Bullying Makin Berdesing, Mengapa? - Tinta Media

Kamis, 21 Desember 2023

Bullying Makin Berdesing, Mengapa?



Tinta Media - Bullying di kalangan remaja tak lagi dianggap tabu. Bahkan remaja masa kini menganggap bullying sebagai trend yang menggebu-gebu. 

Bullying, Produk Zalim Pendidikan Sekuler 

Kasus perundungan alias bullying tak hanya terjadi pada usia remaja. Namun, "penyakit" ini telah menghinggapi anak belia usia sekolah dasar. Salah satunya terjadi di SD Sukabumi, Jawa Barat. Bullying dilakukan teman korban dengan men-sliding hingga berakibat fatal. Tulang lengan bagian atas korban patah dan posisinya bergeser (liputan6.com, 16/12/2023). Korban menderita cedera serius, patah tulang terjadi di dalam kulit dan mengoyak daging lengan atas. Korban pun disarankan untuk menjalani operasi. 

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) meminta setiap orangtua, guru, dan seluruh masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan. Masyarakat diharapkan selalu sadar atas segala bentuk tindak kekerasan fisik dalam bentuk bullying di lingkungan sekolah. 

Bullying tidak datang instan. Beragam faktor penyebab memantik kasus bullying kian nyaring. Salah satunya faktor keluarga. Saat ini keluarga bersifat mandul dalam menanamkan nilai-nilai agama di tengah pendidikan keluarga. Orang tua sibuk dengan pencarian penghidupan. Akhirnya anak-anak pun tumbuh simultan dalam lingkungan sekuler tanpa ada bimbingan dan teladan. Semua yang ada, ditelah mentah-mentah. Liberalistik dan hedonisme menjadi acuan. Wajar adanya saat generasi makin jauh dari standar yang benar. Materi menjadi satu-satunya tujuan. 

Selain keluarga, faktor lingkungan pun sangat mempengaruhi buruknya perilaku generasi saat ini. Gaya hidup masyarakat sekuler yang bebas, cuek, sekaligus individualistis, menghilangkan fungsi kontrol sosial. Budaya saling mengingatkan, tak lagi ditemui. Hingga akhirnya generasi tumbuh dalam kebebasan sebebas-bebasnya. Tanpa mengetahui batasan tentang benar atau salahnya perbuatan. 

Faktor lain yang juga menjadi penyebab maraknya bullying, adalah minimnya fungsi negara dalam menjaga generasi. Setiap kerusakan makin tampak. Padahal beragam regulasi perlindungan anak telah ditetapkan. Namun, semua regulasi ini tidak mampu menjamin perlindungan yang optimal. Tak hanya regulasi yang mandul, kebijakan tentang kurikulum pendidikan yang sekuler pun menjauhkan generasi dari pola bertindak dan berpikir yang benar. Wajar adanya, saat generasi menjadi hilang arah karena setiap konsep yang ada bersifat bias dan tak jelas. 

Inilah konsekuensi diterapkannya sistem sekularisme yang menjauhkan aturan agama dari pendidikan. Generasi makin oleng memaknai kehidupan. 

Islam Menjaga Kemuliaan Generasi 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: 

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." 
(QS. Al-Hujurat : 11) 

Sistem Islam memiliki solusi cerdas yang khas. Menyoal masalah bullying yang terus bergulir, syariat Islam menanamkan tentang pendidikan dengan basis akidah Islam. Hanya dengan sistem pendidikan tersebut, generasi mampu menjadikan aturan agama sebagai satu-satunya standar benar dalam berucap dan berbuat. Sistem Islam pun menciptakan kondisi keluarga yang kondusif dalam mendidik anggota keluarga. Ekonomi tidak lagi menjadi hambatan dalam mendidik generasi. Karena negara telah memenuhi setiap kebutuhan dasar warga negaranya. Teladan dan arahan orang tua menjadi tumpuan yang mampu diandalkan. Karena orang tua memiliki pemikiran shahih berdasarkan akidah Islam sehingga mampu menjadi madrasatul ula yang ideal bagi seluruh anggota keluarga. Pun demikian dengan lingkungan masyarakat. Kontrol sosial mampu berfungsi optimal. Saling menjaga dan mengingatkan. Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat mampu bersinergi dalam melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Semuanya dilakukan sebagai bentuk ketundukan kepada aturan Allah Swt. 

Negara memiliki andil dominan dalam menciptakan generasi cerdas dan terdidik. Setiap regulasi yang ada ditetapkan berdasarkan syariat Islam. Setiap sanksi pun ditetapkan dengan tegas agar kasus kekerasan dan perundungan tidak terus berulang. 

Semua konsep ini hanya mampu diwujudkan dalam sistem Islam dengan institusi khilafah. Satu-satunya institusi yang mampu menebar berkah bagi seluruh umat. 
Wallahu'alam bisshowwab. 

Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :