Tinta Media - Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Bandung, mengadakan rapat koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Tingkat Kabupaten Bandung yang bertempat di Hotel Grand Sunshine, Rabu (25/10/2023). Sekretaris Daerah Dr.Cakra Amiyana,ST.,MA., yang mewakili Bupati Bandung meminta kepada seluruh pihak terkait program penurunan stunting berkoodinasi agar penurunan stunting bisa lebih cepat dan signifikan, terutama di kantong-kantong yang stuntingnya cukup tinggi.
Beliau juga menyampaikan pesan dari Bapak Bupati Bandung agar persoalan ini dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) supaya lebih fokus. Dalam hal ini, Bapak Bupati sudah membagikan makanan pokok berupa nutrisi gizi, telur, dan daging kepada sasaran yang bersifat stunting ke masing-masing desa.
Pemerintah menargetkan angka stunting turun di tahun 2024 ke angka 14% dari angka 21,6% di tahun 2022 dan berharap dengan adanya TPPS bisa mencapai zero stunting. Ke depannya, SDM diharapkan menjadi generasi unggul dan BEDAS.
Stunting adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh gizi buruk, infeksi berulang serta stimulasi psikososial yang tidak tercukupi.
Persoalan stunting merupakan salah satu problematika di dunia kesehatan yang perlu mendapat upaya secara terus-menerus dari berbagai pihak agar angkanya tidak terus menanjak.
Menyikapi persoalan ini, ada beberapa faktor yang memicu problematika di antaranya, (1) kondisi rumah dan keluarga dalam segi kelayakan, rendahnya pendidikan, dan kondisi sosial ekonomi keluarga, (2) rendahnya kualitas asupan makanan, (3) sanitasi dan kebersihan makanan dan minuman.
Faktor-faktor tersebut nyatanya terjadi pada masyarakat negeri ini. Akibat dari pemerataan kesejahteraan yang tidak terwujud, pada akhirnya terjadi ketimpangan sosial ekonomi. Di balik perumahan-perumahan mewah, gedung-gedung bertingkat, masih banyak masyarakat yang tidak mampu membiayai kebutuhan hidup keluarganya. Impitan ekonomi yang luar biasa disebabkan sulitnya mencari lapangan pekerjaan, sedangkan biaya hidup terus melejit tak terbendung. Bagaimana bisa memenuhi kebutuhan asupan makanan sehat jika untuk makan ala kadar pun susah?
Angka stunting yang terus menanjak dari tahun ke tahun harusnya menjadi tamparan keras bagi pemerintah. Artinya, pemerintah telah lalai dalam pemerataan kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Kemiskinan yang melanda memberikan dampak buruk bagi kehidupan, salah satunya banyak bayi yang terlahir dengan kondisi stunting.
Sungguh memilukan, persoalan stunting terjadi di negeri dengan kekayaan sumber daya alam yang luar biasa, mulai dari batu bara, emas, minyak bumi, hamparan padi, lautan yang luas, dan hutan yang hijau.
Sayangnya, negeri ini menganut sistem kapitalisme sehingga tidak mampu mengelola kekayaan alamnya sendiri. Sistem ini membiarkan para pengusaha-pengusaha serakah berkuasa. Pengelolaan yang salah akhirnya berdampak pada kondisi ekonomi negeri ini, lagi dan lagi. Rakyatlah yang jadi korban kebobrokan sistem ini.
Dalam sistem pemerintahan Islam, kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama, mulai dari sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara menyeluruh. Hal ini termasuk memastikan setiap laki-laki (kepala keluarga) bisa mendapatkan lapangan pekerjaan karena sejatinya kepala keluarga mencari nafkah demi menghidupi keluarganya dengan layak.
Negara juga menjamin fitrah perempuan (istri/ibu) untuk melahirkan, menyusui, merawat, mendidik anak-anak dan mengurus segala kebutuhan suaminya dengan baik, karena generasi yang hebat lahir dari ibu yang hebat.
Inilah sistem Islam yang mampu mengatasi kemiskinan yang mengakibatkan terjadinya masalah stunting. Jika aturan-aturan Allah Swt. diterapkan di muka bumi, niscaya seluruh permasalahan akan mampu dituntaskan. Sebaliknya, mustahil masalah stunting teratasi selama sistem kapitalisme masih bercokol di negeri ini. Wallahu'alam.
Oleh: Neng Mae
Ibu Rumah Tangga