Tinta Media - Kejadian pembunuhan seorang anak dibunuh oleh ibunya yang bekerja sama dengan paman dan kakeknya dinilai Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Reta Fajriah hanyalah salah satu fenomena gunung es.
"Ini hanyalah salah satu fenomena gunung es. Saat ini banyak sekali mode pembunuhan yang memang di luar nalar," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (19/10/2023).
Menurut Ustadzah Reta, keluarga itu seharusnya pihak yang memberikan kasih sayang, memberikan perlindungan. "Tapi kok teganya begitu membunuh? Bahkan sebaliknya, anak yang membunuh orang tua ini pun belum lama juga terjadi.
Ia melihat ini suatu fenomena akhir zaman yakni sudah tercabutnya fitrah seseorang yang seharusnya terjaga murni. "Bagaimana perasaan anak kepada orang tua atau sebaliknya? Bagaimana perasaan orang tua kepada anak itu sudah tercabut. Ini sebenarnya kalau dilihat dari masalahnya sangat kompleks," ungkapnya.
"Tidak bisa kita menuding hanya terjadi dari salah satu faktor saja. Secara garis besar itu memang bisa terjadi dari adanya faktor keluarga, kemudian faktor masyarakat atau memang faktor lingkungan ataupun sistem yang melingkupi masyarakat saat ini," simpulnya.
Ia menjelaskan dalam keluarga, ada kecenderungan dari pendidikan atau pola asuh orang tua saat ini memang sudah jauh dari agama. "Jarang orang tua itu yang memang menstandarisasi pendidikan anaknya itu berbasis agama," ungkapnya.
Liberalisasi
Menurut Ustadzah Reta, tidak bisa dipungkiri saat ini memang arus liberalisasi itu sangat deras. Liberalisasi masuk kepada sendi-sendi kehidupan masyarakat, liberalisasi ekonomi menyebabkan kehidupan semakin sulit. Sehingga harga-harga kebutuhan tidak terjangkau, pendidikan dan kesehatan .
Ia menilai hal inilah yang membuat beban hidup semakin berat dan harus dipikul oleh kepala keluarga. "Lapangan pekerjaan itu bisa dibilang sekarang hampir fifty fifty. Banyak lapangan pekerjaan itu yang diisi oleh para ibu," ujarnya.
Menurutnya, para perempuan bisa jadi dengan adanya pertimbangan tertentu misalkan, perempuan itu tidak banyak menuntut, gajinya bisa jadi lebih rendah.
"Nah, pada akhirnya di dalam pekerjaan ini pun berlomba antara bapak dan ibu. Ada ibu yang memang bekerja karena kebutuhan hidup ada juga yang karena sebagai suatu keharusan dengan adanya arus feminis. Nah akhirnya banyak terjadi disfungsi," simpulnya.
Membangun Keluarga Bahagia
Ustazah menuturkan untuk membangun keluarga yang bahagia menurut islam tentunya standar kebahagiaan dulu yang harus disepakati.
Dalam Islam, sambungnya, tiada lain standar kebahagiaan adalah menggapai ridha Allah Subhanallahu wa taala baik di dunia maupun di akhirat.
"Mengikuti apa yang diperintahkan Allah dan apa yang dilarang sama Allah itu kita jauhi, sepakat dulu sebelumnya suami istri pasti harus sepakat dulu masalah ini, sebelum nanti hal itu ditanamkan kepada anak-anak," bebernya.
Ia menilai harus terus ada pembiasaan di dalam rumah untuk beramar maruf nahi munkar, terutama untuk hal yang wajib itu harus kuat.
"Belajar tentang keilmuan tentang agama, orang tua harus punya wibawa di mata anak-anak. Jangan sampai anak-anak tak melihat orang tua itu sesuatu yang patut dibanggakan," ujarnya.
Ustazah Reta menilai, orang tua harus bisa membuat dirinya di mata anak senang berguru kepada mereka. Nah, itu yang harus ditumbuhkan sehingga nanti apa? Figur dari orang tuanya itu bisa menjadi panutan juga. Dia tidak perlu mencari figur di luar.
"Apalagi sekarang anak sekarang nyari figurnya kan di luar, bahkan di grup band. Berarti figur orang tua itu tidak cukup memuaskan sehingga dia mencari di luar. Jadi jangan sampai seperti itu," tutupnya.[] Muhammad Nur