Tinta Media - Harga beras yang melejit membuat DPRD Kabupaten Bandung bereaksi. Pasalnya, kenaikan harga membuat warga tercekik. Dasep Kurnia, Anggota DPRD Kabupaten Bandung menyatakan bahwa kenaikan harga beras di tengah musim kemarau panjang ini perlu disikapi secara serius. Dia menilai bahwa kalau naiknya harga beras meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi akan berdampak pada ketahanan pangan negara. Sesuai laporan, kenaikan harga terjadi karena menurunnya produksi dalam negeri, akibat kemarau panjang dan juga naiknya biaya produksi.
Beras merupakan bahan makanan pokok utama masyarakat Indonesia. Kebutuhannya terus melonjak mengikuti kenaikan jumlah penduduk. Tentunya kebutuhan ini harus selalu terpenuhi oleh pemerintah, karena jika pasokan beras untuk rakyat tidak terpenuhi, akan berdampak pada kesehatan, gizi buruk, dan menurunnya kualitas sumber daya manusia.
Inilah fakta yang terjadi saat ini, bahkan fenomena seperti ini adalah hal yang biasa di negeri ini. Apalagi ketika ada momentum perayaan hari-hari besar keagamaan atau pergantian tahun, biasanya harga kebutuhan pokok secara otomatis melonjak drastis.
Negeri yang subur ini, yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, nyatanya tak selamanya makmur. Kebijakan pemerintah di sektor pertanian dan perdagangan yang amburadul disinyalir menjadi penyebab melonjaknya harga kebutuhan pokok ini.
Sering kali negeri ini mengalami kenaikan harga kebutuhan pokok hingga membuat rakyat menjerit. Dengan situasi yang sulit seperti saat ini, rakyat terpaksa terus memutar otak agar kebutuhan keluarganya terpenuhi. Bahkan, banyak pemberitaan mengenai seseorang yang nekat mencuri karena tidak ada uang. Impitan ekonomi yang luar biasa mencekik sungguh berdampak pada perilaku masyarakat yang mudah terjerumus dalam kasus kejahatan.
Julukan sebagai "lumbung padi" di negeri ini nyatanya sudah tidak berlaku. Lantas apa yang menyebabkan harga beras melejit? Seribu tanya tentunya hadir dalam benak masyarakat. Namun apa daya, jeritan masyarakat menengah ke bawah sepertinya terabaikan.
Sebetulnya ada dua faktor yang menyebabkan kenaikan harga beras, (1) faktor alami, misalnya gagal panen, serangan hama, dan jadwal panen. (2) penyimpangan ekonomi, seperti penimbunan (ihtikar), permainan harga, hingga liberalisasi yang mengantarkan pada penjajahan ekonomi.
Semua permasalahan ini bersumber dari sistem kapitalisme yang diterapkan negeri ini. Di sistem ini, pihak penyelenggara pemerintahan berfokus pada perhitungan untung dan rugi, bukan pada kesejahteraan rakyat.
Sistem yang menerapkan aturan buatan manusia ini terbukti menjadi penyebab karut-marutnya sektor pertanian dan perdagangan. Sistem ini tak mampu memberikan solusi tuntas, misalnya kebijakan mengimpor beras. Mau sampai kapan?
Kebijakan ini hanya menguntungkan segelintir orang yang bermain di sektor ini. Mereka tak pernah berpihak pada rakyat. Bahkan, bukan hanya beras yang jadi incaran mafia pangan ini, komoditas lain seperti gula, bawang putih, dan garam tak luput dari sasaran untuk menggemukkan pundi-pundi rupiah mereka. Tak adanya sanksi yang bisa membuat efek jera, membuat kejadian ini terus berulang.
Jika saja negeri ini mau menerapkan aturan Islam, tentu saja akan mampu menyelesaikan semua problematika kehidupan secara tuntas, termasuk masalah pemenuhan bahan pangan untuk rakyat. Rakyat akan dengan mudah mendapatkan beras dengan harga murah, tak perlu berdesak-desakan, saling sikut, bahkan berebut beras seperti dipemberitaan.
Dalam sistem Islam, negara menjamin sepenuhnya kesejahteraan rakyat. Pemerintah akan memaksimalkan upaya dan antisipasi dalam melonjaknya harga kebutuhan pokok ini, yaitu dengan memberikan perhatian penuh terhadap sarana dan prasarana demi menunjang distribusi hasil pertanian. Misalnya, menyediakan transportasi, infrastruktur jalan, menyediakan lahan secara cuma-cuma, bibit dan pupuk, juga dalam mengatur penjualan di pasar. Ini agar harga di pasaran stabil dan tidak terjadi ketergantungan kepada negara lain.
Sistem Islam berasaskan Al-Qur'an dan sunah sehingga mampu mencetak seorang pemimpin yang amanah, jujur, dan berakhlak mulia, yang menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi dan kelompok. Seorang pemimpin (khalifah) paham betul dengan konsekuensi kepemimpinannya, yaitu menjadi pelayan rakyat. Ada masa kelak nanti di yaumul akhir, jika ada rakyat yang merasa terzalimi, maka ancamannya adalah neraka.
Lantas, apakah sistem kapitalisme ini masih layak diterapkan jika hanya kesengsaraan yang rakyat dapatkan? Islam adalah satu-satunya dien yang sempurna dengan seperangkat aturan yang mampu menyelesaikan segala problematika kehidupan secara tuntas, termasuk permasalahan kenaikan harga bahan pangan. Wallahu'alam.
Oleh: Neng Mae
Ibu Rumah Tangga