Al-Qur’an Penyempurna Kitab-Kitab Suci Sebelumnya - Tinta Media

Jumat, 17 November 2023

Al-Qur’an Penyempurna Kitab-Kitab Suci Sebelumnya



Tinta Media - Sobat. Seorang Muslim beriman dan yakin pada segala  hal yang diturunkan dan  diwahyukan oleh Allah SWT , baik berupa  kitab  maupun  yang difirmankan-Nya kepada beberapa Rasul berupa shuhuf ( lembaran ).

Kitab-kitab yang berasa dari Allah SWT ada empat macam : Al-Quran yang diturunkankepada Nabi Muhammad SAW; Taurat kepada Nabi Musa AS; Zabur kepada Nabi Daud AS; Injil kepada hamba Allah dan Rasul-Nya Isa AS. Firman Allah SWT dalam bentuk shuhuf, misalnya adalah apa yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim AS.

Sobat. Hanya Al-Quran yang dipelihara keasliannya oleh Allah, yang sekaligus berfungsi sebagai penyempurna dan penghapus syariah-syariah Nabi dan Rasul sebelumnya.

Allah SWT berfirman :

وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمُهَيۡمِنًا عَلَيۡهِۖ فَٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ لِكُلّٖ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةٗ وَمِنۡهَاجٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيعٗا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ  

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,” ( QS. Al-Maidah (5) : 48 ).

Sobat. Setelah menerangkan bahwa Taurat telah diturunkan kepada Nabi Musa, dan kitab Injil telah diturunkan pula kepada Nabi Isa dan agar kedua kitab tersebut ditaati dan diamalkan oleh para penganutnya masing-masing. Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad saw. Al-Qur'an adalah Kitab Samawi terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan membenarkan Kitab suci sebelumnya seperti Taurat dan Injil. Al-Qur'an adalah kitab yang terpelihara dengan baik, sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan pemalsuan. Firman Allah menegaskan:

(Yang) tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu dan yang akan datang), yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana, Maha Terpuji. (Fussilat/41:42).

Al-Qur'an adalah kitab suci yang menjamin syariat yang murni sebelumnya, dan kitab suci yang berlaku sejak diturunkannya sampai hari kemudian. Oleh karena itu, wajib menghukumkan dan memutuskan perkara anak manusia sesuai dengan hukum yang telah diturunkan Allah, yang telah terdapat di dalam Al-Qur'an. Bukanlah pada tempatnya menuruti keinginan dan kemauan hawa nafsu mereka yang bertentangan dengan kebenaran yang dibawa oleh junjungan kita Nabi Muhammad saw.

Tiap-tiap umat diberi syariat (peraturan-peraturan khusus), dan diwajibkan kepada mereka melaksanakannya, dan juga mereka telah diberi jalan dan petunjuk yang harus dilaksanakan untuk membersihkan diri dan menyucikan batin mereka. Syariat setiap umat dan jalan yang harus ditempuh boleh saja berubah--ubah dan bermacam-macam, tetapi dasar dan landasan agama samawi hanyalah satu, yaitu tauhid.

Taurat, Injil, dan Al-Qur'an, masing-masing mempunyai syariat tersendiri, yang berisi ketentuan-ketentuan hukum halal dan haram, sesuai dengan kehendak-Nya untuk mengetahui siapa yang taat dan siapa yang tidak. Firman Allah:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ  

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku. (al-Anbiya'/21:25).

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُۗ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ  

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. an-Nahl/16:36).

Sobat. Allah swt menjelaskan bahwa para rasul itu diutus sesuai dengan sunatullah yang berlaku pada umat sebelumnya. Mereka itu adalah pembimbing manusia ke jalan yang lurus. Bimbingan rasul-rasul itu diterima oleh orang-orang yang dikehendaki oleh Allah dan membawa mereka kepada kesejahteraan dunia dan kebahagiaan akhirat.

Allah swt menjelaskan bahwa Dia telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat yang terdahulu, seperti halnya Dia mengutus Nabi Muhammad saw kepada umat manusia seluruhnya. Oleh sebab itu, manusia hendaklah mengikuti seruannya dan meninggalkan segala larangannya.

Allah swt berfirman:
Sungguh, Kami mengutus engkau dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada satu pun umat melainkan di sana telah datang seorang pemberi peringatan. (Fathir/35: 24)

Dan firman-Nya:
Dan tanyakanlah (Muhammad) kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, "Apakah Kami menentukan tuhan-tuhan selain (Allah) Yang Maha Pengasih untuk disembah?" (az-Zukhruf/43: 45)

Sobat. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa Allah tidak menghendaki hamba-Nya menjadi kafir, karena Allah swt telah melarang mereka mengingkari-Nya. Larangan itu telah disampaikan melalui para rasul-Nya. Akan tetapi, ditinjau dari tabiat manusia, mungkin saja ada di antara mereka yang mengingkari Allah, karena manusia telah diberi akal pikiran dan kebebasan untuk memilih sesuai dengan kehendaknya. Takdir Allah berlaku sesuai dengan pilihan mereka. Oleh karena itu, apabila ada di antara hamba-Nya yang tetap bergelimang dalam kekafiran dan dimasukkan ke neraka Jahanam, maka tidak ada alasan bagi mereka untuk membantah. Allah telah cukup memberikan akal pikiran dan kebebasan untuk memilih dan menentu-kan sikap jalan mana yang akan mereka tempuh. Sedang Allah sendiri tidak menghendaki apabila hamba-Nya menjadi orang-orang yang kafir.

Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa Allah telah mengingatkan hamba-Nya yang mendustakan kebenaran rasul dengan ancaman hukuman di dunia apabila mereka tidak mau mengubah pendiriannya dan menerima petunjuk yang dibawa rasul. Oleh karena itu, Allah membinasakan mereka dengan hukuman-Nya yang sangat pedih. Tetapi ada pula di antara mereka yang diberi petunjuk oleh Allah, sehingga mereka menerima dan mengikuti petunjuk dan wahyu yang dibawa rasul-Nya. Mereka inilah orang-orang yang berbahagia dan selamat dari azab Allah.

Sesudah itu, Allah swt memerintahkan kepada mereka agar bepergian ke seantero muka bumi dan menyaksikan negeri-negeri yang didiami oleh orang-orang zalim. Mereka disuruh melihat bagaimana akhir kehidupan orang-orang yang mendustakan agama Allah. Di dalam ayat ini, Allah swt menyuruh manusia agar mengadakan penelitian terhadap sejarah bangsa-bangsa lain dan membandingkan antara bangsa-bangsa yang menaati Allah dan rasul-Nya dengan yang mengingkari seruan Allah dan rasul-Nya. Hal ini tiada lain hanyalah karena Allah menginginkan agar mereka mau mengikuti seruan rasul.

Sobat. Sekiranya Allah menghendaki, tentulah Dia dapat menjadikan semua manusia hanya dengan satu syariat dan satu macam jalan yang akan ditempuh dan diamalkan mereka sehingga dari zaman ke zaman tidak ada peningkatan dan kemajuan, seperti halnya burung atau lebah, kehendak Allah tentu akan terlaksana dan tidak ada kesulitan sedikit pun, karena Allah kuasa atas segala sesuatu. Tetapi yang demikian itu tidak dikehendaki oleh-Nya. Allah menghendaki manusia itu sebagai makhluk yang dapat mempergunakan akal dan pikirannya, dapat maju dan berkembang dari zaman ke zaman. Dari masa kanak-kanak ke masa remaja meningkat jadi dewasa dan seterusnya.

Sobat. Demikianlah Allah menghendaki dan memberikan kepada tiap-tiap umat syariat tersendiri, untuk menguji sampai di mana manusia itu dapat dan mampu melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya, sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam kitab samawi-Nya, untuk diberi pahala atau disiksa. Oleh karena itu seharusnyalah manusia berlomba-lomba berbuat kebaikan dan amal saleh, sesuai dengan syariat yang dibawa oleh nabi penutup rasul terakhir Muhammad saw. Syariat yang menggantikan syariat sebelumnya, untuk kepentingan dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak.

Pada suatu waktu nanti, mau tak mau manusia akan kembali kepada Allah memenuhi panggilan-Nya ke alam baka. Di sanalah nanti Allah akan memberitahukan segala sesuatu tentang hakikat yang diperselisihkan mereka. Orang yang benar-benar beriman akan diberi pahala, sedang orang-orang yang ingkar dan menolak kebenaran, serta menyeleweng tanpa alasan dan bukti, akan diazab dan dimasukkan ke dalam neraka.

Sobat. Berbahagialah kaum muslimin yang menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab pegangan hidup mereka. Dan Al-Qur’an sebagai kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW atas izin Allah, untuk menjadi petunjuk bagi manusia, mengeluarkan mereka dari gelapnya kekufuran menuju cahaya keislaman yang terang benderang.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :