Tinta Media - Hadiah, sesuatu yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada kita. Agar hubungan kita khususnya dengan sesama muslim menjadi lebih dekat dan saling mencintai.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَهَادَوْا تَحَابُّوا
“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, karena hal itu akan membuat kalian saling mencintai.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro 6/169)
Saling memberi hadiah merupakan salah satu faktor yang menumbuhkan rasa saling mencintai di antara kaum muslimin. Oleh karena itu, seorang penyair Arab menyatakan dalam sebuah sya’ir:
هدايا الناس بعضهم لبعض تولد في قلوبهم الوصال
Hadiah yang diberikan oleh sebagian orang kepada yang lain bisa menumbuhkan rasa saling mencintai di hati mereka.
Juga ada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَصَافَحُوْا يَذْهَبُ الغِلُّ ، وتَهَادَوْا تَحَابُّوا ، وَتَذْهَبُ الشَحْنَاءُ
“Saling bersalamanlah (berjabat tanganlah) kalian, maka akan hilanglah kedengkian (dendam). Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai dan akan hilang kebencian.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’, 2/ 908).
Aisyah radhiyallahu ‘anha menyatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَيُثِيبُ عَلَيْهَا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menerima hadiah dan biasa pula membalasnya.” (HR. Bukhari, no. 2585)
Jika dengan sesama muslim saja dianjurkan saling memberi hadiah tentunya bagi suami istri akan lebih baik lagi pengaruhnya. Bisa makin besar rasa saling mencintai nya. Bisa lebih mudah harmonis.
Meskipun hadiah itu tidak diharuskan yang mahal. Mestinya hadiah disesuaikan dengan kemampuan suami istri. Disesuaikan juga dengan auliyawiyat alias prioritas. Tidak saling menuntut Hadiah yang harus ini atau itu. Tergantung kerelaan masing-masing saja.
Perlu diperhatikan prioritas lainnya. Baik kepentingan keluarga misalnya biaya sekolah anak, kontrak rumah, bantuan untuk orang tua, bayar utang dll.
Perlu juga diperhatikan infaq untuk dakwah dan para pengemban dakwah. Ada sebagian pengemban dakwah yang untuk hidup sulit. Kondisinya miskin sekedar kebutuhan pokok saja sulit. Sementara bisa jadi kita dengan mudah bisa membeli hadiah jutaan rupiah tiap istri ulang tahun misalnya. Akan lebih baik bagi kita disisi Allah untuk mendahulukan kepentingan saudara seperjuangan yang sangat membutuhkan.
Contohnya dapat dilihat pada orang Muhajirin dan Anshar dalam ayat,
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9).
Yang dimaksudkan ayat ini adalah ia mendahulukan mereka yang butuh dari kebutuhannya sendiri padahal dirinya juga sebenarnya butuh. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:229.
Saking besarnya cinta antara Muhajirin dan Anshor hingga rela memberikan apa yang masih sangat dibutuhkan oleh keluarganya. Tentunya menunda hadiah atau mengganti dengan hadiah yang lebih murah dengan alasan membantu saudara seperjuangan sangat mulia disisi Allah.
Oleh karena itulah sangat indah jika kita, suami istri, membiasakan diri untuk saling memberikan hadiah. Insyaallah akan lebih harmonis dalam cinta dan kasih sayang diantara keduanya.
Selamat berjuang Sobat. Wallaahu a'lam.[]
Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center