Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Umat Batam, Ustazah L. Nur Salamah, S.Pd. mengingatkan sebuah nasihat dari ulama agar jangan berhenti berbuat kebaikan.
"Ada sebuah nasihat dari seorang ulama, bahwa kita jangan pernah berhenti untuk berbuat baik," ungkapnya saat membuka kajian rutin Kitab Adab Ta'limu Al-Muta'alim Thoriqotu Ta'lum, Selasa (3/10/2023) di Batam.
Ia menerangkan ungkapan seorang Syekh Al-Imam Abu Nashr As-Shaffari Al-Anshariy yang berkata: Wahai jiwaku, wahai jiwaku, jangan kau berhenti beramal dalam kebaikan dan keadilan serta berbuat baik kepada orang lain, walaupun dilakukan secara pelan-pelan.
Menurutnya, berbuat baik bukan untuk mengharapkan balasan dari manusia. Sama halnya dengan beramal, biar perlahan asal tetap istikamah, karena sesungguhnya Allah mencintai amalan yang sedikit tapi dilakukan secara terus-menerus.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “... Dan sungguh, amalan yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang di kerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit.” (HR Bukhari dan Muslim).
Selanjutnya ia memberikan penjelasan bahwa futur atau jenuh dalam beramal merupakan hal yang wajar atau manusiawi. "Futur adalah kondisi yang manusiawi. Namun, kita harus ingat bahwa berbuat baik bukan mengharapkan balasan dari manusia melainkan balasan dari Allah yang tiada batasnya. Jadi harus tetap dipaksakan untuk berbuat kebaikan," terangnya.
Setiap orang yang hendak beramal dalam kebaikan, ucapnya yang dikutip dari sebuah syair, pasti diireni (orang lain merasa iri terhadapnya, dan orang itu dalam musibah dan keburukan setiap orang yang punya kemalasan.
"Syair tersebut menjelaskan bahwa berbuat baik tentu ada halangan dan kendalanya. Misalnya ada orang yang tidak menyukai atau cemburu kepada kebaikan kita. Maka dalam hal berbuat kebaikan pun butuh ilmunya agar kita tetap melanjutkan berbuat kebaikan. Salah satu cara memperoleh ilmu yakni dengan mengkaji Islam," tukasnya.
Orang yang berbuat baik, sambungnya, akan disenangi banyak orang. Namun orang yang mengajak kepada kebaikan belum tentu disenangi orang lain. Tetaplah berbuat baik, jangan malas, karena malas akan berbuah malapetaka.
Sebagai pengasuh kajian rutin, Ustazah Nur juga menyampaikan apa yang dikatakan oleh penulis kitab yakni Imam Az-Zurnuji Rahimahullah. "Sungguh telah menepati makna dalam sebuah syair ini," ucapnya.
Makna kalimat tersebut, terangnya, bahwa syair selanjutnya memiliki makna yang serupa dengan yang sebelumnya.
Kemudian ia membacakan sebuah syair tentang anjuran meninggalkan sikap malas. "Wahai jiwaku, tinggalkan sikap bermalas-malasan dan sikap menunda, karena kalau tidak demikian, maka tinggallah kamu dengan orang-orang yang hina," jelasnya.
Bunda, sapaan akrabnya memberikan semangat kepada peserta kajian bahwa syair ini adalah sebagai pengingat diri yang menohok.
"Syair di atas mengingatkan kita untuk tidak bermalas-malasan dan menunda amal kebaikan. Karena sesungguhnya umur dan jatah hidup begitu singkat. Tidak ada kebaikan dari sikap bermalas-malasan selain penyesalan. Maka tugas kita adalah melawan rasa malas," ucapnya dengan penuh semangat.
Betapa banyak rasa malu, lanjutnya mengutip dari syair yang lain, betapa banyak kelemahan, dan penyesalan yang besar, semuanya lahir bagi manusia dari rasa malas.
Masih dalam bahasan yang sama, ia membacakan syair serupa. "Ketahuilah olehmu dari sikap malas dalam mencari hal-hal yang belum jelas dari apa yang kamu ketahui," ungkapnya.
Terakhir ia memberikan penjelasan dan contoh maksud dari syair yang dibaca sebelumnya.
"Kalimat ini bermakna untuk menghindari sikap malas. Sebagai contoh, jika hadir ke kajian, maka usahakan untuk senantiasa membaca jangan tergesa-gesa bertanya untuk hal-hal yang belum jelas kepada guru. Carilah referensi terlebih dahulu, jangan biasakan malas membaca dan terburu-buru bertanya," pungkasnya. [] Nai