Dituntut Optimal, Kesejahteraan Guru Belum Terjamin - Tinta Media

Jumat, 15 September 2023

Dituntut Optimal, Kesejahteraan Guru Belum Terjamin



Tinta Media - Bupati Bandung Dadang Supriatna membuka kompetensi keprofesian guru ASN (Aparatur Sipil Negara) Madrasah di Lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Bandung dengan tujuan untuk membentuk karakter para guru agar lebih profesional dan memiliki ciri khas tersendiri (24/08/2023). Ciri khas itu berupa cara, sikap, langkah, dan penyampaian pelajaran dari para guru agar mudah dipahami oleh anak didik. 

Bupati berpesan agar jangan sampai anak didik lebih mengandalkan Google daripada gurunya. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, serta kompetensi profesi sebagai tenaga pengajar dan pendidik yang profesional untuk memajukan Kabupaten Bandung "Bedas" menuju Indonesia Emas 2024.

Kompetensi guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam memberikan pengajaran yang efektif, profesional, dan menyenangkan, sehingga anak didik menjadi seseorang yang pintar, kreatif, dan berkarakter. Tahun 2023 ini Bupati sudah menggelontorkan bantuan hibah kepada 124 madrasah ibtidaiyah se-Kabupaten Bandung.

Tuntutan pada para guru begitu besar karena memang tugas guru sangat penting sebagai pendidik generasi agar dapat menjadi penerus estafet kejayaan suatu bangsa. Sayangnya, beban berat ini tidak sebanding dengan kesejahteraan yang mereka dapatkan dari negara. 

Saat ini gaji guru ASN masih jauh dari cukup bila dibandingkan dengan pengeluaran untuk hidup sehari-hari. Gaji guru SMA ASN berkisar Rp1,56 juta/ bulan (golongan IA) - Rp5,9 juta/ bulan (golongan IV E). Apalagi yang masih honorer di daerah-daerah,  berkisar antara Rp1 - 3 juta / bulan. 

Dengan kondisi serba mahal di zaman sekarang, penghasilan guru dirasa masih kurang sehingga banyak yang mengambil pekerjaan sampingan untuk mencari tambahan penghasilan. Belum lagi kewibawaan guru di sekolah sebagai pendidik kalah oleh aduan anak didik kepada orang tuanya saat mendisiplinkan mereka. Bahkan, ada guru yang dipidanakan karena menghukum siswa yang tidak membuat tugas. 

Demikianlah penghargaan terhadap seorang guru di negara dengan paham kapitalisme sekuler. Tidak ada istilah keberkahan ilmu karena rida guru. Ini akibat agama dijauhkan dari kehidupan. Tata krama dan penghargaan kepada guru sangat rendah, baik dari siswa maupun dari negara. 

Berbeda sekali dengan keadaan guru dalam sistem Islam. Guru sangat dimuliakan karena hakikat ilmunya. Rasulullah saw. bersabda, 

"Barang siapa memuliakan orang alim (guru),  maka ia memuliakan aku. Dan barang siapa memuliakan aku, maka ia memuliakan Allah. Dan tempat kembalinya adalah surga."

Kaum muslimin percaya bahwa dengan memuliakan guru, maka ilmunya berkah dan memberi manfaat bagi umat. Ganjaran ilmu yang bermanfaat adalah surga. 

Memuliakan guru juga dapat dilihat dari catatan sejarah. Khalifah Umar bin Khattab memberi upah seorang guru sebesar 15 Dinar atau setara 60 gram emas atau setara dengan uang Rp60 juta/ bulan. Sungguh upah yang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup di zaman itu (1400 tahun yang lalu), bahkan untuk zaman sekarang. Jadi, guru tidak harus mencari penghasilan tambahan lagi. 

Kesejahteraan guru berpengaruh pada kesungguhan guru dalam mendidik murid-muridnya.  Sehingga, tertulis dalam sejarah selama masa keemasan (14 abad) Islam mencetak generasi yang saleh, berkarakter, dan berilmu tinggi. Zaman itu, banyak dilahirkan ilmuwan muslim yang terkenal sampai sekarang. Di antaranya adalah:

Ibnu Sina dengan julukan Bapak Kedokteran. Karya besarnya adalah filosofi dan kedokteran maupun anatomi tubuh.  

Khawarizmi, ahli dalam bidang matematika. Beliau adalah penemu angka nol.  

Al Zahrawi, ilmuwan yang berkontribusi dalam kesehatan. Beliau memiliki julukan sebagai Bapak Ilmu Bedah Dunia.  

Ibnu Khaldun, seorang pakar ekonomi sosiologi dan politik yang sering disebut Bapak Ekonomi.

Al zaraji, seorang ahli mekanik dan telah banyak menciptakan robot. 

Ibnu Al Haytham, penemu kamera pertama di dunia, dan masih banyak lagi ilmuwan yang lahir dari era keemasan Islam.

Standar pendidikan Islam  berupa kurikulum dan tujuan pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Pendidikan dilaksanakan dalam rangka bertakwa kepada Allah Swt. dan sebagai  penerapan syariah Islam secara menyeluruh. 

Dengan begitu, sangat jelas bahwa mencetak generasi yang berkarakter tidak bisa dilakukan dalam paham kapitalis sekuler yang rusak, tetapi harus  berlandaskan pada aturan yang mutlak dan sahih, yaitu syariat Islam buatan Allah Swt. dan telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan para khalifahnya sehingga tercapai Islam rahmatan lilalamiin, yaitu Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, baik manusia maupun makhluk lainnya.

Pemberian hibah dari seorang pemimpin adalah suatu kewajiban, bukan sebagai bukti kebaikan pemimpin itu. Hal ini karena seorang pemimpin dalam Islam bertugas sebagai penjaga dan pengurus kepentingan rakyat. Sudah sewajibnya memenuhi kebutuhan rakyatnya, bukan memanfaatkan bantuan untuk kepentingan pencitraan dirinya. 

Rasulullah saw. bersabda, "Imam /Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang di urusnya.'

Wallahu 'alam bi shawab

Oleh: Nunung Juariah, 
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :