MEMBERSAMAI ROCKY GERUNG MEMBANGUN BUDAYA BERPIKIR KRITIS - Tinta Media

Jumat, 01 September 2023

MEMBERSAMAI ROCKY GERUNG MEMBANGUN BUDAYA BERPIKIR KRITIS



Tinta Media - Nama Rocky Gerung (RG) kembali menjadi perbincangan masyarakat Indonesia beberapa hari ini. Bukan RG namanya jika tidak melontarkan pikiran-pikiran kritis atas berbagai realitas sosial politik di negeri ini. Diksi-diksinya acap kali menimbulkan berbagai kontroversi. Namun, begitulah seharusnya pemikiran, menimbulkan sebuah gejolak yang disebut dialektika. Pendekatan kritisisme RG cukup baik untuk membuka pikiran masyarakat yang selama ini mungkin membisu dan mungkin juga takut untuk berpikir kritis.


Memang idealnya kaum intelektual menjadi pemikir yang cerdas dan mendasar. Kaum intelektual adalah mereka yang merdeka dalam arti tidak tunduk kepada rezim dan juga tidak didikte oleh hegemoni kekuasaan. Saya bukan pengikut Rocky Gerung, bahkan saya juga banyak yang tidak bersepakat dengan alur berpikirnya, namun setidaknya dia telah membangunkan intelektualitas bangsa ini, khususnya budaya berpikir kritis. Saya bersepakat dengan Rocky Gerung bahwa suatu peradaban bangsa harus dibangun dengan fundamental intelektual. Tradisi berpikir rasional adalah bagian yang menyatu dengan peradaban suatu bangsa.


 


Kritisisme adalah pendekatan kritis atau sikap skeptis terhadap suatu gagasan, pandangan, atau teori, yang melibatkan analisis mendalam, evaluasi, dan pertimbangan yang teliti terhadap argumen, bukti, dan asumsi yang mendasarinya. Sebagai seorang muslim, tentu saja memiliki daya berpikir kritis itu sangat penting. Sistem sekuler kapitalisme yang kini diterapkan harus dikritisi dengan menggunakan pemikiran Islam sebagai pisau analisanya.


Kritisisme seorang muslim melibatkan kemampuan untuk mempertanyakan, meragukan, dan menguji kebenaran atau keabsahan suatu klaim, serta tidak menerima begitu saja informasi tanpa pemikiran yang kritis. Terlebih, jika pemikiran itu jelas-jelas berasal dari akidah yang salah, semisal kapitalisme atau komunisme. Gaya berpikir RG setidaknya bisa membuka pintu bagi tradisi berpikir suatu bangsa, khususnya di Indonesia.


 


Para intelektual muslim penting melakukan kritisisme filosofis atas konsepsi-konsepsi yang beredar di masyarakat. Pendekatan kritis terhadap ide-ide filosofis, teori-teori, atau konsep-konsep dengan mempertanyakan dasar-dasar logis, konsistensi, dan implikasinya. Kritisisme filosofis membantu dalam membangun argumen yang lebih kuat dan mengidentifikasi potensi kelemahan dalam berbagai gagasan.


 


Pemikir muslim juga harus melakukan kritisisme media. Pendekatan analitis terhadap konten media seperti berita, iklan, atau konten digital lainnya, untuk mengidentifikasi bias, manipulasi informasi, atau dampak sosial dari media tersebut. Maraknya media sosial dengan jutaan konten setiap detik harus menjadi perhatian intelektual muslim agar mampu memberikan pencerdasan kepada masyarakat. Jangan sampai seorang intelektual muslim termakan hoaks.


 


Terlebih lagi masalah social di negeri ini, maka intelektual muslim harus memiliki daya kritisisme sosial politik. Pendekatan kritis terhadap isu-isu sosial seperti ketidaksetaraan, diskriminasi, atau ketidakadilan, dengan tujuan mengungkap struktur-struktur kekuasaan yang mendasarinya, ideologi yang menjadi fondasinya, lantas mendorong perubahan ke arah Islam.


Perubahan ke arah Islam adalah sebuah keharusan. Jangan sampai malah ada pejabat yang anti perubahan. Perubahan ke arah Islam, harus dimulai dari kesadaran umat Islam, sementara kesadaran harus dimulai dari pemahaman, sedangkan pemahaman dimulai dari pemikiran.


 


Dalam esensi, kritisisme mendorong manusia untuk berpikir secara kritis, melampaui pandangan permukaan, dan mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia di sekitar mereka. Ini adalah bagian penting dari proses intelektual dan pengembangan individu, serta membantu membangun pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam. Intelektual muslim harus berpikir cemerlang, bukan hanya mendalam atau filosofis. Pemikiran cemerlang melibatkan nilai-nilai Islam sebagai basis aksilogisnya.


 


Kemunculan Rocky Gerung bisa dikatakan telah membuka budaya berpikir kritis. Budaya berpikir kritis merujuk pada lingkungan atau norma-norma yang mendorong dan memfasilitasi perkembangan keterampilan berpikir kritis dalam masyarakat atau kelompok tertentu. Ini melibatkan sikap, nilai-nilai, dan praktik-praktik yang mendorong individu untuk mempertanyakan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi serta gagasan secara kritis dan objektif.


 


Budaya berpikir kritis mengajarkan individu untuk tidak menerima informasi begitu saja, tetapi untuk melakukan pemikiran yang mendalam dan teliti sebelum mengambil keputusan atau membentuk pandangan. Terlebih seorang muslim yang telah Allah perintahkan untuk senantiasa berpikir dan amar ma’ruf nahi munkar.


 


Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kamu seorang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum dengan kejahilan, lalu kamu menjadi penyesalan atas apa yang kamu perbuat." (QS. Al-Hujurat: 6)


 


Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (Al-Imran: 104)


 


Coba perhatikanlah ucapan pidato Abu Bakar As Shiddiq saat dilantik menjadi seorang khalifah pertama dalam peradaban Islam : Wahai manusia Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu (ri’ayatu suunul ummah). Padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulah aku. Tetapi jika aku berlaku salah, maka luruskanlah. Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya. Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya. Maka hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya.


 


Inilah karakter kepemimpinan Islam yang justru tidak anti kritik. Sebaliknya, malah meminta dirinya untuk dikritik jika telah berlaku salah, dalam arti menyalahi syariat Allah dalam memimpin rakyat. Jangan sebaliknya, sudah salah tidak mau dikritik atau dinasihati. Kontrol masyarakat muslim adalah dengan amar ma’ruf nahi munkar. Bahkan ada sebuah hadis yang menjelaskan bahwa jihad terbesar adalah menyampaikan kebenaran Islam kepada pemimpin zalim.


 


Budaya berpikir kritis di masyarakat harus terus dibangun, terlebih jika masyarakat hidup dalam tekanan hegemoni kekuasaan. Jika diam maka selamanya akan terjajah, rakyat harus memiliki keterbukaan terhadap pemikiran yang beragam. Budaya berpikir kritis mendorong penghargaan terhadap berbagai sudut pandang dan pendekatan, serta mengajarkan individu untuk mendengarkan dan mempertimbangkan argumen-argumen yang berbeda.



Sistem pendidikan harus mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis melalui metode pembelajaran yang mendorong diskusi dan analisis mendalam kepada para siswa atau mahasiswa. Individu dalam budaya berpikir kritis diajarkan tentang metode ilmiah, logika, dan cara mengumpulkan serta mengevaluasi bukti secara objektif.


 


Budaya berpikir kritis mendorong individu rakyat untuk bertanya dan menggali lebih dalam terhadap informasi yang diterima, memeriksa sumber-sumber informasi, serta meragukan klaim yang tidak memiliki dasar yang kuat. Bahkan lebih dari itu, rakyat punya hak mempertanyakan setiap kebijakan pemerintah. Terlebih jika kebijakan itu merugikan rakyat.


 


Budaya berpikir kritis mengutamakan kebenaran dan keadilan di atas pandangan atau opini pribadi. Individu diajarkan untuk mencari kebenaran dan berkontribusi pada perbaikan masyarakat melalui pemikiran yang kritis. Khusus bagi seorang muslim, berpikir kritis harus dilandaskan oleh akidah Islam.


 


Budaya berpikir kritis mengajarkan keterampilan komunikasi yang baik, termasuk kemampuan untuk menyampaikan argumen dengan jelas, mendengarkan dengan saksama, dan merespons secara produktif. Budaya berpikir kritis merangsang kreativitas dan pemikiran inovatif dalam mengatasi tantangan dan masalah.


 


Individu dalam budaya berpikir kritis diberdayakan untuk mengenali bias dan prasangka pribadi serta memahami bagaimana faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi pemahaman dan pandangan mereka. Budaya ini mendorong individu untuk mengambil tanggung jawab atas pemikiran dan tindakan mereka sendiri serta menerima konsekuensi dari pendekatan berpikir kritis.


 


Budaya berpikir kritis memiliki dampak yang positif pada perkembangan individu, masyarakat, dan dunia secara keseluruhan, karena individu yang memiliki keterampilan berpikir kritis cenderung menjadi pengambil keputusan yang lebih baik, kontributor yang lebih efektif, dan warga yang lebih sadar secara sosial.


 


Kompetensi berpikir kritis adalah kemampuan individu untuk secara efektif menganalisis, mengevaluasi, dan memahami informasi secara mendalam, serta untuk menghasilkan argumen dan solusi yang rasional dan terinformasi. Ini melibatkan kemampuan untuk mempertanyakan asumsi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengenali pola-pola, dan memahami implikasi dari informasi yang diberikan.


 


Bagi seorang muslim, bukan hanya soal kemampuan berpikir kritis, namun harus kritis paradigmatik. Paradigma dalam disiplin intelektual memiliki arti cara pandang (worldview) orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual.



Paradigma atau worldview biasanya digunakan kaum intelektual untuk membaca pandangan alam yang lain. Misalnya seorang muslim, dengan paradigma Islam dipakai untuk melakukan pembacaan atas isme-isme yang bertentanganan dengan Islam. Sebagai contoh adalah ketika paradigma Islam digunakan untuk membaca paham sekularisme, liberalisme dan pluralisme agama, maka ketiganya adalah paham sesat dan haram hukumnya.


Dengan adanya perintah amar ma’ruf nahi munkar, maka bagi seorang muslim memiliki kemampuan berpikir kritis analitik adalah sebuah keniscayaan. Terlebih jika seorang muslim hidup di suatu negeri yang menerapkan sistem dan ideologi kapitalisme sekuler atau komunisme ateis yang sudah jelas-jelas sesat. Namun, seorang muslim harus membangun argumentasi rasional yang bisa menyadarkan umat dan membangkitkan pemikirannya. 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 07/08/23 : 00.18 WIB) 


Oleh: Dr. Ahmad Sastra 
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :