Tinta Media - Dalam kurun waktu sepekan di bulan Oktober 2023 ini terdapat dua kasus dugaan bunuh diri di lingkungan mahasiswa yang cukup menyita perhatian.
Pertama, kasus dugaan bunuh diri seorang mahasiswi berinisial NJW (20) yang ditemukan tewas di Mall Paragon Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa (10/10/2023). Mahasiswi tersebut diduga kuat mengalami depresi sehingga nekat melompat dari lantai 4 Mall Paragon Semarang.
Kedua, kasus dugaan bunuh diri seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Semarang berinisial EN (24) yang ditemukan tewas di kamar indekos di wilayah Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah pada Rabu (11/10/2023).
Menurut data dari Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI kasus bunuh diri sejak Januari hingga Oktober 2023 nyaris menyentuh angka 1000 kasus, tepatnya 971 kasus. Jumlah ini sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang tahun 2022 yang jumlahnya 900 kasus.
Sangat disesalkan, bunuh diri sebagai tindakan yang dilarang agama kasusnya kian bertambah. Bahkan pelakunya adalah mahasiswa. Apa yang terjadi pada generasi kita?
Kesehatan Mental dan Penyebabnya
Banyaknya kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa menyisakan tanya pada kita semua. Mahasiswa sebagai generasi yang mengenyam strata pendidikan paling tinggi ternyata belum mampu menyelesaikan persoalan dirinya sendiri. Mempunyai mental yang rapuh dan mudah menyerah.
Banyak faktor yang turut memberikan pengaruh besar terhadap rapuhnya mental generasi. Keluarga menjadi faktor yang cukup dominan dalam membentuk karakter generasi. Keluarga yang rapuh, kurang harmonis, di penuhi pertengkaran, kurang perhatian dengan perkembangan anak dan pola asuh yang salah akan melahirkan generasi lemah dan bermasalah. Apalagi keluarga yang abai terhadap nilai-nilai agama, tentu generasi yang dihasilkan adalah generasi sekuler yang liberal. Lekat dengan budaya bebas dan hedonis.
Ditambah dengan lingkungan yang tidak kondusif. Mempunyai crinkle sahabat yang tidak care bahkan cenderung toxic menyebabkan mahasiswa berada dalam pengaruh negatif. Mudah berbuat semaunya tanpa peduli kesalahannya bahkan nekat melakukan apa saja tanpa berpikir resikonya.
Belum lagi perkembangan dunia digital yang menjadikan mereka mudah mengakses informasi dari dunia luar serta penggunaan media sosial juga memberikan pengaruh besar pada perilaku mereka. Tanpa filter agama yang bagus tentulah akan mudah sekali mereka meniru gaya hidup para publik figur, mulai dari fashion yang mengikuti trend, barang branded, hobi shopping, dll. Apalah daya, jika tuntutan hidup yang tinggi tidak diimbangi dengan pemasukan. Mudah mereka mengambil jalan instan meskipun dengan cara yang tidak benar.
Lembaga pendidikan yang diharapkan mampu membangun karakter generasi dan mengounter hal-hal negatif ternyata masih lemah. Bahkan masih menyisakan beragam masalah. Biaya pendidikan yang mahal, tuntutan kampus yang tinggi, output yang kalah saing di dunia kerja masih menjadi masalah lapuk yang belum terselesaikan. Capaian pembelajaran lebih mengacu pada nilai akademik sedangkan nilai religius penanaman mindset hidup terkesan diabaikan.
Gaung moderasi pada kurikulum terbaru di setiap jenjang pendidikan yang dianggap sebagai salah satu solusi persoalan negeri menjadikan pelajaran agama hanya sebagai pelengkap saja. Agama tidak perlu dibawa-bawa dalam setiap ranah. Penyelesaian masalah akan menjadi perkara yang orang boleh suka-suka. Mungkin, termasuk bunuh diri yang dianggap solusi keluar dari masalah yang dihadapi.
Belum lagi beban hidup yang makin berat dan tuntutan hidup yang tinggi menjadikan orang semakin terkuras mentalnya. Tanpa ada penyelesaian yang pasti, tanpa hadirnya orang-orang yang peduli dan tanpa hadirnya negara, apakah kita. Manusia dengan segudang masalah. Apalagi tanpa di imbangi dengan nilai religi, tentulah akan mudah frustasi dan depresi.
Bunuh diri, bukan masalah yang berdiri sendiri. Banyak aspek yang berkaitan satu sama lain. Penyelesaiannya tidak cukup hanya mendatangi psikolog dan recovery mental. Lebih dari itu harus juga menyelesaikan problem ekonomi, sosial, pendidikan bahkan pemerintahan. Artinya, masalah bunuh diri butuh solusi yang kompleks dan sistemik.
Solusi
Islam adalah agama yang sempurna. Mempunyai aturan yang lengkap dan mampu memberikan solusi atas setiap persoalan yang dihadapi oleh manusia. Ketika Islam dijauhkan dalam mengatur kehidupan, tentulah kerusakan yang akan didapatkan. Sudah selayaknya mengembalikan segala urusan hanya kepada Islam.
Islam menempatkan tanggung jawab pendidikan kepada negara. Dengan mengadakan pendidikan yang bisa diikuti semua kalangan. Karena pendidikan adalah hak setiap warga dan diselenggarakan negara tanpa dipungut biaya.
Pendidikan yang berpijak pada pembentukan kepribadian yang Islami. Menanamkan aqidah Islam, dan mencetak individu yang beriman dan bertakwa. Dengan aqidah yang kuat setiap muslim akan senantiasa berusaha dalam ketaatan. Akan senantiasa ada dalam kesabaran. Selalu berusaha menyelesaikan masalah sesuai dengan Syariat Islam.
Muslim yang sudah terdidik akan membangun keluarganya dengan landasan aqidah. Menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Keluarga menjadi sekolah pertama, orang tua menjadi guru dan memberi teladan yang baik. Orang tua tidak hanya disibukkan dengan mencari nafkah dan harta. Tentulah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik dengan mental yang sehat.
Pendidikan yang berhasil akan menciptakan lingkungan sosial yang care. Menumbuhkan rasa persaudaraan yang semakin erat. Kita tidak hidup sendiri. Satu dengan yang lainya adalah saudara. Saling membantu, saling mengasihi, berlomba dalam kebaikan dan selalu beramar ma'ruf nahi munkar. Tentu seberat apapun beban hidup akan terasa ringan.
Kaitannya dalam masalah ekonomi, Islam akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan pokok warganya dengan harga terjangkau dan mudah dicari. Menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi para laki-laki. Sehingga tidak ada perempuan yang harus meninggalkan anaknya karena membantu mencari nafkah. Peran yang seimbang akan menjadikan kesehatan mental anak dan orang tua selalu terjaga.
Negara yang selalu hadir dalam memberikan riayah kepada warganya. Tanggap dengan segala macam permasalahannya akan menjadikan masalah menjadi ringan. Hidup penuh dengan kesejahteraan. Semoga suatu saat nanti Islam akan bisa diterapkan dalam kehidupan. Wallahu Alam Bishowab.
Oleh : Ummu Fatimah, S. Pd.
Sahabat Tinta Media