Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menyesalkan sikap penguasa yang hanya memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw, namun menyisihkan risalah dan mencemooh syariatnya.
"Diperingati hari kelahirannya, tapi disisihkan risalahnya. Diperingati hari kelahirannya, tapi dicemooh syariatnya," tuturnya dalam program Fokus To The Point: Maulid Nabi, Kecintaan dan Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, Kamis (28/9/2023) di kanal YouTube UIY Official.
UIY menyatakan, Maulid Nabi Muhammad Saw. diperingati di Istana Negara, tapi kebijakan-kebijakan Negara banyak berseberangan dengan ajaran Rasulullah Saw.
"Maulid Nabi ini kan bahkan diperingati di Istana (Negara), tapi di sisi lain kebijakan-kebijakan Negara itu banyak berseberangan dengan ajaran Rasulullah Saw., terutama dalam masalah bernegara, berpolitik dan berekonomi," ujarnya.
Menurut UIY, ini hari agama seperti sekadar sebagai simbol semata, tapi substansinya tidak dipegang dan tidak diamalkan.
Tidak hanya itu, UIY juga mengungkapkan bahwa yang berjuang untuk menegakkan syariah atau risalah yang diajarkan oleh Rasulullah Nabi Muhammad Saw. yang hari lahirnya diperingati itu, malah dikriminalisasi dan dipersekusi.
Konsekuensi
Terkait adanya anggapan kepemimpinan negara yang tidak harus mengikuti Nabi Muhammad Saw., UIY menegaskan, itu berarti menempatkan Nabi Saw. hanya sebagai orang biasa.
"Seperti (menganggap) seolah Nabi itu ya politikus yang ada pada masa lalu, bukan Nabi," ungkapnya.
Ia lantas menjelaskan, di dalam perkataan, perbuatan dan keputusan Nabi Saw sebagai Rasulullah Saw. itu mengandung makna bahwa dia bukan orang biasa, karena beliau Saw. diutus oleh Allah Swt.
"Jadi ada konsekuensi hukum, yaitu kita harus mengikuti seluruh aturan-aturan Rasulullah Saw. termasuk dalam bernegara. Dan jaminannya akan ada kebaikan," jelasnya.
UIY kemudian memungkasi, kalau nyatanya di dalam kehidupan dunia ini tidak mengikuti Nabi Saw. (termasuk dalam bernegara).
"Lalu bagaimana bisa berharap bahwa nanti di akhirat itu akan bersama Nabi," pungkasnya. [] Muhar