Tinta Media - Warga Geger dengan penemuan mayat perempuan tanpa busana di semak-semak bukit Gunung Japura, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung pada Kamis, sore (5/10). Kapolsek Cicalengka Kompol Deni Rusnandar menerangkan bahwa menurut tim Inafis, mayat perempuan yang mulai mengalami pembusukan itu diperkirakan sudah meninggal sejak empat hari yang lalu. Korban tanpa identitas itu ditemukan oleh warga yang sedang mencari bambu di area bukit. (JPNN.com)
Setelah diselidiki, terungkap bahwa mayat perempuan tersebut adalah korban pembunuhan yang dilakukan sang pacar usai menolak ajakan menikah. Korban menolaknya karena sang anak belum merestui. Karena tidak terima, pelaku pun melakukan rencana pembunuhan. (Suarajabar.com, 11/10)
Kasus pembunuhan kini terus berseliweran di laman media elektronik. Bahkan, jumlahnya semakin meningkat. Menurut data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), selama Januari-Juni 2023 terdapat 4.794 laporan kasus gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) dari seluruh Indonesia. Selama periode tersebut, laporan gangguan kamtibmas terbanyak adalah penemuan mayat, yaitu 1.907 kasus. (Databoks)
Sungguh miris, maraknya kasus pembunuhan di negeri ini menunjukkan potret kelam masyarakat saat ini. Fakta di atas merupakan salah satu contoh dari banyaknya latar belakang kasus pembunuhan. Hari ini, negara besar yang notabene mayoritas penduduknya muslim, kondisinya jauh dari gambaran Islam, terutama tentang pergaulan muslim.
Setidaknya, ada dua faktor penyebab buruknya kondisi pergaulan hari ini.
Pertama, faktor internal umat Islam. Akidah umat Islam sangat rapuh hingga tidak memahami hakikat dirinya sebagai hamba Allah. Mereka pun jauh dari pemahaman terhadap syariat Islam yang mengatur tentang pergaulan. Mereka tidak memahami bagaimana syariat menjaga hubungan antara laki-laki dan perempuan, baik mahram atau pun bukan mahram.
Allah menurunkan aturan agar manusia terhindar dari zina. Alhasil, ketakwaan tidak menghiasi diri dalam menghadapi berbagai persoalan. Kemaksiatan pun menjadi hal biasa.
Kedua, faktor eksternal, yakni berupa pemikiran dan budaya sekuler yang rusak dan merusak, terutama paham liberalisme yang mengagungkan kebebasan individu. Hal ini membuat setiap individu bebas berpendapat, berperilaku, bebas memiliki sesuatu, dan bebas beragama.
Pemahaman ini sengaja diaruskan oleh negara-negara Barat Kapitalis ke dalam lingkungan muslim. Paham ini secara langsung telah menghilangkan peran agama dalam mengatur kehidupan manusia. Alhasil, laki-laki dan perempuan tidak menjadikan Islam sebagai standar dalam menjalankan perannya dalam berinteraksi di tengah masyarakat.
Kebahagiaan pun disandarkan pada kepuasan materi semata. Penerapan sistem kapitalisme juga yang berefek pada semakin beratnya beban hidup masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
Pengelolaan emosi yang buruk juga menyebabkan aksi kekerasan hingga pembunuhan tidak terhindarkan. Inilah efek penerapan sistem kapitalisme yang mengatur tiap individu hingga negara saat ini.
Berbeda dengan kehidupan masyarakat di bawah pengaturan Islam yang kaffah. Islam telah memosisikan negara sebagai pengurus urusan umat dengan syariat Islam.
Rasul saw. telah menerangkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Ahmad bahwa imam atau khalifah adalah pengurus (urusan rakyat) dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya.
Oleh karena itu, negara wajib membantu rakyat agar hidup dalam suasana tenang, aman, damai, dan penuh keimanan.
Negara adalah pihak yang paling efektif untuk membangun dan menjaga akidah umat, baik individu maupun masyarakat. Banyak peran yang dapat dilakukan khalifah sebagai kepala negara dalam rangka menjaga akidah umat.
Pertama, melalui pendidikan. Sistem pendidikan wajib didasarkan kepada Islam. Pendidikan Islam terkait akidah, syariah, akhlak, dan sejarah diberikan sejak dini, bukan hanya di rumah, melainkan juga di sekolah.
Metode pendidikan dilandasi dengan keimanan dan disampaikan dengan metode pemikiran sehingga para pelajar benar-benar paham arah pendidikan, yaitu untuk membentuk kepribadian Islam dan menguasai sains dan teknologi.
Untuk mewujudkan kepribadian Islam, maka ditanamkan akidah Islam, yaitu membentuk pola pikir dan pola sikap Islam yang akan melahirkan perilaku Islam.
Sementara, penguasaan sains dan teknologi diberikan sesuai kebutuhan dengan tetap didasarkan pada akidah Islam. Alhasil, akidah Islam akan memberikan kekuatan dan kesabaran seorang hamba dalam menghadapi persoalan kehidupannya. Keimanannya menjadi perisai untuk sabar dan tetap dalam kewarasan ketika menghadapi masalah sehingga tidak berbuat maksiat.
Kedua, untuk menjaga akidah, harus ada penerapan aturan-aturan Islam melalui perundang-undangan sehingga bisa menyatukan antara akidah dengan syariah. Ketaatan kepada syariah akan mengokohkan akidah dan penanaman akidah akan membuat orang semakin menaati syariah.
Dengan begitu, akan tumbuh individu yang memiliki kekuatan akidah. Setiap individu dalam masyarakat akan memiliki kepedulian yang tinggi dan aktif terlibat dalam aktivitas amal makruf nahi mungkar.
Di sisi lain, negara juga mewujudkan kesejahteraan umat. Sistem penerapan Islam akan mengarahkan batasan kehidupan antara laki-laki dan perempuan. Di samping itu, Islam juga sangat memuliakan perempuan. Membiarkan keduanya bebas tanpa aturan tentu akan menyebabkan banyak kerusakan. Untuk itulah Islam sebagai diin yang sempurna harus ditegakkan. Wallaahu a'lam bish-shawaab.
Oleh: Nia Umma Zhafran
Sahabat Tinta Media