Tak Cukup Boikot Produk - Tinta Media

Kamis, 23 November 2023

Tak Cukup Boikot Produk

Tinta Media - Operasi genosida dan pembantaian masih terus dilakukan Zionis Yahudi hingga lebih dari sebulan. Kebrutalan Entitas Yahudi ini semakin menjadi sejak pecahnya serangan fajar yang dilakukan Hamas pada Sabtu, 7/10/2023 dini hari sebagai Operasi Badai Al Aqsa (Operation Al Aqsa Flood). Peristiwa ini menjadikan Zionis merasakan kekalahan militer dan moral karena dianggap sebagai kegagalan terbesar pertahanan keamanan serta intelijennya. Serangan yang dibantu Amerika dan perlindungan Eropa yang sepakat untuk menghancurkan Jalur Gaza, memusnahkan kelompok perlawanan Hamas tanpa peduli banyaknya pertumbahan darah. Inilah yang akhirnya memunculkan empati kaum muslimin di dunia. Kaum muslimin di luar Palestina berusaha menyeru boikot produk dari Zionis, juga produk yang produsennya mendukung Entitas Yahudi tersebut. Namun, cukupkah dengan Gerakan boikot ini? 

Gerakan boikot diperkuat dengan fatwa MUI bahwa membeli, menggunakan produk dari produsen yang mendukung Zionis Entitas Yahudi hukumnya haram. MUI juga mengimbau masyarakat agar mendukung perjuangan Palestina dengan menggalang dana kemanusiaan, membaca qunut nazilah, mendoakan para pejuangnya, salat gaib bagi para syuhada. MUI juga merekomendasikan pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah tegas melalui jalan diplomasi di PBB agar memberikan sanksi terhadap Zionis, dan meminta negara-negara OKI menekan Entitas Yahudi tersebut. (Republika.co.id, 11/11/2023)

Selain semakin rumit karena banyaknya produk yang disarankan diboikot, sedangkan masyarakat tidak banyak tahu, faktanya cara ini tidak bisa menghentikan kebrutalan Zionis Yahudi yang bercokol di Palestina. Selama pelakunya bebas beraktivitas, mereka akan terus berupaya mempertahankan perekonomian dengan berbagai cara. Meski ada pemboikotan produk, tidak terlalu berdampak pada upaya memusnahkan jalur Gaza yang dianggap memiliki penduduk terpadat di dunia. Mereka tidak peduli lagi dengan warga sipil, wanita, bahkan anak-anak. Maka, yang seharusnya diboikot adalah pelakunya, yaitu Zionis Yahudi, bukan produknya. Mereka harus diusir dari tanah Palestina atau diperangi hingga semua terbunuh tanpa sisa.

Bantuan Amerika

Diberitakan Okenews.com, Jum’at (17/11/2023) yang mengutip dari berbagai sumber, Amerika memberikan 3 bentuk bantuan kepada Entitas Yahudi untuk memerangi Hamas. 

Pertama, senjata dan pasukan khusus. Amerika memberikan dukungan signifikan dengan menyediakan personel serta peralatan militer yang dibutuhkan dalam melawan Hamas. Bahkan, Mentri Pertahanan Amerika Lioyd Agustin menyampaikan tentang unit operasi khusus untuk membantu Zionis dalam hal intelijen, perencanaan, memberi konsultasi terkait upaya pembebasan sandera.

Kedua, kapal dan pesawat angkatan laut. Amerika memerintahkan kapal dengan awak sekitar 5000 orang untuk segera berlayar menuju Mediterania Timur. Kapal ini ditengarai berguna sebagai pusat operasi komando serta kontrol utama yang bisa melakukan beberapa opsi, termasuk dalam hal informasi. Selain itu, kapal ini memiliki fasilitas rumah sakit dengan ruang IGD, ICU, termasuk sekitar 40 orang medis, dokter, dan ahli bedah.

Ketiga, bantuan pesawat tempur. Amerika telah memesan pesawat tempur tambahan untuk memperkuat skuador A-10, F-15, F-16. Jumlah pesawatnya juga bisa ditingkatkan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan.

Dengan berbagai bantuan militer Amerika terhadap Zionis ini, terbukti bahwa gerakan boikot produk tidak dapat menghentikan kebrutalannya.

Dampak Boikot Produk

Saat ini perekonomian Entitas Yahudi di Palestina didukung beberapa negara Barat, Amerika, Inggris, Prancis, Italia, Jerman, dan lainnya. Produk mereka banyak dikonsumsi negara-negara nonmuslim di Asia, Eropa, bahkan menyebar ke suluruh penjuru dunia.

Dari data tahun 2020, total ekspor Entitas Yahudi di negeri-negeri muslim yang tergabung dalam OKI hanya 4% saja atau senilai kisaran US$50 miliar. Sedangkan sebagian besar produknya atau sekitar 55% diekspor ke Uni Eropa dan AS. Maka, boikot produk oleh kaum muslimin tidak berdampak secara signifikan terhadap operasi genosida di Palestina, apalagi hanya dilakukan oleh individu dan masyarakat tanpa didukung pemerintah.

Jalur Damai Perjanjian

Selain boikot produk, jalur diplomatik melalui PBB juga beberapa kali ditempuh. Namun, adanya hak veto negara-negara adidaya seperti AS, menjadikan cara ini sia-sia dan tidak akan berhasil. Pasalnya, Amerika mendukung Entitas Yahudi, jadi pasti akan menolak segala upaya yang dianggap menguntungkan Palestina. 

Sedangkan bantuan kemanusiaan, memang semestinya dilakukan. Di mana saja ketika ada peperangan dan butuh pertolongan, maka wajib bagi negara lain untuk memberikan bantuan kemanusiaan, terlebih bagi para korban sesama muslim di Palestina. Namun, lagi-lagi ini hanya meringankan beban korban secara parsial, belum mampu menghentikan kejahatan Zionis. 

Begitu pula dengan doa untuk para pejuang muslim di Palestina. Ini merupakan suatu bentuk cinta sesama muslim dan ibadah ruhiyah (nonfisik) yang memang diajarkan syariat. Namun, hukum sebab akibat tetap berlaku dalam mengubah suatu keadaan. Rasulullah saw. memberikan teladan ketika berdoa meminta kemenangan perang, beliau tetap ikut bergabung di medan laga. Tidak cukup dengan do’a, tetapi butuh aktivitas fisik yang nyata, yaitu jihad fi sabilillah. 

Serangan fisik harus dibalas dengan fisik pula. Sistem harus dilawan dengan sistem, tidak bisa kelompok, apalagi individu. Dengan kata lain, kekuatan militer yang besar harus dihadapi dengan kekuatan militer yang seimbang. Sebagaimana firman Allah Swt yang artinya:

“Oleh sebab itu, barang siapa menyerang kamu, maka seranglah dia setimpal dengan serangannya terhadap kamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (TQS. Al-Baqarah: 194)

Ayat tersebut mengisyaratkan butuhnya kekuatan yang sepadan. Artinya, dibutuhkan sebuah institusi politik yang mampu menyatukan dan membangkitkan umat dengan ikatan yang benar, yaitu akidah. Sementara, saat ini negeri-negeri muslim dibatasi oleh nasionalisme. Para pemimpinnya hanya menyeru dan mengutuk secara lisan, tanpa perbuatan nyata dalam bentuk perlawanan. Mereka seolah hanya menyaksikan penderitaan saudara sesama muslim, padahal sebenarnya mampu berbuat lebih. 

Padahal, ketika pemimpin negeri menyeru jihad, tentu rakyatnya akan tunduk patuh melaksanakannya. Namun, itu tidak dilakukan. Sungguh, mereka kelak akan dihinakan sebagaimana sabda Rasulullah.

“Siapa saja yang menyaksikan seorang mukmin dihinakan di hadapannya, tetapi tidak menolong mukmin tersebut, padahal dia mampu, Allah pasti akan menghinakan dirinya di hadapan seluruh makhluk-Nya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

Kesimpulannya, boikot produk, perjanjian, kecaman, tanpa persatuan dan kebangkitan kaum muslimin di bawah institusi Khilafah, tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap perang di Palestina. Semoga ini menjadi momen bersatunya umat dan para pemimpin negeri-negeri Islam hingga kesepakatan tegaknya khilafah ala minhajinnubuwah yang kemudian menyeru jihad fi sabilillah. Hingga akhirnya, Allah menangkan Islam di atas agama yang lain sebagaimana janji-Nya yang terdapat di dalam Al Qur’an surah As-Shaff ayat 8. 

Dari Tafsir Al-Mukhtashar di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) ayat ini menjekaskan bahwa orang-orang yang mendustakan itu ingin memadamkan cahaya Allah dengan ucapan-ucapan buruk dan menjelek-jelekkan kebenaran. Sungguh Allah menyempurnakan cahaya-Nya, meski mereka tidak suka, yaitu dengan memenangkan agama-Nya, meninggikan kalimat-Nya di bagian timur bumi dan baratnya. Wallahu a’lam bishawab.

Oleh: R. Raraswati
Aktivis Dakwah, Penulis Lepas

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :