutan hidup yang lainnya.  

Dan hal ini semakin diperparah dengan penerapan sistem kapitalisme-sekularisme hari ini. Dimana rakyat harus berjuang sendirian untuk mempertahankan hidup mereka. Sementara negara seakan tidak peduli dengan penderitaan rakyatnya. Namun justru sering kali lebih memihak kepada pemilik modal. Wajar jika penderitaan rakyat tak kunjung bisa teratasi. 

Belum lagi standar hidup masyarakat hari ini yang serba materialistis. Sehingga pandangan kebahagiaan selalu diukur dengan materi. Hal inilah yang mendorong masyarakat untuk terus mengejar materi, materi dan materi demi mendapatkan kekayaan dengan jalan apa pun bahkan meski harus bertentangan dengan aturan Sang Pencipta. 

Inilah dampak dari sekularisme yang di terapkan negara hari ini. Paham ini telah berhasil menghilangkan rasa kasih sayang di antara manusia bahkan di antara anggota keluarga sekalipun. Buruknya sekularisme ini juga terlihat dari ketidakmampuan manusia mengendalikan emosinya. Sehingga menjadikan manusia hanya memperturutkan hawa nafsu ketimbang syariat. Melampiaskan amarah dengan jalan kejahatan. 

Sehingga potret buruk hari inilah yang kita saksikan. Seorang suami membunuh istri, ayah membunuh anak dan sebaliknya. Terlebih paham ini telah menghilangkan rasa takut manusia kepada Tuhannya. Harusnya takut jika kelak Allah akan memintai pertanggung jawabannya atas kepemimpinannya pada keluarga (anak dan istri), atas sikapnya kepada suami dan lainnya. Inilah yang menjadikan bertambah beratnya kehidupan hari ini. Sudahlah beban ekonomi yang berat ditambah paham sekularisme yang merusak perilaku manusia. 

Saatnya Beralih Kepada Islam 

Islam satu-satunya agama yang memiliki konsep dan tata cara yang jelas dalam mengatur kehidupan suami istri. Seperti yang di jelaskan oleh Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani dalam kitab Nizhamul Ijtima’iy fil Islam, seorang istri bukanlah mitra (syarikah) hidup suami. Melainkan istri lebih merupakan sahabat (shahibah) suami. Pergaulan di antara mereka keduanya bukanlah pergaulan kemitraan (perseroan). Mereka juga tidak dipaksa untuk menjalani pergaulan itu sepanjang hidup mereka. Pergaulan di antara keduanya tidak lain adalah pergaulan persahabatan. Satu sama lain merupakan sahabat sejati dalam segala hal. Yaitu persahabatan yang dapat memberikan kedamaian dan ketenteraman satu sama lain. 

Kehidupan suami istri adalah kehidupan yang sarat ketenangan, ketenteraman, kasih sayang dan persahabatan. Interaksi suami istri tegak di atas prinsip ta’awun (tolong-menolong), saling menopang, bersahabat, harmonis, menyegarkan, tidak kaku dan formalitas. Jadi kehidupan suami istri sebenarnya adalah kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan. Sebab pergaulan suami istri adalah pergaulan yang penuh persahabatan dalam segala hal. Kepemimpinan suami atas istri adalah kepemimpinan yang bertanggung jawab, bukan kepemimpinan layaknya seorang penguasa diktator kepada rakyatnya. Begitu pun istri juga diwajibkan taat kepada suami dalam batas-batas yang telah ditetapkan. Rasulullah SAW bersabda: 

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik kepada keluarganya. dan aku orang yang paling baik kepada keluargaku." (HR Tirmidzi). 

Untuk mewujudkan keluarga yang harmonis ini tidak terlepas dari kondisi lingkungan dan masyarakat yang baik. Sehingga akan mudah bagi suami dalam mendidik anggota keluarganya agar menjadi pribadi yang bertaqwa kepada Allah swt. Sebab contoh kebaikan akan ada wujudnya di tengah masyarakat. Hal itu akan mampu mempengaruhi kepribadian individu yang lainnya. Apalagi ini akan semakin menguatkan dan menajamkan pemahaman Islam yang diterima dari keluarga. 

Namun justru akan berat jika kondisi lingkungan dan masyarakat yang rusak seperti hari ini.  Masyarakat menganggap biasa perihal kemaksiatan dan keburukan yang terjadi. Sehingga menimbulkan konflik sosial dan pergaulan yang tidak sehat bahkan membahayakan terhadap anak dan perempuan. Seperti maraknya perzinaan, narkoba, minum khamar, perjudian, riba dll. 

Untuk itulah pentingnya bagi kita mewujudkan suasana lingkungan dan masyarakat yang baik. Dan hal ini mengharuskan adanya peran negara. Maka negara yang akan menjaga rakyatnya agar terwujud kebaikan sehingga akan mendatangkan keridhaan Allah swt. Di tengah keluarga akan terwujud baiti jannati. Rumah pun akan kembali sebagaimana fungsinya, mendatangkan ketenangan dan ketenteraman. 

Kepala negara dengan sistem kepemimpinan Islam (Khilafah) akan memberikan ruang yang aman dan nyaman bagi masyarakat termasuk anak dan perempuan.  Khilafah akan memberikan fasilitas pendidikan formal dan nonformal bagi masyarakat sebagai bekal untuk menjalani kehidupan. Sehingga masyarakat tidak hanya akan menguasai ilmu pengetahuan melainkan juga mampu mengendalikan dirinya agar senantiasa taat kepada aturan Allah dan tidak mengambil jalan yang justru membahayakan jiwa. 

Sebagai salah satu bentuk memberikan pendidikan kepada masyarakat adalah khilafah akan mengatur secara tegas terkait media. Setiap media yang tersebar di tengah masyarakat wajib hanya menyajikan informasi yang baik. Sehingga akan semakin mendorong masyarakat untuk berlomba-lomba melaksanakan kebaikan dengan penuh ketaatan kepada Allah swt. 

Oleh karena itu, sudah saatnya kita berjuang bersama untuk menegakkan sistem Islam dalam naungan Khilafah. Hanya sistem Islam yang mampu mewujudkan keluarga harmonis. Anggota keluarganya akan saling membantu dalam kebaikan dan ketaqwaan. Saling menyayangi antara yang tua dan yang muda. Saling menasihati ketika terjadi kesalahan, pun yang mendapatkan nasehat akan menerima dengan lapang dada. Bukankah ini keluarga yang kita harapkan?[] 

Oleh: Harne Tsabbita 
(Aktivis Muslimah Solok)
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :