Ketika Tiang Roboh, Muncul Banyak Masalah - Tinta Media

Rabu, 13 September 2023

Ketika Tiang Roboh, Muncul Banyak Masalah



Tinta Media - Salat adalah tiang agama. Jika didirikan, maka tegaklah agama. Sebaliknya, jika ditinggalkan, robohlah agama. Seseorang bisa dikenali sebagai muslim dengan melakukan salat, terlebih perbedaan antara mukmin dengan kafir adalah salatnya.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda, 
“Perbedaan antara kami dengan orang kafir adalah salat. Barang siapa yang meninggalkan salat, maka ia telah kafir." (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah).

Menjadi renungan bagi kita yang mengaku muslim, tetapi tidak salat. Berarti, ia telah disamakan dengan orang kafir. Sebutan ini punya konsekuensi berat dan besar karena orang kafir tidak mengimani Allah Swt. dan Rasulullah saw. Mereka adalah makhluk yang merugi di dunia, terlebih di akhirat kelak.

Jika tiang roboh, maka rusaklah sebuah bangunan. Demikian juga jika seorang muslim yang meninggalkan salat, maka rusak dan roboh imannya hingga dikatakan kafir. 

Ancaman Allah Swt. melalui lisan Rasulullah saw. tersebut harus menjadi perhatian bagi setiap muslim bahwa jangan pernah meninggalkan salat dalam kondisi apa pun. 

Perintah salat tidak berat dan menzalimi hamba, bisa dikerjakan di kendaraan, rumah, masjid, tanah lapang, dan di mana saja dengan durasi lima menit, bahkan bisa lebih cepat lagi. 

Bandingkan dengan aktivitas yang lain, semisal searching media sosial, ngobrol, bermain, memancing, climbing, dan lainnya yang ternyata sangat lama hingga berjam-jam. Bahkan, salat jika tidak kuat berdiri karena sakit, bisa duduk. Kalau duduk tidak mampu, dibolehkan sambil berbaring. Perintah ini tidak banyak menyita waktu dan ringan, tetapi pelaksanaannya butuh kekuatan iman hingga tegaklah salat.

Salat bisa dikatakan tali penghubung antara hamba dengan Pencipta. Hamba adalah ciptaan, pasti lemah, terbatas, dan memerlukan pada Sang Maha Pencipta. Allah mengadakan semua keperluan yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup. 

Untuk itulah manusia akan merasa tenang hatinya dan tenteram jiwanya jika sudah melaksanakan salat. Sebaliknya, hidup akan gelisah dan terombang-ambing tatkala meninggalkannya.

Namun, sangat miris melihat kondisi saat ini. Salat banyak ditinggalkan hanya karena  masalah sepele, seperti karnaval, gerak jalan, hajatan, kerja, dan lainnya. Banyak umat lslam dengan enteng meninggalkannya tanpa merasa berdosa. Apalagi memasuki bulan Agustus, saat merayakan kemerdekaan, mereka dengan mudah mengabaikan pelaksanaan salat.

Inilah konsekuensi penerapan sistem sekularisme, sistem yang meninggalkan aturan agama dalam mengatur kehidupan. Manusia tidak lagi terikat dengan syariat hingga berani bermaksiat kepada Tuhan semesta alam.

Kebijakan yang tersistemik
telah membuat manusia bermaksiat secara massal. Di hampir seluruh wilayah negeri ini, rakyat merayakan kemerdekaan dengan aktivitas yang sama seperti di atas. Ketika pemimpin mengeluarkan kebijakan, pasti diikuti oleh segenap masyarakat. Yang memberi masukan dianggap angin lalu, apalagi yang tidak berpartisipasi seakan menentang aturan pemerintah.

Jadilah negeri ini jauh dari kebaikan dan keberkahan karena ulah tangannya sendiri. Kemiskinan, korupsi, narkoba, tawuran, pembunuhan, aborsi, dan banyak lagi permasalahan pelik yang lain terjadi setiap waktu. Padahal, negeri ini dikarunia kekayaan alam yang melimpah. Seandainya dikelola sesuai syariat dan penduduknya taat, maka akan dicurahkan keberkahan yang membuat hidup sejahtera (QS. Al-A’raf:  96). 
Allahu a’lam

Oleh: Umi Hanifah 
(Aktivis Muslimah Jawa Timur).
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :