Soal Investasi Cina, Begini Kata Ekonom.... - Tinta Media

Kamis, 21 September 2023

Soal Investasi Cina, Begini Kata Ekonom....

Tinta Media - Ekonom Forum Analisis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Ishak mengomentari soal investasi dari Cina.

“Belum berinvestasi saja mereka (Investor Cina) sudah merugikan masyarakat, ya jadinya sudah menimbulkan konflik dan banyak yang luka-luka dan warga ditahan. Ini menunjukkan bahwa investasi ini merugikan,” ujarnya dalam acara kabar petang dengan tema Konflik Rempang: Investasi Berujung Kolonialisasi? Rabu (20/9/2023) di kanal Youtube Khilafah News.

Ishak mengatakan bahwa andaikan menguntungkan maka masyarakat tentu mau untuk direlokasi dari wilayahnya, namun faktanya warga pulau Rempang tidak mau direlokasi, artinya mereka (warga pulau Rempang) merasa dirugikan.

“Kalau kita bicara keuntungan kerugian investasi itu kan tidak hanya dilihat dari banyaknya pendapatan finansial yang masuk tapi juga kenyamanan ya kesejahteraan rakyat,” lanjutnya.

Kemudian, tuturnya, bahwa fakta investasi dengan Cina ini dikatakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan negara lewat pajak itu tidak terbukti.

“Ya karena dari mereka (Cina) sendiri membawa tenaga kerja.Sehingga kalau misalnya dikatakan bahwa akan ada penyerapan 300.000 tenaga kerja selama 60 tahun ke depan 80 tahun ke depan, maka ini yang belum tentu benar,” tuturnya.

Buktinya, tegasnya, di beberapa kawasan investasi seperti investasi nikel di Sulawesi Tengah dan di Maluku tenaga kerjanya didatangkan dari Cina. “Kita juga khawatir bahwa nanti pulau Rempang ini juga akan dipenuhi oleh tenaga kerja dari Cina,” tegasnya.

Apalagi, bebernya, Undang-Undang (UU) Cipta Kerja ini mempermudah dan memfasilitasi tenaga kerja asing untuk masuk ke suatu negara untuk bekerja. “Tidak seperti dulu ya, Undang-Undang Ketenagakerjaan itu yang sangat ketat mengatur masuknya pekerja pekerja asing gitu,” bebernya.

*Taks Holiday*

Bung Ishak juga menyampaikan bahwa Taks Holiday (Libur Membayar Pajak) ini sangat berpengaruh bagi investor. “Taks holiday ini semakin besar investasi yang ditanamkan di Indonesia maka semakin lama dia mendapatkan taks holiday. Kalau bahasa awalnya itu ya libur membayar pajak gitu,” ucapnya.

Jadi lanjutnya, ada skalanya bahwa misalanya dia (investor) berinvestasi sampai 5 triliun bisa tidak membayar pajak sampai 10 tahun.

“Investasi xinyi kan sekitar 11 miliar hanya 11,6 miliar USD ya. Nah ini berarti sudah lebih dari 180 triliun ya jadi luar biasa besar jadi artinya selama 20 tahun ke depan, kalau mengikuti insentif sekali yang diberikan oleh pemerintah pada investasi lainnya ya yang masuk ke PSN, selama 20 tahun ke depan xinyi ini tidak perlu membayar pajak pertambahan nilai,” cetusnya miris.

*Kerusakan Lingkungan*

Bung Ishak membeberkan Investor Cina tidak mempedulikan masalah kerusakan lingkungan dan itu terbukti dipabrik smelter-smelter yang ada di Morowali, Konawe, dan Halmahera dalam waktu yang sangat dekat mampu merusak lingkungan sekitar.

“Jadi, ini yang juga akan ditimpakan atau akan terjadi di Pulau Rempang nantinya, ketika mereka (Cina) berinvestasi mereka (Cina) akan mengolah ya pasir silika di situ kemudian memberikan dampak terhadap lingkungan ya Misalnya kerusakan memberikan pencemaran terhadap air laut di situ sehingga nelayan tidak akan bisa melaut lagi,” ujarnya.

*Motif*

Ishak menegaskan bahwa investasi Cina memiliki motif seperti ideologis, jadi tidak semata-mata mendapatkan keuntungan finansial melainkan menggerakkan ekonomi negara.

“Tadi mereka mensyaratkan ketika mereka berinvestasi maka mereka juga harus membawa tenaga kerja dari sana, kemudian bahan, barang modal dia digunakan untuk membangun industri itu juga berasal dari negara mereka, dan hasilnya itu juga akan dijual ke negara mereka dan negara-negara lain,” ucapnya.

Dan pemerintah lanjutnya, dan 90% hasilnya diekspor, jadi tidak masuk ke domestik. “Investasi asing selama ini memang lebih banyak merugikan Indonesia dibandingkan menguntungkan Indonesia,” lanjutnya.

Buktinya bebernya, investasi nikel, investasi freeport, investasi migas, investasi batubara lebih banyak merugikan daripada menguntungkan rakyat. “Yang lebih banyak diuntungkan itu kalau bukan investor asing ya oligarki yang terlibat di dalam investasi itu begitu,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :