Menjadi Orang Tua Sadis di Era Kapitalis - Tinta Media

Rabu, 18 Oktober 2023

Menjadi Orang Tua Sadis di Era Kapitalis

Tinta Media - Berusaha menjaga kewarasan mental di era kapitalisme memang tidaklah mudah, di tengah berbagai gempuran masalah dan berbagai polemik kehidupan, kita juga dipaksa wajar menerima kerusakan, kemaksiatan dan berbagai kezaliman.
Maka ketika agama tidak dijadikan pegangan, yang tersisa hanyalah kegilaan.

Bahkan keluarga yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman dan aman dari kerasnya kehidupan, bisa berubah jadi tempat paling berbahaya dan tempat meregang nyawa. Seperti kasus yang terjadi di Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Seorang bocah bernama Muhammad Rauf (13), ditemukan tewas di saluran irigasi atau sungai di Blok Sukatani, Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Rabu (4/10/2023) dalam kondisi berlumuran darah dengan tangan terikat ke belakang. Ironisnya Rauf dihabisi nyawanya oleh ibu kandungnya N (43), paman S (24) serta kakeknya, W (70). 

Kejadian tersebut bermula dari kedatangan Rauf ke rumah kakeknya, karena telah beberapa hari tidak pulang, si kakek menegurnya, namun karena tidak menerima teguran tersebut Rauf memukul kakeknya. Pukulan tersebut dibalas oleh kakeknya dengan memukul menggunakan gergaji dan menyasar kepala korban. lalu kakeknya tersebut memanggil ibu korban dan korban sempat berusaha melarikan diri, namun sang ibu menghadangnya hingga tertangkap, si ibu langsung membanting korban dan menindihnya. Selanjutnya Ibu korban, menelepon adiknya atau paman korban berinisial S untuk datang, sesampainya di lokasi kejadian, paman korban langsung mengikat tubuh korban.

Saat itu pelaku sekaligus ibu korban, sempat meminjam motor tetangga, berniat mengantarkan korban kepada ayahnya di wilayah Bongas Indramayu. Sebab diketahui ayah dan ibu sudah bercerai. Namun, saat di tengah perjalanan, ibu korban terfikir untuk membuang korban ke saluran irigasi. Menurut para pelaku, saat ditinggalkan korban masih hidup. Dan alasan sang ibu tega menganiaya anaknya lantaran kesal sebab korban diketahui ingin memiliki ponsel dan beberapa kali mengambil ponsel milik ibunya.
(kompas.com /07/10/2023)

Tragis dan miris! ibu yang fitrahnya penuh kasih sayang sekaligus pelindung bagi anak-anaknya bisa berubah menjadi sadis di era kapitalis. Tingkat kekerasan yang dialami oleh anak saat ini memang cukup tinggi. Mengutip data SIMFONI-PPA1 atau sebuah sistem informasi online yang menghimpun data kekerasan terhadap perempuan dan anak dari berbagai sumber, pada tahun 2023 terdapat 20.401 kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen pelaku kekerasan terhadap anak adalah orang tua dengan alasan memberi pendidikan dan disiplin. 

Pada dasarnya masalah perilaku anak yang nakal, agresif atau suka mencuri adalah hasil didikan orang tua, sebab bagaimanapun, orang tua adalah pendidik pertama dan utama serta memegang peranan yang paling penting dalam tumbuh kembang anak. Dan hal yang paling mendasar sekaligus, utama yang kerap di lupakan oleh orang tua adalah penanaman aqidah yang benar sejak awal. Serta bagaimana perilaku orang tua dalam memberikan pengasuhan kepada anak. Padahal itu adalah kunci dalam pembentukan kepribadian anak dan dengan berbekal aqidah yang kokoh dalam mengarungi kehidupan, seorang anak tidak akan mudah terpengaruh pada lingkungan yang tidak baik. 

