Tinta Media - Bergegas-gegas tanpa mikir jika urusan dunia. Misal kerjaan, keluarga, healing wisata, dll. Banyak mikir dan nyari-nyari alasan jika urusan perjuangan. Misal hadir ngaji, ngisi ngaji, tugas dakwah lain, dll. Apakah seperti ini diri kita? Moga saja tidak ya sobat.
Sungguh jika mau jujur selama ini kita tidak berlaku adil kepada Allah, karena waktu kita tidak lebih banyak untuk mengabdi pada Allah dibanding untuk memenuhi kebutuhan kita.
Sering kali faktanya tidak sedikit kita malah berlaku tidak adil kepada Allah, pun ketika dia diminta menyisihkan waktu barang beberapa jam saja untuk menunaikan amanah-amanah dakwah tetap tidak jua bisa dilaksanakan, kontak tidak jalan, halaqah bolong, acara-acara dakwah bablas, rakor dakwah diabaikan, dll. Sadarkah kita bahwa kita telah merampas hak Allah?
Padahal apa yang ada pada diri kita (waktu, harta, bahkan nyawa) hakikatnya bukan milik kita, semuanya sudah menjadi milik Allah, sudah Allah beli dengan jannah-Nya.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka….”(TQS. At Taubah: 111).
Inilah jual beli yang paling menguntungkan, yang takkan pernah kita jumpai transaksinya di dunia ini. Bayangkan saja, kita diberikan secara gratis oleh Allah apa yang kita nikmati saat ini berupa kesehatan, rezeki, waktu luang, dan berbagai kemudahan. Kemudian setelah memberikannya secara gratis pada kita, dengan kemurahan-Nya Allah malah membeli semuanya itu dengan kompensasi atau harga yang tiada bandingannya yakni dengan jannah-Nya.
Ketika Allah meminta harta kita dalam bentuk infaq di jalan-Nya, kita malah kikir, banyak berhitung untung-rugi, dan setengah hati memberikannya, ketika Allah meminta waktu kita untuk berdakwah kita malah bermalas-malasan dan selalu berlindung di balik segudang alasan untuk tidak mengerjakannya, bahkan ketika Allah meminta pengorbanan nyawa demi izzul Islam wal muslimin dengan tegaknya Syariah dan Khilafah, kita malah lari menghindar, seraya diliputi ketakutan karena penyakit wahn (cinta dunia, takut mati).
Namun faktanya kita justru sering menjadikan ni’mat Allah sebagai alasan untuk meninggalkan perintah Allah. Kerjaan jadi alasan untuk tidak ngaji. Anak jadi alasan untuk tidak ngisi ngaji. Istri jadi alasan untuk tidak berangkat tugas dakwah, dll.
Padahal tidak sekalipun Allah menyeru kita bersegera alias bercepat cepat kecuali untuk urusan akhirat
Allah berfirman dalam surat Ali ‘Imran Ayat 133
۞ وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”
Jadinya, memang kita sering tidak adil kepada Allah. Na’udzubillah min dzalik
Semoga Allah ampuni kita dan menolong kita dengan kemenangan. Aamiin. []
Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center