Santri, Dulu hingga Kini Tetap Pejuang Sejati - Tinta Media

Sabtu, 04 November 2023

Santri, Dulu hingga Kini Tetap Pejuang Sejati



Tinta Media - Peran besar santri akan tetap terukir abadi di negeri ini dalam mengusir penjajah. Aksi heroik mereka bersama para kyai, rakyat, dan elemen masyarakat yang lain terekam jelas mampu menggentarkan penjajah hingga hengkang dari bumi pertiwi.

Yang tak bisa dilupakan, ada sosok di balik gagahnya para santri mengusir penjajah, yaitu Syekh Hasyim Asy’ari yang mengobarkan resolusi jihad tanggal 22 Oktober di Surabaya untuk menghadapi penjajah hingga titik darah penghabisan. Dengan semangat ruh jihad, para santri berjuang membela tanah kelahiran yang diinjak-injak para penjajah serta anteknya. Ini adalah harga mati, sekalipun harus mengorbankan nyawa.

Inilah perjuangan sejati para santri ketika ada musuh di hadapannya, tak gentar meski senjata lawan lebih canggih. Dengan kekuatan iman dan pemahaman mereka tentang keutamaan jihad, para santri mampu membuat kocar-kacir para penjajah. Kekuatan jihad santri mampu menggentarkan pasukan sekutu untuk mundur dari Surabaya serta bumi pertiwi.

Perjuangan Masih Panjang

Kini, ketika penjajahan fisik sudah tidak ada lagi, sejatinya ada penjajahan gaya baru yang mendominasi negeri ini. Jika dulu mereka menggunakan senjata, maka hari ini penjajahan dalam bentuk lain, lewat kebijakan dalam segala bidang. Di negeri mayoritas muslim ini, yang diterapkan adalah ekonomi kapitalis, pendidikan yang berorientasi provit, pergaulan liberal tanpa mau diatur agama, politik Machievelis, yaitu untung rugi, dan lainnya. Itulah produk penjajah dengan landasan sekularisme, memisahkan agama dari pengaturan urusan kehidupan. 

Akibatnya, tatanan kehidupan kacau dan kesempitan hidup mendera. Itu semua karena negeri ini tidak patuh terhadap syariat Sang Pencipta. Mereka lebih tunduk pada para pemodal atau penjajah (gaya baru) itu sendiri. 

Lihat saja, kekayaan yang melimpah nyatanya bukan untuk kesejahteraan rakyat. Emas, minyak, hutan, nikel, dan sebagainya yang ada di perut bumi ini hanya dikuasai oleh segelintir orang. Sekali lagi, ini adalah penjajahan gaya baru. Namun sayang, banyak yang tidak menyadari bahwa penjajah masih bercokol di sini.

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS Al-Maidah 51).

Tugas para santri masih panjang dan belum usai. Selayaknya, mereka tetap menjadi garda terdepan untuk memperjuangkan penerapan syariat dalam setiap aspek dan menolak seluruh penjajahan gaya baru. Ini karena para santri adalah pewaris para nabi. Hal ini disadari oleh kafir penjajah. Karena itu, mereka membuat opini massif yang dijejalkan lewat kurikulum pesantren.

Sebutan santripreuner, kemandirian ekonomi santri, kopotren, dan lainnya adalah upaya membelokkan potensi santri agar lemah dari pemahaman agama dan terlena dengan karya pragmatis. Dengan begitu, santri menerima paham pluralisme, liberalisme, kapitalisme, toleransi beragama, 
L6BT dan produk Barat lainnya yang tujuannya untuk merusak kaum muslimin tanpa mereka sadari.

Sudah saatnya santri dan umat paham bahwa penjajah kafir terus menerus bekerja agar umat lslam meninggalkan syariat yang mulia. Para penjajah sadar, ketika santri dan umat bersatu untuk menerapkan lslam, maka para penjajah Barat tidak akan bisa menguasai serta menjajah kembali. Hal ini adalah kehancuran bagi penjajah itu sendiri. Allahu a’lam.

Oleh: Umi Hanifah
Aktivis Muslimah Jember
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :