Kasus Bentrokan di Bitung, MMC: Sebagian Masyarakat Tak Paham Fakta Penjajahan di Palestina - Tinta Media

Selasa, 05 Desember 2023

Kasus Bentrokan di Bitung, MMC: Sebagian Masyarakat Tak Paham Fakta Penjajahan di Palestina



Tinta Media - Menyoroti kasus bentrokan antara massa aksi bela Palestina dan ormas adat Minahasa di Bitung, Sulawesi Utara, Narator Muslimah Media Center (MMC) menilai, hal itu terjadi karena sebagian masyarakat tidak memahami fakta penjajahan sebagai akar masalah di Palestina.

"Bentrokan massa sesungguhnya terjadi karena sebagian masyarakat tidak memahami bahwa akar masalah Palestina adalah penjajahan," ujar Narator dalam program Serba-serbi: Bentrok Massa, Penjajahan sebagai Akar Masalah Palestina Wajib Dipahami, di kanal YouTube MMC, Sabtu (2/12/2023).

Pasalnya, kata Narator, tidak sedikit masyarakat di negeri Indonesia ini masih ada yang memberikan pembelaannya pada pihak penjajah Zionis Yahudi (Israel).

"Seharusnya, semua orang sepakat bahwa segala bentuk penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi ini," tegasnya.

Narator memandang, melalui berbagai kebijakan yang dikeluarkan, negara seharusnya mampu mencegah peristiwa bentrok tersebut. "Negaralah yang berperan besar dalam memahamkan umat terkait penjajahan. Mana yang termasuk penjajah dan mana yang termasuk pihak terjajah? " Terangnya.

Negara Lepas Tangan

Narator menyatakan, penerapan sistem kapitalisme sekuler di negeri ini telah membuat negara berlepas tangan dalam membangun pemahaman yang benar di tengah-tengah umat.

"Sistem sekuler yang diterapkan dalam segala aspek kehidupan, termasuk pada aspek pendidikan, justru membuat kebenaran semakin kabur. Kebenaran dipandang kebatilan, sedangkan kebatilan dipandang kebenaran," sesalnya.

Ia lantas menjelaskan, sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan telah memberi masyarakat kebebasan penuh dalam berekspresi dan berpendapat, tanpa harus memperhatikan aturan agama.

"Gagalnya Negara menetapkan standar benar- salah, hak-batil, terpuji-tercela dan baik-buruk di tengah-tengah masyaraka telah memicu munculnya konflik antar individu atau kelompok masyarakat," jelasnya.

Negara dalam sistem kapitslisme sekuler, sambungnya, hanya berorientasi untung.

"Alhasil, ketika negara melihat ada aktivitas pembodohan yang massif di sosial media, khususnya terkait perang yang terjadi antara Palestina dan Zionis Yahudi, negara tidak melakukan apa pun," terangnya.

Atas nama kebebasan (liberalisme) dan hak asasi manusia (HAM), kata Narator, rakyat dibiarkan mengonsumsi tayangan-tayangan yang mengaburkan penjajahan hakiki.

Penerapan Syariat Islam

Narator pun memandang, konflik akibat ketidakpahaman masyarakat tentang penjajahan itu sejatinya akan usai melalui penerapan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

"Rasulullah SAW, bersabda, sesungguhnya Imam atau khalifah adalah perisai orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung (HR. Muslim)." kutipnya.

Selain melindungi kaum muslimin dari serangan musuh, Narator menerangkan, khilafah juga menjaga kehidupan yang harmonis di antara anggota masyarakatnya. 

"Hal itu ditempuh dengan penerapan sistem pendidikan Islam yang berkualitas dan mampu membangun kekuatan mental anak didik, baik pada level keluarga, masyarakat dan negara," terangnya.

Negara dalam Islam, lanjutnya, menjauhkan lingkungan dari pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam.

"Sehingga masyarakat akan benar-benar mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan," ulasnya.

Narator menambahkan,  budaya 'amar ma'uf nahi munkar yang terbentuk di tengah-tengah masyarakat juga akan menjadikan konflik dalam negeri bisa terhindarkan.

"Sebab satu individu masyarakat tidak membiarkan individu yang lain melakukan kemaksiatan atau mengemban pemikiran yangt batil," imbuhnya memungkasi. [] Muhar
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :