Tinta Media - Sudah menjadi rahasia umum bagaimana kondisi layanan kesehatan kita saat ini, mulai dari diskriminasi terhadap pengguna BPJS dari pihak tenaga kesehatan, adanya pilih-pilih terhadap pasien seperti mengutamakan pasien dengan pembayaran via mandiri dan layanan yang kurang maksimal serta rumit bagi pengguna BPJS.
Banyaknya kasus pasien yang ditolak rumah sakit besar akibat tidak memiliki surat rujukan tingkat pertama untuk pengguna BPJS, atau proses yang panjang dan lama hingga mengakibatkan pasien meninggal dunia, semakin memperburuk citra pelayanan kesehatan.
Dari laman liputan6.com (12/11/2023), baru- baru ini Indonesia memperingati Hari Kesehatan Nasional yang ke-59 tahun dengan tema, "Transformasi Kesehatan Untuk Indonesia Maju". Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan pandemi Covid-19 memberikan hikmah yang dipetik oleh banyak negara yakni memiliki arsitektur kesehatan yang kuat. Dan Indonesia termasuk beruntung sebab bisa pulih di bidang ekonomi dan APBN dengan cepat dan kuat, sebab APBN bekerja luar biasa keras sebagai shock absorber.
Sri Mulyani juga menyebutkan, Kesehatan yang baik juga harus didasari oleh infrastruktur yang baik untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama mengurangi kasus gizi buruk pada anak. Anak-anak yang sehat merupakan penerus SDM yang produktif dan berdaya saing.
Layanan Kesehatan di Kapitalisasi
Kondisi kesehatan masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan. Saat ini Indonesia kekurangan SDM medis yang berkualitas. Jutaan balita yang terkena stanting karena kemiskinan, gizi buruk, banyaknya kasus kematian ibu hamil dan melahirkan, bertambahnya jumlah remaja hingga dewasa yang terkena depresi bahkan gangguan mental, ini belum termasuk pasien pengidap penyakit berbahaya seperti penyakit jantung, gagal ginjal, hipertensi, diabetes, atau penyakit menular mematikan yakni HIV/AIDS, TBC, DBD dan penyakit lainnya.
Mahalnya layanan kesehatan serta jauhnya kualitas pelayanan dari harapan seolah mengatakan bahwa orang miskin tak boleh sakit, sebab tak akan mampu membayar biaya pengobatan rumah sakit.
Ini disebabkan di komersilkannya layanan kesehatan oleh para pemilik modal, mereka berinvestasi dibidang kesehatan dan berpandangan bahwa ini adalah bisnis yang menjanjikan. Padahal harus nya kesehatan dijadikan jaminan sosial untuk seluruh masyarakat, namun malah dilihat dari segi untung ruginya.
Padahal Indonesia adalah negara yang kaya, memiliki SDA melimpah, bahkan terus berupaya menjadi negara maju dengan pembangunan berbagai infrastruktur, seperti kereta api cepat, sirkuit mandalika, bahkan rencana pemindahan IKN yang tentu saja membutuhkan biaya milyaran hingga trilyunan. Namun mengapa dibidang kesehatan kualitasnya terus menurun dan biaya pengobatan selalu mengalami kenaikan?
Islam Menjamin Pelayanan Kesehatan Umat
Setiap manusia membutuhkan layanan kesehatan yang sama, dan dalam negara Islam pelayanan kesehatan tidak dibedakan untuk setiap lapisan masyarakatnya, bahkan diberikan secara gratis tanpa biaya. Bidang kesehatan memerlukan biaya yang besar, maka negara langsung yang menyediakan dan menyuplai segala kebutuhan layanan kesehatan. Dengan kata lain pembangunan berbagai sarana dan prasarana kesehatan dan pengobatan ditanggung secara penuh oleh negara.
Negara juga wajib menyediakan institusi pendidikan terbaik yang akan menghasilkan tenaga medis berkualitas seperti sekolah atau universitas kedokteran, kebidanan, apoteker, bidan, perawat dan lainnya. Dan seluruh proses pendidikan ini juga gratis sebab telah ditanggung oleh negara, dan biaya produksi atau kebutuhan nya diambil dari baitul mal.
Rasulullah Saw pernah mendapat hadiah dokter dari Raja Mesir, Muqouqis. Lalu dokter tersebut ditugaskan untuk melayani seluruh kaum muslimin secara gratis, dan diberikan gaji hingga disuplai kebutuhan pengobatannya oleh baitul mal. Ini merupakan sebuah bentuk tanggung jawab Rasulullah sebagai kepala negara. Dan hal ini terus menerus dicontoh serta dilanjutkan oleh khalifah-khalifah setelah beliau.
Khatimah
Berbagai mekanisme telah dilakukan pemerintah dalam memberantas tingginya penyakit, hingga menyediakan layanan asuransi untuk rakyat miskin, namun semua itu belum bisa menjamin kesejahteraan masyarakat, dan menekan tingginya angka yang terjangkit penyakit. Terbukti sistem saat ini tak mampu mengayomi dan melindungi masyarakat nya, sebab layanan kesehatan dijadikan ladang bisnis oleh mereka yang berkuasa, tak perduli rakyat kecil menderita dan mati akibat kebijakan yang menebalkan isi saku mereka.
Jadi mari kembali pada sistem dan aturan Islam. Islam telah menjamin seluruh keperluan dan kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan secara gratis dan tanpa dibayar, tak pandang tua atau muda, miskin atau kaya, kafir atau pun muslim semua diberikan layanan yang sama. Penerapan syariat secara kaffah oleh negara menjadikan tak mungkin adanya kapitalisasi dan ketidakadilan dalam pelayanannya. Sebab mereka yakin setiap perbuatan akan ada balasannya, dan Allah SWT maha melihat segalanya.
Wallahu Alam Bisshawab.
Oleh: Audina Putri
Aktivis Muslimah