Karakter Pemimpin Ideal dalam Islam - Tinta Media

Jumat, 06 Oktober 2023

Karakter Pemimpin Ideal dalam Islam

Tinta Media - Majunya Muhaimin Iskandar atau biasa disapa Cak Imin sebagai cawapres 2024 menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat, terkhusus bagi kalangan para santri, sebab Cak Imin merupakan salah seorang aktivis dari kalangan santri, kalangan kader Nahdliyin dan saat ini menjadi kader DPP PKB.

Sebagai bentuk rasa syukur dan wujud rasa bangga bahwa kalangan santri dapat menjadi calon pemimpin nasional juga untuk memperingati hari maulid nabi, sebanyak 20 ribu santri anak-anak Nahdliyin yang ada di Kabupaten Bandung yang terdiri dari 31 kecamatan, bahkan di luar Kabupaten Bandung berkumpul di Pondok Pesantren Sa'adatuddaroin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat untuk mendoakan Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden (cawapres) 2024.

Dengan berkumpulnya para santri di pesantren Sa'adatuddaroin ini, Cak Imin dan para pendukungnya bukan hanya meminta doa saja, tetapi sekaligus meminta restu. Para pendukung Cak Imin berharap, dengan dipanjatkannya do'a-do'a dan diberikannya restu oleh para santri yang setiap harinya dekat dengan aktivitas keagamaan, Gus Imin mendapatkan kemenangan dan diberikan kelancaran dalam setiap proses yang akan dilakukan menjelang pemilu 2024 mendatang.

Sosok kepemimpinan saat ini menjadi isu hangat yang tak henti-hentinya dibicarakan, terlebih pelaksanaan pemilu semakin dekat. Berbicara tentang kepemimpinan, tentunya erat kaitannya dengan sosok dan sistem kepemimpinan itu sendiri. Saat ini rakyat sangat berharap mempunyai seorang pemimpin yang bisa mengubah kondisi dunia menjadi lebih baik, yang mampu mewujudkan kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan bagi seluruh rakyat. 

Teringat akan perkataan seorang Khalifah Umar bin Khattab bahwa suatu negeri akan hancur walaupun dia makmur jika pengkhianat menjadi petinggi dan harta dikuasai orang-orang fasik. Perkataan tersebut telah terbukti hari ini. Indonesia telah memiliki banyak pemimpin yang silih berganti menduduki kursi jabatan. Namun sayang, pergantian pemimpin tak mampu mengubah kondisi negara menjadi lebih baik, malah yang terjadi adalah kerusakan dan kehancuran.

Sebab, rakyat hanya fokus pada pergantian pemimpin saja, sementara, aturan yang berlaku masih tetap menggunakan aturan kaum kafir yang  menjadikan umat lupa dengan jati diri mereka sebagai umat terbaik. 

Umat saat ini merasa cukup puas memiliki pemimpin di balik pencoblosan kertas suara lima tahunan, yang menerapkan aturan yang meracuni pemikiran umat dan  melalaikan potensi Islam untuk tampil sebagai negara adidaya. Umat lupa, bahwa sejatinya Islam pernah menguasai dunia selama 13 abad lamanya.

Semua kehancuran ini tiada lain disebabkan oleh sistem yang diterapkan, yaitu sistem demokrasi sekuler kapitalistik, yang menjadikan sosok kepemimpinannya jauh dari aturan Allah. Sesaleh dan sebaik apa pun sosok pemimpin yang dipilih oleh rakyat, jika sistem yang diterapkan masih sistem demokrasi, maka tak akan menjamin seorang pemimpin pilihan rakyat untuk menjadi seorang yang amanah dalam melaksanakan seluruh tugas-tugas kepemimpinannya. 

Sebab, amanah kepemimpinan itu bukan hanya terucap di bibir saja, bukan pula sekadar tebar pesona ke rakyat. Begitu pun jika pemimpin tak mempunyai kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin, maka kepemimpinannya akan tersandera kepentingan partai dan golongan. 

Umat harus mengingat bahwa karakter pemimpin ideal untuk membangun sebuah negara besar yang berdaulat dan mandiri telah direalisasikan dalam sistem Islam, di antaranya pemimpin itu harus orang yang paling takut kepada Allah, sehingga saat mengemban amanah kepemimpinan itu senantiasa berdasarkan kepada ketetapan aturan Allah Swt. Kemudian pemimpin itu juga harus mempunyai sifat jujur sehingga rakyat akan menaruh kepercayaan secara total kepadanya.

Selain itu, sifat yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin adalah amanah dalam mengemban tugas pemerintahan, tabligh atau mempunyai kemampuan berkomunikasi sehingga tercipta hubungan yang baik antara pemimpin dan rakyatnya, cerdas dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat dengan ditopang keilmuan yang mumpuni. Seorang pemimpin itu harus adil, dalam arti, di tangannya ditegakkan hukum Allah.

Karakter seperti itulah yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin yang didambakan umat secara keseluruhan. Maka dari itu, untuk mewujudkannya dibutuhkan perubahan pada sistem. Hanya dengan sistem Islam karakter pemimpin ideal akan kita dapatkan, yang mampu mencetak rakyat beriman dan bertakwa, kepribadiannya terdidik secara sistemis. 

Sistem pendidikan yang diterapkan adalah berbasis akidah Islam. Selain itu, sistem ekonomi Islam menjadikan keberkahan pada setiap bidang kehidupan. Sistem politiknya berbasis riayah suunil ummat, dan sistem sanksi akan memberi efek jera bagi pelanggar syariat Islam. Wallahu'alam Bishshawab.

Oleh: Tiktik Maysaroh (Aktivis Muslimah Bandung)
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :