Tinta Media - Garis pembatas negara bangsa (nation states) peninggalan penjajah, menjadikan kaum muslimin tak berdaya menolong muslim Palestina yang menjadi korban genosida zionis Yahudi. Hal itu diungkapkan Influencer Dakwah Aab Elkarimi dalam program Aspirasi: Gaza Korban Pengkhianatan? Di kanal YouTube Justice Monitor, Ahad (5/12/2023).
"Sama-sama manusia. Sama Tuhan dan Nabinya. Namun, garis peninggalan penjajah itu membuat kita tak bisa berbuat apa-apa," renungnya.
Aab melanjutkan, garis itulah yang membuat munculnya pernyataan di Indonesia harga mati, tapi di sana biarkan mati.
"Garis yang membuat kita perlu izin PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk melakukan segalanya," tandasnya.
Sementara, kata Aab, sesama negara-negara penjajah yang sama-sama jahatnya, justru bebas melakukan apa saja.
"Garis di peta enggak berarti apa-apa buat mereka. Mau di Amerika, di Eropa, di Isr4heel, di Asia, kalau ada yang ganggu saudaranya, dengan kompak mereka akan saling kirim senjata, kendalikan media dan saudara enggak perlu takut apapun," tuturnya.
Bahkan, Aab juga membeberkan bahwa PBB sebagai organisisasi penjaga perdamaian dunia pun tidak memiliki taring terhadap para negara-negara penjajah dengan berbagai kejahatan yang dilakukannya.
"Demo jutaan manusia pun hanya mereka anggap angin lalu saja, karena mereka enggak percaya pada ilusi batas negara (bangsa) yang mereka ciptakan untuk kita," terangnya.
Ia lantas merangsang dengan pertanyaan, menggugah kaum muslimin para pemirsa untuk coba merenung.
"Pernah enggak sih kita berpikir, tentang Dunia Islam sebelum pembatas imajiner (persatuan khayali) itu ada?" tutupnya mengakhiri.[] Muhar