Tinta Media - Dalam rangka memberantas keberadaan geng motor di wilayah Kabupaten Bandung, jajaran Polresta Bandung tengah gencar mengedukasi dan menyosialisasikan bahaya geng motor. Banyaknya keterlibatan pelajar dalam geng motor, membuat Polresta Bandung harus terjun langsung ke sekolah-sekolah, seperti yang telah dilakukan di SMAN 1 Margahayu (05/08/2023). Dalam acara itu, film pendek karya Polresta Bandung yang berjudul “Edukasi Polresta Bandung Meniadakan Geng Motor” ditayangkan di Aula SMAN 1 Margahayu.
Banyaknya geng motor saat ini yang menyasar generasi muda, terkhusus remaja SMA, telah menimbulkan banyak keresahan di tengah masyarakat. Tak bisa dimungkiri, aksi-aksi brutalnya di jalanan telah menunjukkan rusaknya akhlak dan karakter pemuda. Rasa tanggung jawab sebagai generasi muda telah hilang pada dirinya. Begitu juga dengan rasa tanggung jawab masyarakat dan kepada Allah.
Kasus kenakalan remaja ini sudah menjadi persoalan sistemik yang disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya kurangnya akidah pada diri seorang pemuda yang berdampak pada rusaknya moral mereka. Semua yang dilakukan hanya mengedepankan hawa nafsu, tanpa menjadikan halal haram sebagai tolak ukur dalam bertindak. Alhasil, tak sedikit tindak kriminal yang pelakunya sendiri berasal dari kalangan remaja.
Masa labil yang sedang mereka jalani sebagai seorang remaja memerlukan bimbingan khusus dari lingkup keluarga hingga masyarakat. Namun sayang, lingkungan yang tidak kondusif, menambah tantangan tersendiri bagi para pemuda untuk tetap istikamah pada jalan ketaatan. Tak jarang, perilaku-perilaku menyimpang datang dari tontonan yang berseliweran di laman sosial media. Kurangnya penyaringan konten-konten oleh komisi penyiaran, menjadikannya tak terkontrol dan tak terawasi.
Kondisi remaja yang memprihatinkan ini menjadi bukti kegagalan negara dalam mencetak generasi muda yang berakhlakul karimah. Negara sebagai sang periayah, sudah seharusnya memfasilitasi dan menyuasanakan kondisi lingkungan agar tercipta generasi muda yang bertakwa dan berakhlakul karimah.
Sistem pendidikan yang berbasis sekuler saat ini, telah mencetak generasi muda yang minim akan pemahaman agama. Kurikulum yang disediakan tak memprioritaskan pelajaran agama berupa akidah dalam pembelajarannya. Terbukti dengan hanya diadakannya satu kali pertemuan mata pelajaran PAI dan budi pekerti dalam satu minggu yang tentu saja tak sebanding dengan pelajaran lainnya yang bersifat duniawi. Maka dari itu, perlu adanya solusi tuntas untuk menangani kasus yang satu ini. Edukasi dan sosialisasi saja tidak cukup, karena hanya merupakan tambal sulam yang tidak efektif.
Karena itu, penanaman akidah menjadi kunci utama. Tak akan pernah terjadi kasus-kasus yang disebabkan kenakalan remaja, jika sudah ada benteng kuat berupa akidah pada diri seorang pemuda. Hal ini tidak akan bisa dilakukan secara individu, melainkan perlu adanya peran negara yang dapat membentuk serta menjaga akidah masyarakat, terkhusus para generasi muda penerus peradaban.
Hanya negara yang menerapkan sistem Islamlah yang mampu menjaga dan memenuhi setiap kebutuhan masyarakat. Salah satunya adalah kebutuhan akan penjagaan akidah para generasi muda.
Negara akan memastikan terjaganya akidah setiap individu, salah satunya dengan menerapkan kurikulum pembelajaran yang menanamkan akidah. Negara juga akan menyuasanakan lingkungan yang mampu mendorong para generasi muda untuk senantiasa taat kepada Allah Swt. Maka, sudah menjadi tugas kita untuk mengembalikan kehidupan Islam yang mampu menjaga akidah masyarakat dengan menerapkan sistem Islam secara kaffah. Wallahua’lam bishshawab.
Oleh: Hanania Sufi Rabbani, Pelajar SMAN 1 Dayeuhkolot