Tinta Media - KH. Heru Laode Elyasa dari Forum Komunikasi Ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah (FKU Aswaja) menyatakan, demokrasi itu tidak ada, yang ada adalah korporatokrasi atau kekuasaan perusahaan-perusahaan besar.
"Sebenarnya demokrasi itu sudah tidak ada, yang ada adalah korporatokrasi," ujarnya dalam acara Majelis Al Buhuts Al Islamiyah FKU Aswaja Jawa Timur (Jatim): Kemerdekaan yang Hakiki, dengan Demokrasi atau Khilafah? Di kanal YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD), Ahad (27/8/2023).
Ia lantas menerangkan, demokrasi itu kedaulatan di tangan rakyat. Sedangkan, korporatokrasi adalah kedaulatan atau kekuasaan di tangan korporat, kedaulatan di tangan kompeni (sebutan perusahaan pada masa penjajahan Belanda) atau kedaulatan di tangan perusahaan dan pengusaha.
"Mereka mempunyai keinginan untuk mengeruk kekayaan negeri, mengontrol pasar serta mengontrol kekuasaan," terangnya.
Ia mencontohkan, di antaranya adalah dicabutnya subsidi kereta api ekonomi, tapi yang kereta cepat mau dikasih subsidi.
"Ini kira-kira yang berdaulat itu rakyat apa perusahaan atau kompeni-kompeni?" tanyanya.
KH. Heru menyampaikan, ternyata yang menjajah Indonesia sekian abad bukanlah Belanda, tetapi sebuah perusahaan besar VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), singkatan dari bahasa Belanda. Di Indonesia orang Jawa cukup menyebut dengan kompeni.
"Jadi, kalau panjenengan mendengar sandiwara di radio zaman dulu yang ngelawan kompeni Londo ternyata memang yang dilawan itu adalah VOC," kilasnya.
Ia melanjutkan, VOC merupakan kongsi dagang dari 4 perusahaan besar pada saat itu. Yakni Compagnie, Compagnie van Verre, Compagnie can De Moucheron, dan Veerse Compagnie. Keempat perusahaan itu dijadikan satu untuk menghindari persaingan antar perusahaan Belanda di kawasan Hindia Timur.
"Semuanya adalah kompeni, sehingga wajar kalau kemudian para pejuang menyampaikan perjuangannya adalah melawan kompeni. Begitu besarnya perusahaan raksasa ini. Dan ini (VOC) adalah perusahaan raksasa paling besar di dunia (pada masa itu)," lanjutnya.
KH. Heru pun membeberkan, saat ini juga sama, kekayaan di negeri ini juga dikuasai oleh perusahaan.
“Ada tiga perusahaan besar asing yang bercokol di Indonesia, yaitu PT China Communications Construction Indonesia (CCCI) yang membangun jembatan Suramadu. Kemudian Petro China International Jabung Ltd, dan China National Offshore Oil Corporation (CNOOC). Sekarang kompeninya ganti (dari Cina). Kalau dulu kompeni Londo (dari Belanda)," ungkapnya.
Ia kemudian mempertanyakan, Apakah ini sudah merdeka, sedangkan banyak sekali perusahaan asing Cina yang beroperasi di Indonesia.
"Kalau panjenengan ke kawasan industri di Mojokerto, dari mulai paling utara sampai paling barat ke selatan, itu saya tidak menemukan perusahaan dari Indonesia, semuanya kebanyakan dari Cina," bebernya.
Selaku shahibul hajah (pelaksana acara) ia pun menerangkan, untuk apa tema kemerdekaan ini diambil?
"Ini untuk mengingatkan kembali sebagai satu pertanyaan besar, apakah sebenarnya kita ini sudah merdeka atau belum? Jangan-jangan kita belum merdeka tetapi menganggap sudah merdeka, ini namanya musibah," terangnya memungkasi penyampaian. [] Muhar