Tinta Media - Mengomentari program food estate, Narator Muslimah Media Center (MMC) menyatakan, negara tak serius menjalankan ketahanan pangan.
"Dalam menjalankan program food estate untuk ketahanan pangan tampaknya negara tidak menunjukkan keseriusan," ujarnya dalam program Serba-serbi: Implementasi Food Estate Dipertanyakan, Kebutuhan Rakyat tidak Terjamin, di kanal Youtube MMC, Jumat (1/9/2023).
Ia mencontohkan, lahan 42.000 hektar yang disediakan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
“Lahan itu diberikan untuk membangun food estate demi meningkatkan perekonomian dan ketahanan pangan masyarakat di Negeri Serumpun Sebalai tapi hingga kini belum digarap juga. Padahal, wacana pembangunan sudah digulirkan sejak 2021," ucapnya.
Ia juga mengemukakan terkait pengelolaan pangan di negeri ini yang tak kunjung menjamin kebutuhan pangan rakyat hingga hari ini.
"Harga pangan terus melambung tinggi, sehingga sulit diakses oleh masyarakat. Khususnya beras, hampir semua daerah mengalami kenaikan yang cukup tajam. Juga, kelaparan di Papua terus berulang" sesalnya.
Merusak Lingkungan
Ia kemudian menjelaskan, food estate adalah suatu model usaha pertanian dalam skala luas yang menerapkan mekanisasi dan teknologi pertanian modern dan dijalankan dengan mengandalkan investasi korporasi (penanaman modal perusahaan). Atau merupakan bagian dari model pertanian dengan konsep korporatisasi (pengubahan sesuatu menjadi badan usaha). “Padahal, model korporatisasi sangat rentan merusak lingkungan," jelasnya.
Ia lantas menegaskan bahwa korporasi yang berorientasi pada keuntungan sering kali abai dan tidak peduli terhadap lingkungan.
“Sejak diberlakukan food estate pembukaan hutan begitu masif. Dan tentu saja hal tersebut hanya untuk kepentingan korporasi yang menjadi operator di kawasan tersebut yang akan menambah deretan deforestasi (penggundulan hutan) yang selama ini telah berlangsung secara masif. Sementara itu, manfaat dari pembukaan kawasan ini bagi masyarakat sangat tidak signifikan," pungkasnya. [] Muhar