Harga Beras Tinggi, Rakyat Butuh Solusi - Tinta Media

Sabtu, 18 November 2023

Harga Beras Tinggi, Rakyat Butuh Solusi



Tinta Media - Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi beras terbesar di dunia. Sebagian besar masyarakatnya menjadikan beras sebagai makanan pokok. Oleh karena itu, beras memiliki peranan penting dalam komoditas pangan di Indonesia. 

Namun, di tengah impitan ekonomi yang kian mencekik, harga beras kian melejit. Sehingga, masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah semakin kesulitan untuk mendapatkan makanan pokok ini. Di Kabupaten Bandung misalnya, Harga rata-rata beras ada di kisaran Rp13.000 - Rp14.500/ kilogramnya. Itu pun tidak menutup kemungkinan akan naik lagi. 

Upaya untuk menekan harga beras pun dilakukan. Melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin), Pemkab Bandung menggelar operasi pasar beras murah di 31 kecamatan se - Kabupaten Bandung untuk Keluarga Penerima Manfaat (KPM), khususnya masyarakat yang tidak mampu. Dengan harga  Rp51.000/5 kg, diharapkan masyarakat dapat membeli beras berkualitas di bawah harga pasar. Dengan begitu, akan meringankan beban ekonomi masyarakat. (dara.co.id) 

Indonesia sejatinya merupakan negara agraris dengan hasil pangan yang melimpah. Jika dikelola dengan baik, maka Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan pangan warganya secara mandiri tanpa harus impor bahan pangan atau mengalami kekurangan bahan pangan. Namun, karena sistem pengelolaan yang salah, hal itu pun tidak dapat terelakkan.

Ada beberapa kemungkinan penyebab tingginya harga beras ini, di antaranya menurunnya pasokan beras dalam negeri akibat musim kemarau panjang yang ekstrem, sehingga sawah-sawah mengalami kekeringan karena kekurangan pasokan air untuk mengaliri sawah. Akibatnya, tanaman padi mengalami kekeringan dan gagal panen. 

Selain itu, adanya persaingan pasar yang terjadi antara para pengusaha atau pedagang besar, yang hanya mencari keuntungan semata dengan mengendalikan harga. Faktor lainnya, adanya kapitalisasi lahan yang semakin meluas, sehingga lahan pertanian semakin menyempit dan produksi pertanian semakin berkurang, akibat adanya alih fungsi lahan menjadi kawasan industri, perumahan, jalan tol, dan lain-lain.

Faktor biaya yang mahal untuk sektor pertanian pun bisa jadi penyebab. Mulai dari pengadaan benih, pupuk serta upah tenaga kerja, sehingga ketika panen tiba, harga beras yang dihasilkan tidak mampu menutupi biaya produksi, yang menjadikan petani merugi.

Beberapa kebijakan pun diambil oleh pemerintah untuk menurunkan harga beras, yaitu dengan melakukan impor dengan dalih menambah stok beras nasional. Padahal, beberapa waktu sebelumnya, Presiden Jokowi menyatakan bahwa stok beras dalam kondisi aman karena sejumlah daerah tengah menghadapi panen raya. Namun demikian, kebijakan impor yang dilakukan semenjak beberapa waktu lalu pun bukanlah solusi yang tepat untuk menurunkan harga beras yang semakin melambung. Malah kebiasaan pemerintah yang doyan impor beras ini dampaknya dapat merugikan petani. Sehingga, banyak petani yang akhirnya tidak mau lagi menanam padi karena harga gabah jatuh akibat adanya impor.

Operasi pasar yang dilakukan pun tidak membawa dampak yang berarti bagi masyarakat, melainkan hanya solusi sesaat. Pasalnya, alokasi subsidi beras murah tidak merata ke lapisan masyarakat yang membutuhkan, bahkan tidak tepat sasaran, sehingga masih banyak warga yang tidak mendapatkan beras tersebut, padahal ia tergolong layak mendapatkannya.

Di tengah kenaikan harga beras pun, pemerintah memiliki wacana untuk membagikan rice cooker secara gratis. Hal ini tentu tidak nyambung dengan persoalan tingginya harga beras yang sedang terjadi. Dalam kondisi saat ini, yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah beras, bukan rice cooker. Jika beras ada, masyarakat bisa memasaknya menggunakan kompor atau kayu bakar. Selain itu, penggunaan rice cooker juga akan menambah beban biaya listrik yang digunakan. Justru ini menambah beban baru bagi rakyat. 

Kebijakan pemerintah yang terkesan nyeleneh ini merupakan bukti bahwa pemerintah tidak serius dalam mengurusi kebutuhan pangan rakyat. Solusi yang diberikan juga malah menimbulkan persoalan baru yang lebih rumit. 

Alih-alih berusaha mencari akar permasalahan dan menurunkan harga pangan, mereka malah menyarankan agar rakyat beralih mengonsumsi makanan karbohidrat lain, seperti jagung, ubi, sagu, pisang dan semisalnya untuk mengurangi konsumsi beras. Tentu saja saran ini tidaklah etis mengingat  pernyataan itu keluar dari pemikiran selevel pemerintah yang tugasnya adalah menyejahterakan rakyat.

Islam adalah agama yang mampu menyelesaikan seluruh masalah kehidupan. Dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan, Islam telah menjamin  kebutuhan rakyat, orang per orang. Hal tersebut dilakukan melalui kebijakan negara sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pemenuhan hak rakyat, apalagi pangan merupakan kebutuhan pokok yang paling mendasar. 

Negara akan memberikan bantuan subsidi berupa benih berkualitas tinggi, pupuk dan pengadaan alat-alat berteknologi mutakhir untuk membantu mengelola pertanian, membangun infrastruktur untuk mendukung penyediaan irigasi.

Negara juga akan membatasi alih fungsi lahan guna mengoptimalkan lahan pertanian, menghidupkan tanah mati untuk membuka lahan pertanian. Dengan begitu, ketahanan pangan akan terjaga dan stok pangan dalam negeri juga aman tanpa harus impor. 

Pengaturan serta pengawasan juga dilakukan negara dalam proses distribusi pangan agar tidak terjadi kecurangan yang dapat menimbulkan tingginya harga bahan pangan ketika sampai ke penjual. Sehingga, masyarakat bisa memperolehnya dengan harga yang terjangkau. Adapun bagi masyarakat yang tidak mampu, maka negara akan menyalurkan bantuan secara merata dan tepat sasaran.   

Negara juga tidak boleh mematok harga kebutuhan pokok. Ini karena harga kebutuhan pokok mengikuti harga pasar.

Kemudian negara akan melarang dan mencegah pihak asing untuk ikut campur dalam masalah pengaturan pangan dalam negeri, serta melarang penimbunan, penipuan, serta praktik monopoli.

Semua hal tersebut dilakukan oleh negara untuk mengurus seluruh kebutuhan agar dapat mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat.

Rasulullah saw bersabda,
"Imam itu adalah laksana penggembala, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya)." 
HR. Imam Bukhari dan Imam Ahmad

Tentunya dengan hanya berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt., bukan untuk mencari keuntungan. Insyaallah, keberkahan hidup akan didapatkan, sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Al-'Araf;96, yang artinya:

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." Wallahu alam bi shawab.

Oleh: Dini A Supriyatin
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :