Tinta Media - Menanggapi Kasus Rempang, Peneliti Pusat Kajian Peradaban Islam Gus Uwik menyatakan, seharusnya negara hadir membela rakyatnya.
"Seharusnya negara hadir membela rakyat. Bukan tutup mata membela pengusaha dan oligarki," ujarnya kepada Tinta Media, Rabu (13/9/2023).
"Kalaulah ada gejolak apalagi perlawanan yang begitu sengit, kenapa tidak ditinjau kembali?" lanjutnya dengan pertanyaan.
Apalagi terindikasi proses "pengosongan" tidak sesuai prosedur yang ada. Wajar masyarakat menolak, dan melawan. "Lahan yang mereka tempati sejak 1843, dirampas dadakan tanpa ada kejelasan ganti rugi dan kompensasi yang layak. Janji relokasi 2.600 kepala keluarga yang tersebar di 16 kampung terdampak, mulai dari Kelurahan Sembulang dan Rempang yang akan dibangunkan rumah tipe 45 di atas kavling 500 m² di Kelurahan Sijantung Pulau Galang tidak kunjung terwujud," bebernya.
Ia pun menambahkan yang ada mereka dipaksa sementara waktu tinggal di rusun BP Batam, Rusun Pemkot Batam dan Rusun Jamsostek. "Bagaimana dengan mata pencaharian mereka? Bagaimana dengan pendidikan anak-anak mereka? Bagaimana masa depan mereka? Tidak jelas. Ini yang membuat masyarakat melawan," terangnya.
Negara Pelindung Rakyat
Gus Uwik menegaskan seharusnya negara membela kepentingan rakyatnya. Apalagi jumlah rakyat yang terdampak langsung begitu banyak. "Bukan demi investasi atau kepentingan oligarki mengorbankan itu semua," tandasnya.
Ia memaparkan adanya pembangunan itu penting untuk meningkatkan pertumbuhan, pendapatan dan kesejahteraan. Namun Jangan sampai pembangunan "berbenturan" dengan kepentingan rakyat. "Benturan yang terindikasi merugikan dan justru memiskinkan rakyatnya," keluhnya.
"Seharusnya pembangunan harus seiring sejalan dengan kepentingan rakyat. berdampak positif dan menguatkan kepentingan rakyat. Bukan sebaliknya," lanjutnya.
Ia menekankan jika terjadi benturan kepentingan rakyat dengan pembangunan (yang terindikasi sarat dengan kepentingan oligarki), maka seharusnya negara membela kepentingan rakyatnya. "Bukan malah memusuhinya. Apalagi malah memukuli, menangkap dan mengintimidasi. Inilah sejatinya fungsi negara," pungkasnya.[] Nita Savitri