Tinta Media - Syeikh Taqiyuddin An Nabhani rahimmullah ta'ala dalam kitab Daulah Islam menganalogikan bagaimana Barat menikam Daulah Khilafah sebagai berikut:
"Sungguh aku telah membunuh ibu kalian yang lemah itu, yang memang layak dibunuh karena perawatan yang buruk terhadap kalian. Aku janjikan kepada kalian perawatan yang akan membuat kalian bisa merasakan kehidupan bahagia dan kenikmatan yang nyata."
Melalui ideologi kapitalisme dan turunannya (nasionalisme, demokrasi, neoimpralisme, dan lain-lain) mereka mencekoki negeri-negeri muslim untuk tunduk dan patuh kepada Barat.
Inilah yang dilakukan Amerika Serikat, yaitu memprakarsai wacana normalisasi hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Israel. Setelahnya, negara minyak tersebut membuka kembali hubungan diplomatik dengan Iran.
Sebelum wacana normalisasi mencuat, kesepakatan Abraham Accords juga telah dilaksanakan oleh beberapa negara Arab dengan Israel. Negara tersebut yakni Uni Emirat Arab, Sudan, Bahrain, Maroko, Mesir, dan Yordania.
Saat diwawancara terkait isu Palestina, Pangeran Mohammed bin Salman mengatakan, "Ada dukungan dari pemerintahan Presiden Biden untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Bagi kami, isu Palestina sangatlah penting. Kami perlu menyelesaikan bagian tersebut dan kami terus melakukan negosiasi hingga saat ini. Kami harus melihat ke mana kami akan melangkah. Kami berharap, hal ini akan mencapai titik temu, sehingga dapat meringankan kehidupan Palestina, jadikan Israel sebagai pemain di Timur Tengah." (Foxs News, Rabu 20/9/2023).
Para penguasa di negara-negara Islam sudah lupa bahwa Palestina adalah tanah yang diberkahi, termasuk daerah sekitarnya. Darah para syuhada kaum membasahi Al-Quds di bawah Amr bin Al-Ash dan Salahudin Al ayyubi, panglima yang cemerlang mampu membebaskan Al-Quds dari pasukan Salib.
Mengenai tanah yang diberkahi ini, Allah Swt. firman dalam surah Al-Isra ayat 1, yang artinya:
"Mahasuci Allah yang membawa hamba-Nya ˹Muḥammad˺ pada malam hari dari Masjidil Haram ke masjid terjauh yang sekelilingnya Kami berkahi."
Apa yang diperbuat Arab Saudi tidaklah meringankan kehidupan saudara muslim di sana. Namun, hal itu justru merupakan legitimasi atas entitas Yahudi tersebut. Sesungguhnya persengkongkolan Penguasa negeri muslim dengan entitas Yahudi ini adalah bentuk pengkhianatan mereka di atas derita saudaranya di Palestina.
Mereka (penguasa muslim) yang melakukan kejahatan dengan menormalisasi hubungan dengan orang-orang Yahudi tidak akan menerima apa pun kecuali rasa malu dan azab yang keras dari Allah Swt.
Allah berfirman dalam surat Al-An'am ayat 124, yang artinya:
"Dan apabila datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata, 'Kami tidak akan percaya (beriman) sebelum diberikan kepada kami seperti apa yang diberikan kepada rasul-rasul Allah.' Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras karena tipu daya yang mereka lakukan."
Semestinya penguasa negeri-negeri muslim menugaskan kepada tentara muslim untuk melakukan mobilisasi dalam upaya membebaskan dan memurnikan Al-Quds dari kekejian orang-orang Yahudi, bukan malah Palestina yang disajikan kepada orang-orang Yahudi berupa normalisasi, ketundukan, dan perbudakan.
Al-Quds akan kembali suci dan diberkati, seperti yang terjadi dengan pedang tentara muslim yang bertakwa di bawah kepemimpinan Khilafah Rasyidah mengusir orang-orang Yahudi dari tanah yang diberkati tersebut. Orang-orang Yahudi itu lari menjauh dan teror akan memenuhi hati mereka sampai salah satu dari mereka bersembunyi di balik batu yang mengungkapkan dirinya lebih dari menyembunyikannya.
Abu Hurairah radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Hari kiamat belum akan terjadi sampai kaum muslimin memerangi bangsa Yahudi. Mereka diserang kaum muslimin hingga bersembunyi d balik batu dan pohon. Namun, batu maupun tumbuhan akan berkata, 'Wahai muslim, wahai hamba Allah, di belakangku ada orang Yahudi. Kemari dan bunuhlah dia!' kecuali pohon gharqad. Sebab, pohon gharqad adalah pohon orang Yahudi." (HR Muslim).
Oleh: Muhammad Nur
Aktivis Dakwah