Tinta Media - Miris. Itulah kesan yang otomatis muncul di hati saat membaca berita di satu propinsi saja hampir 3 juta orang "terjerat" pinjol. Terjerat dalam tanda kutip yah. Sebab banyak yang sengaja menjeratkan diri.
Mengapa terjerat? Tentu saja tidak hanya satu faktor. Ada faktor internal ada juga eksternal.
Faktor internal
Faktor ini lebih ke sikap personal seseorang yang kemudian sangat berperan besar untuk terjerat pinjol atau utang lainnya.
1. Tidak qonaah alias Tamak
Sikap tamak sangat berbahaya. Berapa pun uang atau harta dimiliki tak pernah puas. Maka tak heran misalnya hp masih baru belum setahun sudah mau ganti. Baju harus ikut tren mode. Gaya rambut, sepatu, bahkan kendaraan harus trendi. Gaya hidup beginilah yang sangat mudah bagi seseorang untuk jadi pengutang termasuk pinjol.
2. Kurang pintar atur uang.
Ada beberapa orang tak punya harta misal mobil, motor, dll namun utangnya banyak. Gaya hidupnya juga biasa saja. Biasanya ini karena ga pintar atur uang. Sehingga dapat uang berapa pun juga habis enggak jelas.
3. Terjepit kemiskinan.
Kondisi ini juga sering terjadi. Memang kondisinya miskin. Jangan kan hidup bergaya wong sekedar kebutuhan pokok pun kurang. Sehingga hidupnya dari gali lubang tutup lubang. Ga pernah cukup. Utang sudah di mana-mana. Sementara gaji atau pendapatan enggak pernah cukup.
Faktor eksternal
Faktor ini tak kalah perannya dalam menyuburkan pinjol.
1. Sistem kapitalisme menyewakan uang dan harta.
Sehingga orang berlomba lomba ikutan gaya hidup materialistis Meski kemampuan kurang bahkan nol. Iklan produk membombardir setiap orang setiap saat. Termasuk iklan pinjol yang begitu manis dan menjanjikan kemudahan dalam segala hal. Jadilah pinjol dipilih oleh banyak orang
2. Negara abai terhadap pendidikan rakyatnya.
Dalam hal ini adalah pendidikan karakter. Mestinya negeri yang mayoritas muslim ini menjadikan Islam sebagai asas dan metode pendidikan sehingga karakter Islam seperti qonaah, sabar, syukur dll terbentuk pada setiap individu rakyat. Namun faktanya pendidikan negeri ini adalah pendidikan berbasis materialistik sehingga hanya melahirkan orang orang yang menyaksikan materi tujuan tertinggi.
3. Negara kapitalis abai terhadap kesejahteraan rakyatnya.
Seluruh rakyat khususnya terhadap fakir miskin yang mestinya diberikan jaminan kebutuhan pokok yakni sandang, pangan dan papan. Sehingga tidak mudah terjebak utang apalagi pinjol yang sangat mencekik.
Bagaimana solusinya?
Solusinya mestinya sistemik bukan parsial. Yakni meliputi solusi untuk individu, masyarakat dma negara.
Individu mesti memiliki sikap qonaah dan sabar syukur. Di sinilah pentingnya ngaji. Harus ngaji dengan serius. Dan ati ati ngatur uang.
Masyarakat harus peduli untuk amar makruf nahi mungkar khususnya menolak riba termasuk pinjol. Ga boleh ada transaksi riba apa pun dalam masyarakat. Sehingga tidak ada orang yang terjerat utang riba seperti pinjol.
Negara harus melaksanakan sistem Islam secara kaffah sehingga bisa mendidik individu rakyat dan masyarakat agar memiliki kepribadian Islam. Berakidah Islam dan beramal Sholih yang pastinya akan secara sadar menjauhi pinjol. Ataupun segala jenis riba.
Termasuk negara menerapkan sistem ekonomi anti riba dan menyejahterakan rakyatnya dengan baik. Juga negara akan menghukum siapa pun yang melakukan praktik riba tentu saja termasuk pinjol.
Begitu kurang lebih tentang solusi pinjol. Wallaahu a'lam.[]
Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center