Tinta Media - Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang semakin sadis, menurut Narator Muslimah Media Center (MMC) adalah potret kelam yang menyelimuti keluarga Muslim hari ini.
“KDRT yang menewaskan istri setelah cekcok masalah uang, ini potret kelam yang menyelimuti keluarga Muslim hari ini!” paparnya dalam Serba Serbi MMC: Marak KDRT Berujung Pembunuhan, Kehidupan Kapitalis Melahirkan Individu Sadis melalui kanal Youtube MMC, Rabu (20/9/2023).
Ia melanjutkan, Indonesia dengan penduduk mayoritas Muslim kondisinya jauh dari gambaran Islam tentang kesejahteraan dan keagungan keluarga Muslim.
“Setidaknya ada dua faktor penyebab buruknya kondisi keluarga Muslim hari ini. Pertama faktor internal umat Islam yakni rapuhnya akidah umat Islam hingga tidak memahami hakikat dirinya sebagai hamba Allah. Mereka pun jauh dari pemahaman terhadap syariat Islam yang mengatur tentang fungsi keluarga dan aturan-aturan dalam rumah tangga. Ketakwaan tidak menghiasi rumah tangga dalam menghadapi berbagai persoalan kemaksiatan pun menjadi hal biasa," urainya.
Kedua, lanjutnya, faktor eksternal berupa pemikiran dan budaya sekuler yang rusak dan merusak terutama paham liberalisme. Paham liberalisme yang mengagungkan kebebasan individu, membuat setiap individu bebas berpendapat, berperilaku, juga bebas dalam memiliki sesuatu dan bebas beragama.
“Pemahaman ini sengaja diaruskan oleh negara-negara barat Kapitalis ke dalam keluarga Muslim. Paham ini secara langsung telah menghilangkan peran agama dari pengaturan kehidupan manusia. Alhasil suami istri tidak menjadikan Islam sebagai standar dalam menjalankan perannya dalam berkeluarga. Kebahagiaan pun disandarkan kepada kepuasan materi semata,” sesalnya.
Faktor eksternal lain, imbuhnya, adalah penerapan sistem kapitalisme yang berefek pada semakin beratnya beban hidup keluarga Muslim. Sebab untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam sebuah keluarga sangat sulit diwujudkan.
"Sistem ekonomi kapitalis telah menjadi penyebab utama tingginya harga bahan-bahan pokok dan mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan," tukasnya.
Narator menuturkan, rapuhnya akidah seorang Muslim yang berefek pada lemahnya daya tahan dalam menghadapi beratnya kehidupan serta pengelolaan emosi yang buruk telah menyebabkan aksi kekerasan tidak terhindarkan. "Inilah efek penerapan sistem kapitalisme yang mengatur keluarga masyarakat bahkan negara," tandasnya.
Pengurus Urusan Umat
Menurut Narator, Islam telah memosisikan negara sebagai pengurus urusan umat dengan syariat Islam. Rasulullah saw. bersabda, "Imam atau khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya."
"Negara wajib membantu rakyatnya hidup dalam suasana tenang, aman damai serta suasana keimanan," ujarnya.
Menurutnya, negara adalah pihak yang berperan paling efektif untuk membangun dan menjaga akidah umat baik individu maupun masyarakat banyak.
“Peran Khalifah sebagai kepala negara dalam rangka menjaga akidah umat, pertama, melalui sistem pendidikan yang wajib didasarkan kepada Islam. Kedua, untuk menjaga akidah harus ada penerapan aturan-aturan Islam melalui perundang-undangan. Berarti terjadi proses penyatuan akidah dengan syariah,” jelasnya.
Ketaatan kepada syariah, ujarnya, akan mengokohkan akidah. Penanaman akidah akan semakin membuat orang menaati syariah dalam anggota keluarga, khususnya ayah dan ibu memahami perannya dalam menumbuhkan individu-individu yang memiliki kekuatan akidah.
Ia menilai penerapan sistem ekonomi Islam akan memudahkan para kepala keluarga untuk bekerja mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Apalagi negara juga memiliki mekanisme untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pokok keluarga miskin.
"Inilah solusi tegaknya kembali bangunan keluarga dari keterpurukannya menuju kebangkitan yakni melalui penerapan Islam di bawah institusi Khilafah Islamiyah," pungkasnya.[] Muhammad Nur