Wacana Mitigasi Bully, Akankah Menjadi Solusi? - Tinta Media

Minggu, 12 November 2023

Wacana Mitigasi Bully, Akankah Menjadi Solusi?



Tinta Media - Dunia pendidikan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Setiap hari selalu ada berbagai isu. Salah satunya adalah isu bullying. Isu bully yang sering terjadi ini membuat Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Bandung merasa khawatir jika kejadian tersebut sampai terjadi di Kabupaten Bandung. Karena itu, ini menjadi PR besar bagi Pemerintah Kabupaten Bandung dan Dinas Pendidikan, sehingga pihaknya harus bersama-sama membenahi komunikasi antara orang tua dan sekolah. Selain masalah bullying, masih banyak lagi yang menjadi PR di dunia pendidikan untuk dibenahi dan diperbaiki, di antaranya kurikulum, kualitas lulusan dan tenaga pengajarnya, fasilitas, infrastruktur, kemudian administrasinya. 

Fenomena bully terhadap guru oleh anak didik yang tidak terima saat diberikan sanksi, sesama anak didik yang saling mem-bully hingga melakukan kekerasan, merupakan fakta yang memprihatinkan bagi dinas pendidikan saat ini. Maka dari itu, ketua komisi D DPRD Kabupaten Bandung berencana melakukan mitigasi bullying dengan konsep bagaimana mencegah bully, bagaimana ketika terjadi, bagaimana menolak bully, dan bagaimana memberikan saran kepada siswa dan juga orang tua siswa agar peristiwa itu tidak terulang kembali. Hal itu bisa terkonversi dan diimplementasikan melalui pelatihan-pelatihan, sosialisasi. Harus ada visualisasi antara guru dan orang tua siswa. Mindset dan tujuan harus disamakan.

Pemerintah pun menyadari bahwa kurikulum sekolah yang kerap mengalami perubahan menjadikan pro dan kontra di masyarakat. Namun, semua itu tidak dianggap lebih. Pemerintah lebih memfokuskan diri tentang bagaimana memiliki lulusan pendidikan yang berkualitas dan bisa berdaya saing dengan daerah lain.

Jika kita cermati, maraknya bullying dan bentuknya  yang semakin sadis bisa terjadi karena 3 faktor,  yaitu: 

(1) Faktor internal. Ini disebabkan karena toxic parents (kurang perhatian, korban KDRT), mental illness (stress, depresi, tidak bisa mengendalikan emosi, dll). 

(2) Faktor eksternal, yaitu sistem yang menjadikan masyarakat mengalami berbagai tekanan, seperti tekanan ekonomi akibat  penerapan sistem ekonomi kapitalistik, tekanan sosial materialistis dan individualis, hukum yang tidak adil dan tidak tegas kepada pelaku, sistem pendidikan sekuler yang hanya bertujuan pada materi, tetapi minim adab, dll. 

(3). Faktor media yang menjadi corong Barat untuk merusak pemikiran kaum muslimin khususnya, dengan menyuguhkan berbagai tontonan yang tak patut dijadikan tuntunan.

Adapun wacana mitigasi bullying yang dijadikan sebagai solusi, tentu ini tidak cukup, sebab mitigasi sehebat apa pun tidak akan bisa menyelesaikan masalah selama sistemnya belum diganti. Karena itu, dibutuhkan solusi komprehensif (solusi sistem) karena sesungguhnya persoalan bullying adalah persoalan sistem, bukan individual. 

Bisa kita lihat, akar permasalahan makin masifnya kasus bullying adalah pemahaman sekuler liberal yang tertancap sangat kuat di segala sektor. Pemahaman sekuler liberal menjadikan umat jauh dari ajaran agama. Rutinitas sehari-hari hanya fokus terhadap dunia. Aktivitasnya tak mengenal halal dan haram, baik ataupun buruk. Umat lebih suka mengedepankan hawa nafsu dalam berbuat dan bertindak. Alhasil, pola sikapnya tak terikat dengan hukum syariat. Umat lupa bahwa sejatinya mereka diciptakan oleh Allah Swt hanya untuk beribadah kepada-Nya.

Jika pola pikir seseorang dilandasi paham sekularisme dan liberalisme, maka dia akan menjalani kehidupannya tanpa arah dan tujuan yang pasti. Dunia dia genggam erat, sementara akhirat tak dihiraukan. Lain halnya jika kita memiliki pola pikir berlandaskan Islam, tentu fenomena bullying tidak akan muncul dalam keseharian. Sebab, yang diterapkan dalam setiap aspek kehidupan adalah aturan Islam, di baik ranah keluarga, sekolah, hingga negara. Sistem Islam memiliki aturan hukum guna mencegah ataupun memberantas bullying di antaranya:

Pertama, Islam mengajarkan agar umatnya berlaku baik kepada sesama. Umat akan mampu mengontrol diri agar tidak mencelakai orang. Sebaliknya, mereka akan menjadi sebaik-baik manusia, yaitu yang bermanfaat bagi manusia lainnya dengan meneladani akhlak Rasulullah saw.

Kedua, membentengi keluarga dengan akidah Islam hingga sampai kepada derajat sakinah mawadah dan rahmah, dan saling menguatkan dalam keimanan. 

Ketiga, sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang mampu mencetak generasi yang bersyahksiyah Islam, pola pikir dan pola sikapnya berlandaskan Islam. Maka, akan tercipta interaksi antar-siswa yang senantiasa diliputi kebaikan akhlak mereka. 

Keempat, negara akan menjaga kondisi ketakwaan masyarakat dan melakukan kontrol terhadap media sosial agar tidak terjadi hal-hak yang bertentangan dengan syariat Islam. Adapun jika terjadi perundungan ataupun hal-hal yang bisa merusak moral masyarakat, maka negara akan secara langsung memberikan sanksi keras sesuai dengan aturan syariat. Maka dari itu, hanya sistem Islamlah yang mampu memberikan solusi bagi seluruh problematika kehidupan.
Wallahu'alam bishshawab.

Oleh: Tiktik Maysaroh
Aktivis Muslimah Bandung
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :