Tinta Media - Rapat di SMPN 1 Ciparay, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung telah dilaksanakan Jumat, 27 Oktober 2023. Rapat tersebut dihadiri oleh Teguh Purwayadi sebagai Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kabupaten Bandung, bersama Kabid Pelayanan Perpustakaan, Firman Nugraha membahas terkait visi mereka untuk meningkatkan minat baca dan peran perpustakaan di wilayah mereka.
Menurut Teguh Purwayadi, di antara hasil rapat tersebut, Dispusip akan menambah fasilitas perpustakaan, misalnya membuat kafetaria di salah satu perpustakaan Bandung sebagai upaya untuk membuat masyarakat tertarik membaca buku.
Jika kita lihat fakta hari ini, mayoritas masyarakat Indonesia dikategorikan sangat minim literasi dan banyak pula di antaranya yang mengaku tidak minat untuk membaca buku. Bahkan UNESCO menyatakan minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, yakni hanya 0,001%, artinya, dari seribu orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Miris!
Menurutnya, selain disebabkan oleh minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya ilmu pengetahuan, dilansir dari web Kominfo, media lembaga riset digital marketing Emarketer, memperkirakan bahwa besarnya jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia pada 2018, yaitu lebih dari 100 juta orang, juga menjadi penyebabnya. Indonesia menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika.
Perkembangan teknologi dengan hadirnya smartphone, membuat masyarakat semakin teralihkan dari budaya membaca. Kalau pun berminat untuk membaca buku, maka masyarakat kebanyakan saat ini lebih tertarik untuk membaca buku via online dibandingkan buku fisiknya secara langsung. Itu pun banyak dari mereka yang lebih tertarik untuk membaca buku-buku selain ilmu pengetahuan, semisal novel atau buku-buku fiksi lainnya, untuk sekadar memenuhi imajinasinya, atau sekadar hiburan di tengah aktivitas dalam menjalani rutinitas hidup. Inilah gaya hidup hedonis, yang mempengaruhi orientasi manusia dalam mengonsumsi bacaan, sekadar untuk kesenangan semata.
Gaya hidup hedonis ini telah mengakar dalam diri masyarakat, sehingga menjadi standar dalam mencapai kebahagiaan hidup, yaitu semata teraihnya kesenangan hidup semata. Inilah buah dari penerapan sistem kapitalisme sekularisme yang diterapkan di negeri ini dan juga di negeri-negeri lain. Hanya sekedar untuk memuaskan kebutuhan jasmani atau mencapai keinginan sebanyak-banyaknya, dengan cara bebas sesuai dengan yang dikehendakinya dan cenderung lebih menuruti hawa nafsu. Perilaku apatis menjangkiti jiwa-jiwa kapitalis. Mereka menginginkan pencapaian tapi tidak berusaha dengan maksimal alias ingin mendapatkannya secara instan. Seperti keinginan untuk menjadi orang yang sukses, tetapi malas untuk membaca buku ilmu pengetahuan.
Akar masalah masyarakat sebetulnya bukan sekadar pada fasilitas yang disediakan, namun terdapat pada diri individu masyarakat yang belum sadar akan pentingnya literasi. Hanya segelintir orang yang mau menyadari serta menerapkan budaya literasi. Ditambah dengan tidak adanya suport system (sistem yang mendukung), baik di tengah keluarga, masyarakat atau bahkan negara, semakin menjauhkan budaya literasi ini dari diri individu.
Meski sistem pendidikan sudah mendorong masyarakat dalam menumbuhkan kecintaan terhadap membaca, namun jika masyarakat belum memiliki kesadaran diri akan pentingnya membaca buku maka hal itu tidak mengubah sama sekali keadaan masyarakat. Maka solusi bagi masalah ini bukanlah sekedar meningkatkan fasilitas perpustakaan di setiap daerah, namun masyarakat perlu dibimbing agar tumbuh rasa butuh terhadap literasi atau membaca buku.
Berbeda halnya jika di dalam Islam, yang menjadikan aktivitas mencari ilmu sebagai suatu hal yang penting, bahkan wajib untuk dilakukan, terutama dalam mencari ilmu dan tsaqofah Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
" Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim " (HR. Ibnu Majah dari Anas ra.)
Dorongannya karena semata-mata keimanan yang mengharuskan mereka mencari ilmu, karena ilmu sebagai pegangan dalam menjalankan ibadah (ketaatan) kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya:
Masyarakat dalam islam akan sadar dengan sendirinya akan kebutuhannya terhadap ilmu dan keutamaan orang yang berilmu disisi Allah sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Mujadilah ayat 11:
" ...niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat."
(TQS. Al-Mujadilah;11)
Pujian Allah terhadap orang yang beriman dan berilmu, menunjukkan kemuliaan orang yang berilmu di sisi Allah SWT. Masyarakat dalam Islam akan memiliki kesadaran akan kebutuhannya terhadap ilmu dan keutamaan orang yang berilmu disisi Allah.
Dorongan iman dan takwa lah menjadikan manusia memahami pentingnya menuntut ilmu. Sedangkan menuntut ilmu tidak akan terlepas dari membaca buku.
Islam mendorong umatnya untuk menjadi orang yang berilmu. Di samping karena kewajiban, Islam pun telah memberi arahan kepada umatnya untuk menjadikan ilmu sebagai tumpuan dalam beramal. Orang yang beramal tanpa ilmu maka dia dikatakan sebagai orang yang sesat (bid'ah) serta amalnya tidak akan diterima oleh Allah karena menjalankan ibadah tidak sesuai syariat yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Maka Islam dalam wujud institusi negara akan berupaya secara maksimal agar masyarakat menjadi orang yang taat dan juga cerdas oleh banyaknya ilmu yang dikuasai.
Sistem Islam meniscayakan kesejahteraan dalam kehidupan. Khilafah akan menyediakan berbagai fasilitas umum secara maksimal. Dibarengi dengan bimbingan kepada masyarakat akan kesadaran untuk memiliki ilmu. Teknologi dalam negara Islam pun akan diatur untuk menunjang pendidikan bagi masyarakat. Khilafah akan memanfaatkan teknologi sebagai sarana masyarakat untuk belajar. Konten maupun tayangan yang disuguhkan kepada masyarakat adalah konten-konten dan tayangan yang berisi ilmu pengetahuan, yang dengan itu masyarakat akan tetap mendapat asupan ilmu-ilmu meskipun melalui smartphone ataupun televisi.
Di sisi lain, negara akan menjaga masyarakat dari tayangan atau konten yang merusak. Tidak membiarkan konten pornografi, atau kriminalitas seperti hari ini berseliweran di sosial media masyarakat. Negara pun serta merta memotivasi masyarakatnya untuk menjadi hamba yang berilmu dan bermanfaat bagi orang lain.
Hal itu membuat mereka berlomba-lomba untuk menjadi orang yang berilmu, salah satunya dengan cara banyak membaca buku bahkan banyak menulis buku.
Oleh : Isnaeni Nur Azizah
Sahabat Tinta Media