Tinta Media - Sejarah sumpah pemuda memiliki profil dari cita-cita anak bangsa yang menginginkan perubahan pada negeri ini melalui kemerdekaan. Sejarah mencatat bahwa penggerak perubahan negeri ini juga dipelopori oleh para pemuda.
Negeri ini selain kaya akan sumber daya alamnya, sumber daya manusianya juga berlimpah. Bonus demografi ini menjadi nilai plus untuk anak bangsa memiliki cita-cita perubahan yang tinggi bagi negeri ini.
Banyak tantangan yang harus dihadapi para pemuda saat ini. Ekonomi yang sulit, sistem sosial yang rusak, politik yang kacau balau menjadi PR besar bagi generasi selanjutnya.
Namun sayang, negara hanya mencita-citakan pemuda saat ini berdaya dalam dunia pasar ekonomi saja. Sebagaimana yang dikatakan Presiden Jokowi menekankan bahwa bangsa Indonesia harus mampu memanfaatkan peluang ini melalui dua strategi utama. Pertama, mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia agar siap memasuki pasar tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi. Kedua, meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan rakyat melalui eksploitasi sumber daya alam yang dimiliki. (Beritasatu.com, 28/10/2023).
Jika begini, tentu potensi generasi akan lumpuh dan pemikirannya akan tumpul. Sebab tidak ada inovasi dan kreasi yang bisa diciptakan. Hal ini tentu wajar terjadi, sebab kapitalisme menganggap bawah generasi muda hanya sebagai alat produksi untuk menghasilkan produk.
Bahkan peran pemuda saat ini banyak dibajak melalui program pemerintah dalam berbagai bidang. Pembajakan potensi ini melalui sistem kapitalisme-sekularisme menjadikan generasi muda yang berpikir pragmatis dan individualisme. Maka pantas, tolak ukur kesuksesan pemuda saat ini hanya pada materi semata namun tidak berakhlak, egosentris, dan bersumbu pendek. Ketika ada para pemuda yang kritis, negara seolah tutup telinga dan menjadi anti kritik. Ketika ada anak bangsa memiliki potensi dalam sains dan teknologi negara tutup mata berupaya untuk tidak mengakui. Rasanya pesimis berharap dalam sistem kapitalisme ini bisa melahirkan pemuda agen perubahan.
Melihat rusaknya moral pemuda saat ini dan mandul dari inovasi dan kreativitas merupakan pertanda bahwa kapitalisme-sekularisme berhasil merusak generasi muda dan menjauhkan dari cita-cita perubahan hakiki. Semakin lama sistem sekuler -kapitalis ini berkuasa maka semakin rusaklah generasi pada masa depan nanti.
Jauh dari masa ini, Islam telah mencontohkan bagaimana keberhasilan sistem Islam melahirkan generasi yang tangguh dan bertakwa. Lihat saja dari sejarah yang mencatat ilmuwan-ilmuwan Islam, kesatria-kesatria Islam, ulama-ulama Islam yang penemuannya, pengorbanannya, dan ilmunya masih dikenang dan dipakai sampai saat ini.
Ada Ibnu Sina ilmuwan muslim sebagai bapak kedokteran, Al Khuwarijmi sebagai penemu Al Jabar dan angka 0 yang penemuannya untuk perkembangan teknologi saat ini, ada Maryam Asturlabi sebagai penemu kompas yang saat ini dikembang sebagai GPS penunjuk arah. Ada Abbas Ibnu Firnas sebagai penemu kerangka pesawat terbang pertama kali. Mereka sebagai ilmuwan tetapi mereka juga faqih dalam agama.
Ada Muhammad Al Fatih dalam penaklukan Konstantinopel, ada Salahuddin Al Ayyubi dalam pembebasan Al Maqdis, ada Mus'ab bin Umair dalam dakwah pertama kali di Madinah, inilah pemuda berjiwa pemimpin sebagai kesatria Islam.
Bahkan ulama-ulama besar yang keilmuannya masih Masyur sampai saat ini yang dipakai di seluruh belahan dunia yaitu imam Syafi'i, imam Hambali, imam Hanafi, imam Maliki, dan lain sebagainya. Yang artinya Islam mampu menjadikan kepribadian pemuda dan generasi selanjutnya sebagai agen-agen perubahan hakiki, yang mereka lakukan tiada lain untuk mengharap ridho Allah SWT.
Inilah yang dikatakan pemuda membawa perubahan hakiki yaitu cita-citanya tidak hanya untuk duniawi tetapi sampai ke negeri akhirat nanti. Artinya kontribusi yang diberikan hanya untuk kebaikan umat, tidak hanya memikirkan diri sendiri, mampu kritis untuk menghancurkan kezaliman dan kerusakan.
PR untuk generasi saat ini adalah harus mengembalikan kehidupan Islam dalam institusi negara dengan cara mengkaji Islam ideologis dan mendakwahkannya ke seluruh dunia agar umat sadar bahwa adanya negara Islam yang menerapkan syariah secara kaffah akan mengubah wajah dunia menjadi lebih damai dan sejahtera.
Oleh : Lestia Ningsih S.Pd.
Sahabat Tinta Media