Perilaku Liberal, Generasi Rentan Menjadi Korban - Tinta Media

Selasa, 03 Oktober 2023

Perilaku Liberal, Generasi Rentan Menjadi Korban



Tinta Media - Belum lama ini viral sebuah video di media sosial yang memperlihatkan sekelompok pelajar SMP terlibat saling adu jotos. Peristiwa ini terjadi pada hari Senin (4/8/2023) lalu di sebuah bangunan kosong samping lapangan tenis terbengkalai di Komplek Griya Bandung Indah, Desa Buah Batu, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung. 

Hal ini dibenarkan oleh Kapolresta Bandung Kombes Pol, Kusworo Wibowo. Ia mengatakan bahwa aksi adu jotos tersebut dilakukan oleh 19 siswa SMPN 2 Bojongsoang yang merupakan teman sepermainan. Ia juga menambahkan bahwa motif dari perkelahian tersebut tidak lain hanyalah iseng karena ada seorang dari mereka mengajak berkelahi. Akan tetapi, ketika sudah selesai tidak ada permasalahan lanjutan dan tidak ada dendam. Mereka hanya menganggapnya sebagai olahraga saja. (PasJabar.com)

Aksi anarkis pelajar ini seolah tidak ada habisnya, seperti perkelahian, tawuran antarsekolah, bullying, narkoba, seks bebas, serta aksi-aksi lainnya yang semakin merajalela dan brutal. 

Meski aksi yang dilakukan para pelajar SMPN 2 Bojongsoang  ini hanya sekedar candaan antarteman saja, tetapi aksi tersebut dapat membahayakan dirinya maupun orang lain. Tak jarang aksi perkelahian dapat menimbulkan korban jiwa. Tentu saja hal ini harus mendapatkan perhatian khusus, mengingat generasi muda merupakan aset peradaban. Jika hal ini terus dibiarkan, maka generasi muda hanya akan menjadi sampah masyarakat saja. 

Di tengah arus budaya liberal serta pemikiran-pemikiran kufur yang merajalela, generasi muda sangat rentan menjadi korban dari gempuran tsaqafah Barat tersebut. Pemikiran-pemikiran mereka diracuni oleh tontonan yang berbau kekerasan melalui film-film aksi kriminal serta game-game yang sarat akan tindakan kekerasan dan kekejaman. 

Mereka pun mengikutinya dengan tujuan hanya ingin mendapatkan perhatian atau ingin eksis tanpa berpikir bahwa perbuatan tersebut dapat membahayakan diri mereka maupun orang lain. Sehingga, perilaku generasi muda saat ini telah rusak, liar, liberal, serta jauh dari adab. Mereka bebas berbuat semaunya tanpa ada batasan yang dapat menghalangi mereka.

Pendidikan di sekolah harusnya menjadi tempat untuk menimba ilmu dan menghasilkan generasi yang cerdas serta berkepribadian Islam. Namun, faktanya hanya menjadi pencetak generasi liberal yang semakin rapuh. 

Pendidikan agama di sekolah-sekolah sangat minim. Sebaliknya, kurikulum yang diajarkan saat ini hanyalah menjadikan generasi yang berdaya saing dalam hal materi. Mereka seolah dipersiapkan hanya untuk mendapatkan kehidupan yang layak di dunia saja, tetapi jauh dari perkara kehidupan akhirat yang menyebabkan mereka mengingkari adanya Allah yang mengawasi setiap perbuatan mereka. Dalam pemahaman, mereka hidup hanya untuk mengejar materi dan mencari kesenangan dunia saja. 

Sanksi hukum yang diberikan kepada pelajar yang melakukan aksi kekerasan pun tidak menimbulkan efek jera. Mereka hanya diberikan pembinaan, setelah itu dilepaskan begitu saja dan kemungkinan akan mengulanginya kembali.

Tidak demikian dengan Islam. Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam juga menjaga dan melindungi setiap warga dari perkara yang merusak. Begitu juga dengan generasi mudanya. Langkah-langkah yang diperlukan dalam membentengi dan melindungi para generasi muda meliputi 3 aspek, yaitu:

Pertama, aspek keluarga. Orang tua harus memberikan pembekalan kepada anak-anak dengan akidah Islam yang kokoh dan mengajarkan kepada mereka untuk selalu menjalankan syariat Islam dalam setiap sendi kehidupan, baik dalam perkara hubungan dirinya dengan Sang Khalik, kemudian dengan dirinya sendiri, maupun dalam perkara muamalah. Sehingga, ketika keluar dari lingkungan rumah, mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh pemikiran buruk karena sudah memiliki pemahaman tsaqafah Islam yang benar.

Kedua, aspek lingkungan masyarakat. Masyarakat harus peka dan peduli terhadap generasi muda yang ada di sekitar mereka. Mereka harus mengondisikan lingkungan yang positif. Apabila ada perilaku para pemuda yang buruk, maka masyarakat harus menegur serta memberikan pemahaman yang baik kepada mereka. Hal ini karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap baik dan buruknya generasi. Jika lingkungan masyarakat positif, maka karakter para generasinya juga akan baik.

Ketiga, aspek negara. Tidak hanya keluarga dan masyarakat, peran negara dalam memelihara karakter generasi muda juga sangat penting. Salah satunya adalah dengan menyaring segala budaya dan informasi dari negara-negara kufur yang masuk ke negaranya melalui media massa. 

Selain itu, negara melarang tontonan yang sarat akan kekerasan dan kriminal agar masyarakat, terutama para generasi muda tidak mencontoh hal serupa. Media massa hanya dimanfaatkan untuk syiar Islam guna menambah pemahaman serta menguatkan keimanan dan ketakwaan masyarakat. 

Negara juga tidak boleh menelan bulat-bulat pemikiran asing yang bukan dari Islam karena dikhawatirkan akan membawa dampak buruk bagi para generasi muda. Kemudian, negara juga wajib memberikan pendidikan yang berbasis akidah Islam. Dengan begitu, maka generasi muda akan memahami hakikat hidup mereka dengan baik dan terlahir menjadi generasi yang cerdas serta memiliki spirit Islam yang tinggi.

Demikianlah Islam memberikan solusi yang mampu melindungi generasi muda dari segala bentuk kerusakan. Namun, semua itu akan dapat terwujud hanya dengan penerapan Islam secara kaffah melalui institusi yang bernama Khilafah. Wallahu'alam bi shawab.

Oleh: Dini A. Supriyatin, 
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :