Tinta Media - Dunia remaja, masa menemukan jati diri dan mengeksplor potensi. Saat giatnya belajar, menemukan circle pertemanan tepat. Namun menghadapi masalah kadang tak jarang solusinya dengan cara pragmatis sebab masih labil.
Di sisi lain banyak dijumpai bahkan penulis sendiri menyaksikan. Saat remaja merasa hampa ia hinakan dirinya di media sosial, berharap respon dari yang lainnya untuk berkomentar buruk juga padanya. Sudah jatuh mau pula di timpa tangga. Sakit.
Bagaimana tidak sakit, baru-baru ini sebanyak 76 murid SMP Negeri di Kabupaten Magetan melukai dirinya dengan benda tajam. Salah satunya pecahan kaca, jarum sampai penggaris. (Republika, 20/10/2023)
Sebelumnya di bulan Maret 2023 sebanyak 52 siswi SMP di Bengkulu Utara menyayat tangan mereka dengan menggunakan pisau dan silet. Kasus serupa juga terjadi di Bali, diduga karena pengaruh media sosial (Antara, 14/03/2023). Dilansir dari laporan yang dikutip The Conversation, pada tingkat global sekitar 17% anak muda (12-18 tahun) setiap tahunnya sengaja menyakiti diri mereka sendiri. Lantas, kenapa fenomena ini menyerang generasi?
Apa Itu Self Harm?
Self harm adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyakiti dirinya sendiri. Perilaku ini termasuk ke dalam penyakit kejiwaan dan perlu penanganan agar tak memperparah keadaan. Bentuk umum dari self harm ialah mengiris kulit, over dosis, menarik rambut, menggaruk luka, bahkan membakar diri.
Namun saat ini fenomena self harm berkembang dimana remaja membuat identitas palsu tentang dirinya secara daring. Dengan media sosial kemudian memposting komentar kejam untuk diri sendiri atau agar mendapatkan komentar kejam dari orang lain biasa disebut digital self harm atau self cyber bullying. Pertanyaannya, benarkah self harm ini dapat mengatasi masalah dikalangan remaja?
Sekulerisme Akar Masalah
Ide sekulerisme adalah ide yang berasal bukan dari islam. Dengan ide ini Islam diasingkan dalam kehidupan. Anggapan bahwa Islam adalah sebatas ibadah ritual hanya ada di mesjid atau dihamparan sajadah.
Sekulerisme juga meniscayakan kebebasan. Ketika diberi kebebasan dan yang lainnya menasehati, maka ia menjawab ini bukan urusanmu, ini hidupku. Aku berhak dong melakukan apa. Akhirnya terjadilah individualisme yaitu sikap hanya mementingkan diri sendiri.
Sekulerisme ini juga membentuk mindset remaja menjadi kapitalisme. Dimana yang di anggap baik itu hanya yang cantik, kaya dan terkenal. Dalam artian orang-orang didalamnya digiring untuk mencari materi sebanyak-banyaknya. Jika ga cantik, ga kaya maka ga berguna.
Dalam sistem sekulerisme ini bebas mengolok-olok orang lain yang ga sesuai standardnya. Walhasil pandangan manusia membuat ia berubah. Bukan standar dari baik menurut Allah.
Belum lagi media yang mudah diakses. Remaja seolah-olah dipertontonkan film yang menayangkan edukasi self harm ini. Tak ada filter untuk menjamin remaja tidak terpapar tontonan buruk. Gaya hidup ala barat seperti fun, food, fashion, film yang jauh dari Islam. Maka wajar remaja kita minim ilmu untuk membedakan mana yang halal dan mana haram dalam kehidupan.
Islam Solusi
Kita harus menyadari bahwa tujuan hidup hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Kita adalah seorang hamba di muka bumi ini. Apa yang diperbuat akan ada perhitungan nya di hari pembalasan, dalam surah Al Baqarah ayat 286 :
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya.
Selain itu, kita harus yakin setiap permasalahan, Allah akan menolong hambaNya. Smoga ayat Allah ini dapat menghujam ke sanubari :
" cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik tempat bersandar." Q.S. Ali Imran ayat 173
Ayat ini juga dikumandangkan saudara kita di Palestina yang diantara mereka bukan lagi urusan duniawi tetapi menunggu kematian didepan mata. Bagaimana dengan kita, remaja yg notebene di daerah aman tanpa ada masalah yg pelik hingga tak mampu diselesaikan dengan cara yang baik.
Ketika sistem pendidikan berdasarkan Islam akan membentuk kepribadian Islam, Fokus beramal dgn ketinggian ilmu dan adab. Sistem yang berbasis gratis bagi muda maupun tua, muslim maupun non-muslim yang menjadikan kita ga mudah poltek (depresi saat ujian hidup datang). Juga didukung media yang mengedukasi kebaikan. Tidak ada tempat bagi media yang merusak mental dan jiwa, serta sokongan dari peran keluarga hingga negara.
Akhirnya islam adalah solusi semua masalah kehidupan. Rasulullah menjadi figur yang patut dicontoh, rule of model baik dalam pergaulan, berinteraksi, ekonomi, berkeluarga bahkan bernegara. Tiada lagi kebingungan remaja sebab faham untuk apa hidup didunia. Tentunya dari mengkaji Islam secara kontinyu. Hingga output yang dihasilkan adalah remaja cerdas sholih sholiha sebagaimana peradaban Islam yang pernah berjaya dalam Daulah Khilafah selama 14 abad lamanya. Wallahu a'lam bisshowab
Oleh: Lisa Herlina
Aktivis Dakwah, Pengurus Komunitas Muslimah Istiqomah