Terlebih ketika orang tua mengalami perceraian. Karena pada dasarnya kesedihan dan psikologis itu tidak hanya di tanggung oleh orang tua, dalam kasus ini seorang ibu, tapi juga di rasakan seorang anak. Kendati dampak perceraian bagi mental anak secara psikologis dan sosialnya bisa bervariasi, tergantung pada usia, kepribadian serta kondisi keluarga anak. Namun secara umum anak korban perceraian cenderung bermasalah dengan perilaku, akibat stres dan bingung dengan situasi yang belum dia mengerti, yang kemudian membuat anak menjadi lebih agresif, impulsif atau nakal.

Jika orang tua memberi pengertian secara berkelanjutan, memberikan dukungan emosional kepada anak. Dengan menunjukkan kasih sayang, perhatian, dan pengertian kepada anak, meskipun mereka sudah bercerai maka masalah tersebut bisa tertangani dengan baik.

Namun di sisi lain orang tua juga seharusnya memiliki pemahaman agama yg benar, sehingga ketika anak melakukan kenakalan, bisa menghadapinya dengan lebih bersabar, dan dapat memaklumi kegoncangan mental anak ketika merasa kehilangan salah satu sosok penting, yang seharusnya berada di sisinya saat pertumbuhannya.

Selanjutnya, persoalan ekonomi pasca perceraian yang sejatinya menjadi kewajiban bagi seorang ayah dalam pemberian nafkah anak, hingga anak mencapai usia baligh, kecuali saat anak memiliki kekurangan fisik maupun mental, yang di masa sekarang, kerap disepelekan kendati itu adalah dosa yang besar.

Sebaliknya tanggung jawab nafkah tersebut dibebankan kepada ibunya, membuat ibu harus bertarung sendirian, mencari penghidupan demi anaknya, dan dari rasa ketidakadilan tersebut, tersimpan rasa frustrasi terpendam, yang ketika terpancing kemarahan, mampu mendorong seseorang ibu bertindak agresif bahkan mampu menyakiti anaknya secara fisik ataupun verbal.

Ini adalah akibat penerapan kapitalisme sekularisme di berbagai bidang kehidupan saat ini menimbulkan lingkaran setan permasalahan. Memicu persoalan pelik, baik bagi individu, keluarga maupun negara.
Bermula dari tujuan kehidupan yang salah dan dijauhkannya agama dari kehidupan membuat manusia lebih mudah menyerah terhadap nafsunya.

Tidak bisa dipungkiri, menjadi orang tua di era kapitalisme sangatlah berat, sebab kerap dihadapkan pada pilihan-pilihan yang terkadang menekan fitrah kemanusiaan. 
Sehingga membuat banyak orang tua melakukan kesalahan dalam mendidik dan mengasuh anak, bahkan anak yang sejatinya adalah amanah sekaligus anugerah dari Allah SWT, terkadang di pandang hanya sebagai beban bagi orang tua.

Mengingat kondisi kesehatan mental orang tua sangat berdampak besar pada anak-anak yang diasuhnya serta kesejahteraan mereka, sepatutnya negara memberikan perhatian khusus untuk hal ini, bagaimanapun juga anak-anak hari ini, adalah aset bangsa yang perlu di jaga. Sebab nasib peradaban bangsa ini kedepan ada di tangan mereka.
 
Namun akibat situasi, ekonomi, sosial dan politiknya yang penuh kerusakan saat ini,telah banyak para orang tua kehilangan jati dirinya dan lupa akan fitrahnya. Maka solusi terbaik untuk bangsa ini adalah mengganti sistem kapitalisme dengan sistem yang jauh lebih baik, yaitu sistem Islam yang berideologi kan Islam, yang berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah sehingga penerapan syariah secara kaffah bisa terlaksana sempurna. Dan setiap anak maupun orang tua, umat manusia khususnya, bisa kembali kepada fitrahnya masing-masing.

Wallahu'alam.

Oleh: Indri Wulan Pertiwi
Aktivis Muslimah Semarang
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :