Tinta Media - Konflik Palestina dan penjajah Yahudi yang kembali memanas hingga muncul pendapat solusi dua negara, dinilai Analis Senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan sebagai hal yang konyol, tidak mendasar dan menyesatkan.
“Sekarang ini yang konyol adalah solusi untuk dua negara, saya kira ini adalah solusi yang juga tidak berdasar dan solusi yang menyesatkan,” nilai Fajar kepada Tinta Media, Kamis (19/10/2023).
Fajar mengibaratkan ada orang masuk pekarangannya secara illegal, kemudian tiba-tiba bangun rumah permanen dan seterusnya kemudian tiba-tiba ada orang lain berkata ‘udah kalau begitu dibagi dua saja’. “Masuk akal enggak gitu?” tanyanya.
Menurutnya, dari logika-logika sederhana saja, tidak masuk akal. “Bagaimana mungkin orang Palestina yang sebagai pemilik wilayah Palestina, pemilik negara Palestina, itu kemudian dipaksa untuk berbagi wilayah dengan orang-orang Yahudi tadi, yang dia aggressor, dia datang secara ilegal dan kemudian mendirikan Negara di Palestina gitu. Ini enggak masuk akal,” tuturnya geram.
“Dari sudut pandang apa saja enggak masuk akal gitu. ndak harus dari sudut agama, dari sudut pandang akal sehat saja, enggak masuk akal,” tegasnya melanjutkan.
Ini yang ia anggap juga solusi dua negara itu solusi yang menyesatkan dan solusi yang tidak ada akar sejarahnya.
“Jadi konflik yang berkembang di Palestina itu, tadi ada negara-negara Kafir di belakangnya Yahudi, yang kemudian melegimitasi setiap tindakan yang dilakukan oleh mereka,” jelasnya.
Ia melanjutkan, setiap kali konflik dengan Palestina maka mereka akan melakukan pembelaan-pembelaan, melakukan lobi-lobi dan seterusnya.
“Kalau ada serangan maka akan bantu dengan persenjataan, dengan anggaran, dan seterusnya,” jelasnya lebih lanjut.
Kedua, menurut Fajar, karena solusi yang diberikan adalah solusi yang tidak masuk akal. Mengakui dua negara Palestina dan Israel dalam satu wilayah, itu suatu tindakan yang justru jika dilakukan oleh penguasa umat Islam, itu adalah bentuk nyata penghianatan terhadap kaum muslimin.
“Itu bentuk pengkhianatan terhadap kaum muslimin yang telah syahid dalam rangka untuk melakukan futuhat ke Palestina pada waktu itu,” tegasnya.
Solusi
Solusi tuntas untuk konflik Palestina menurut Fajar adalah dengan memecahkan akar masalahnya. “Solusi tuntasnya, kembali kepada memecahkan akar masalahnya,” tuturnya.
“Kalau ingin solusi tuntas, ya maka kembalikan Palestina sebagaimana sebelum ada orang-orang Yahudi di situ, yang kemudian mendirikan secara ilegal Israel tadi itu,” lanjutnya.
Jadi itu yang ia nilai sebagai solusi yang bisa menentramkan kembali dunia. Dikatakannya karena Palestina itu negara yang merdeka, maka dikembalikan lagi hak kemerdekaannya dan itu bisa ditempuh jika kemudian seluruh entitas Yahudi yang ada di Palestina pada saat ini diusir dari tanah Palestina. “Bukan dengan cara mengakui dua negara tadi itu, membagi tanah Palestina menjadi dua negara, satu negara kaum muslimin, satu negara untuk kaum Yahudi!” tegasnya.
Menurutnya hal itu hanya akan bisa dilakukan dengan kekuatan kekuasaan. “Tetapi bukan sekedar kekuatan kekuasaan,” ujarnya.
Ia mengajak umat melihat, dari sekitar 50 an negeri-negeri muslim, siapa yang kemudian betul-betul bersikap tegas membela Palestina dengan langkah-langkah yang riil dan dengan segenap kemampuan yang dimiliki. “Mari Coba sebutkan yang mengirim tentaranya misalkan, ‘saya kirim tantara, saya kirim pesawat tempur, saya kirim tank,’ dan seterusnya,” tuturnya.
“Enggak ada, mereka hanya bisa mengecam. Ya kalau seperti itu, semua orang bisa mengecam,” imbuhnya.
Padahal, tambahnya, mereka punya kekuasaan tapi kekuasaannya tidak mampu atau tidak mau mereka gunakan untuk membela saudara mereka, saudara seiman mereka. “Tapi harusnya mereka punya kekuasaan, mereka panglima tertinggi aAngkatan bersenjata, kirim itu angkatan bersenjatanya ke Palestina. Bela itu rakyat Palestina!” serunya.
“Kalau Israel berani membombardir Gaza, ganti itu bombardir negeri-negeri, wilayah-wilayah Israel, Yahudi itu. Berani enggak?” tanyanya geram.
Fajar menduga negeri-negeri kaum muslimin tidak berani melakukannya karena mereka semua tunduk patuh terhadap negeri-negeri Barat. “Mereka tunduk patuh terhadap Amerika, terhadap Inggris, Perancis, Nato, dan seterusnya,” paparnya.
Ini juga ia nilai sebagai sikap munafik dari penguasa-penguasa negeri-negeri Muslim. Ini juga yang menurutnya seharus harus diakhiri. “Ada kemudian kekuasaan yang bisa betul-betul membela Palestina, adalah kekuasaan yang memang tidak terkooptasi dengan negeri-negeri kafir Barat. Kekuasaan itulah yang bisa menyatukan seluruh kekuatan potensi kaum muslimin,” jelasnya.
Kekuasaan itu menurut Fajar adalah yang serupa dengan kekuasaannya Sultan Abdul Hamid II dan kekhalifahan-kekhalifahan sebelum Utsmaniyah, yang kemudian terus memberikan perlindungan kepada negeri-negeri muslim, termasuk negeri Palestina yang diberkati. “Sehingga kalau bicara kekuasaan seperti apa? Ya kembali pada kekuasaan seperti zamannya Sultan Abdul Hamid II, setidaknya akan mampu membuat perhitungan kepada entitas Yahudi itu,” tegasnya.
Itu berarti, kata Fajar adalah kekuasaan kekhilafahan. Karena kekhilafahan itu tidak tunduk patuh pada negara-negara Barat, tidak mau kemudian mengakui perjanjian-perjanjian internasional, lembaga-lembaga internasional yang kemudian di tengarai hanya akan merugikan kepentingan kaum muslimin. Kekuasaan independent, yang didukung oleh seluruh kaum muslimin, kemudian berdiri untuk seluruh kaum muslimin, dan menghimpun kekuatan seluruh kaum muslimin.
“Maka, itu yang kemudian menurut saya akan bisa atau mampu mengakhiri konflik palestina hari ini,” pungkasnya.[] Raras