Tinta Media - Stunting di negeri ini masih sangat memprihatinkan. Dalam hal ini, peran keluarga menjadi sangat penting karena dari keluarga yang baik akan terlahir putra dan putri yang berkualitas baik sebagai penopang negara. Hal itu disampaikan oleh Bupati Bandung saat memperingati Hari Anak Nasional tingkat Kabupaten Bandung dan Hari Keluarga Nasional (Harganas) di Gedong Budaya Soreang, Selasa (5/9/2023).
Bupati juga mengatakan bahwa pada tahun 2021, prevalensi angka stunting di Kabupaten Bandung mencapai 31,1%, kemudian turun 6,1% menjadi 25% pada tahun 2022. Semua ini adalah hasil dari kerja sama tim penggerak PKK desa dan Pos KB dan Sub KB yang berada di lapangan.
Pada tahun 2024, target angka penurunan stunting diupayakan mancapai minimal 16%, pada luas wilayah 174.000 hektar dengan jumlah penduduk 3,72 juta jiwa. Untuk itu, Bupati Bandung Dadang Supriatna menginstruksikan agar para OPD (Organisasi Perangkat Daerah) berkoordinasi dan berkomunikasi dengan para Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Aspemkesra) agar target penurunan angka stunting bisa terwujud tahun depan, KETIK BANDUNG.
Masalah stunting merupakan masalah yang serius karena menyangkut keberlangsungan generasi penerus bangsa. Stunting adalah gagal tumbuh pada anak di usia balita yang disebabkan karena kekurangan gizi pada anak, serta buruknya kesehatan dan asupan gizi pada ibu hamil.
Keadaan ekonomi masyarakat yang sulit menjadi salah satu pemicu ketidakmampuan masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang bergizi sehingga berdampak pada kurangnya asupan gizi. Karena itu, pertumbuhan janin dalam kandungan dan ketika bayi dilahirkan menjadi terganggu.
Keluarga yang baik dan sehat diharapkan akan menghasilkan generasi muda yang berkualitas bagi bangsa dan negara. Namun, faktanya masalah stunting masih cukup tinggi hingga saat ini. Faktor kemiskinan inilah salah satu pemicu terjadinya stunting di negeri ini.
Ketidakmampuan masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti membeli makanan yang sehat dan bergizi menyebabkan asupan gizi menjadi tidak seimbang sehingga berakibat pada buruknya tumbuh kembang anak.
Penyebab kemiskinan tidak lepas dari penerapan sistem ekonomi kapitalis yang mengantarkan pada berbagai masalah, di antaranya adalah terjadinya kesenjangan ekonomi di masyarakat. Jelasnya, masyarakat dimiskinkan secara terstruktur dan sistemik. Negara dengan seabrek sumber daya alamnya telah dikelola oleh asing sehingga rakyat justru menjadi korban keserakahan para kapitalis.
Kapitalisme hanya berorientasi pada materi dan keuntungan semata, tanpa peduli halal haram. Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah, seperti pemberian tambahan makanan di posyandu, pemeriksaan ibu hamil, dan segala upaya yang dilakukan oleh Organisasi Perangkat Daerah, semua itu belum bisa menyelesaikan atau mengatasi masalah stunting tersebut.
Hal ini karena yang ditawarkan pemerintah daerah bukanlah solusi yang tepat untuk penanganan stunting. Padahal, seharusnya negaralah yang memberikan lowongan pekerjaan yang banyak bagi masyarakat agar setiap kepala rumah tangga bekerja sehingga mampu mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Satu-satunya harapan adalah Islam. Dengan penerapan syariat Islam secara kaffah, akan didapatkan solusi tepat dalam mengatasi segala permasalahan, termasuk stunting.
Islamlah satu-satunya cahaya bagi umat manusia di muka bumi ini. Dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan sandang, pangan, papan, semuanya menjadi tugas negara dalam pengurusannya. Karena itu, kaum muslimin wajib berusaha mewujudkan kembali kehidupan Islam dalam naungan daulah Islam, agar kesejahteraan dapat dirasakan oleh seluruh alam. Wallahu a'lam bishawab.
Oleh: Dartem,
Sahabat Tinta Media