Tinta Media - Menyikapi konflik agraria yang terjadi di Pulau Rempang, Agung Wisnuwardana mewakili Forum Kajian Strategis Umat (FKSU) menyampaikan tuntutan sebagai perwujudan cinta.
“Saya minta semuanya genggamkan tangan ke atas, kita suarakan sebagai sebuah perwujudan rasa cinta kita. Kami mencintai tanah ini, kami mencintai negeri ini. Oleh karena itu, pertama, tolak perampasan tanah Rempang dan tanah-tanah lainnya milik rakyat,” pekiknya dalam sebuah video: Menuju Indonesia Bebas Oligarki 2024 Terapkan Sistem Islam, yang disiarkan oleh MNF TV, Sabtu (23/9/2023).
Kedua, lanjutnya, wahai penguasa! Hentikan kezaliman sesegera mungkin. Ketiga, wahai rakyat Rempang! Bersabarlah dan terus speak up melawan.
“Keempat, perlu kita sadari bahwa Allah dan Rasul-Nya memiliki konsep tentang agraria, tentang politik, tentang geopolitik, dan Islam mampu menjawabnya. Kelima, oleh karena itu, kami suarakan untuk menerapkan sistem Islam dalam naungan Khilafah demi Indonesia yang lebih baik,” ungkapnya.
Seruan ini, lanjut Agung, ditujukan kepada rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari Mianga sampai Pulau Rote. Dan juga kepada pemangku kepentingan negeri ini.
“Saat ini kami sadar bahwa konflik agraria di Rempang adalah bentuk perampasan tanah rakyat oleh rezim penguasa untuk kepentingan oligarki dan investasi asing,” jelasnya.
Agung melanjutkan, investasi asing pada faktanya tidak berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi, tidak berkorelasi dengan penyerapan tenaga kerja, tidak berdampak kepada kesejahteraan rakyat.
“Dan kami sadar bahwa pengembangan Pulau Rempang yang saat ini sedang dikerjakan, hanyalah memenangkan oligark dan investor asing. Inilah orientasi pembangunan dengan tata kelola berdasarkan ideologi kapitalisme,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun