Clash in Generations, Cause of Capitalism - Tinta Media

Rabu, 06 September 2023

Clash in Generations, Cause of Capitalism




Tinta Media - Sosok generasi kembali mengkhawatirkan masyarakat. Pasalnya, aksi tawuran terjadi pada kelompok remaja di jalan Dr Mansyur, Kecamatan Medan Sunggal pada Minggu (20/8). Kelompok remaja tersebut saling serang menggunakan petasan, bom molotov, batu, dan besi panjang. Kelompok remaja ini membubarkan diri saat mobil patroli datang untuk membubarkan mereka. Video tawuran yang di-upload oleh saksi kejadian pun viral di sosial media. Namun, belum ada keterangan resmi terkait viral-nya video tersebut. (Waspada.co.id, 21/08/2023)

Inilah kondisi generasi yang salah dalam memahami kehidupan. Mereka menganggap bahwa kehidupan di dunia harus mendapatkan kepuasan materi sebanyak-banyaknya. Mereka merasa baik-baik saja meski dalam rangka mendapatkan kepuasan itu harus melanggar syariat Allah. Makanya, ketika emosi, mereka langsung melampiaskannya kepada orang yang membuat emosi tanpa memikirkan bahaya di dunia dan akhirat. Beginilah pemahaman kapitalis sekuler. 

Paham kapitalis sekuler ini telah menyebar di tengah masyarakat. Sehingga, muncul paradigma di tengah masyarakat bahwa laki-laki keren adalah laki-laki yang pandai dalam bergulat. Para pemuda senang akan predikat keren ada di diri mereka. Sebab, kapitalis sekuler membuat mereka haus akan atensi dan sibuk mengejar eksistensi diri. 

Sebenarnya, eksistensi diri bukan suatu hal yang salah. Sebab, eksistensi diri adalah bagian dari gharizah baqa' (naluri mempertahankan diri) yang diciptakan Allah untuk manusia. Hanya saja, gharizah ini harus disalurkan dengan cara yang benar, yaitu sesuai dengan syariat. 

Sayangnya, banyak manusia di zaman sekarang tidak memahami itu, sebab mereka tidak pernah dididik untuk memahami Islam secara kaffah. Pendidikan yang ada hanya membentuk mereka menjadi orang yang terdepan dalam urusan dunia, tetapi kosong akan nilai agama. 

Hal ini karena sistem pendidikan sekarang berbasis sekuler, yaitu Islam dipisahkan dari kehidupan. Itulah yang menyebabkan sekolah hanya mengajarkan Islam dalam masalah ibadah ritual belaka. Maka, tidak aneh jika output yang dihasilkan adalah generasi yang sekuler kapitalis. 

Memang, di sistem sekuler kapitalis ini seseorang tidak akan menjadi baik jika tidak punya inisiatif sendiri untuk belajar Islam secara kaffah, sebab hanya dengan itulah seseorang akan memiliki kerangka berpikir Islam dan terbentuk kepribadian Islam. 

Karena itu, jika kepribadian Islam telah terbentuk dan dimiliki seseorang, maka tawuran dan perbuatan yang menyakiti seseorang akan dipikirkan terlebih dahulu sebelum diperbuat. Sebab, ia paham bahwa Allah menciptakannya dengan satu tujuan, yaitu untuk beribadah kepada Allah. Dalam artian, ia akan senantiasa menaati semua perintah Allah.

Maka, jika tidak menaati Allah, ia akan merasa gagal dalam hidup, sehingga akan sungguh-sungguh menjalani ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. 

Kemudian, masyarakat harus mampu memberikan suasana ketaatan, bukan malah kemaksiatan, sebab masyarakat dapat memengaruhi manusia. Masyarakat yang kondusif adalah masyarakat yang di dalamnya ada semangat amar makruf nahi mungkar dan fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan). 

Dalam hal ini, amar makruf nahi mungkar bisa menjadi pengontrol di dalam masyarakat agar individu-individunya menjauhi kemaksiatan. Sedangkan fastabiqul khairat akan membuat masyarakat terpacu untuk menjalankan ketaatan. Inilah tugas negara untuk menerapkan seluruh aturan Islam dan mengedukasi masyarakat agar terbentuk masyarakat islami. 

Kemudian, salah satu kebijakan yang akan diambil oleh khilafah adalah sistem pendidikan Islam. Syeikh Atha' bin Khalil dalam kitab Usus At Taklim fi Daulah Khilafah menjelaskan bahwa sistem pendidikan Islam punya tujuan yang keren, yaitu untuk membentuk kepribadian Islam, menguasai ilmu kehidupan dan tsaqafah Islam. 

Dengan tujuan ini, akan terbentuk generasi yang berkepribadian Islam secara massal. Selanjutnya, dengan penerapan seluruh aturan Islam, akan terbentuk masyarakat yang islami. Sebab, mereka diikat oleh pemikiran, perasaan, dan peraturan yang sama, yaitu Islam. Karena itu, bukan suatu hal yang mustahil bahwa generasi muda di dalam negara Islam menjauhi aktivitas tawuran yang berbahaya dan tidak berfaedah.

Tidak hanya itu, generasi muda akan menyibukkan diri untuk belajar dan berkontribusi positif di tengah masyarakat dengan dorongan akidah. Itulah mengapa di masa kekhilafahan dulu banyak generasi muda yang memiliki jejak luar biasa untuk peradaban Islam. Misalnya, Muhammad Al Fatih, di usia 21 tahun sudah berhasil menaklukkan konstantinopel. Selain itu, Imam Syafii, di usia 7 tahun sudah berhasil hafal Al-Qur'an, dan masih banyak generasi muda lainnya di masa khilafah. Rasulullah pun pernah bersabda dalam hadis riwayat Ahmad bahwa, "Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ala minhaj nubuwwah."

Dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa sosok generasi muda yang mampu mengubah peradaban dan jauh dari aktivitas tawuran hanya akan ada jika negara ini menerapkan sistem Islam secara total dalam wujud khilafah, sehingga tidak akan muncul berulang kali aktivitas tawuran dan tindakan kriminal lainnya pada generasi muda. Wallahu'alam bisshawwab.

Oleh: Halizah Hafaz Hutasuhut S.Pd. 
(Aktivis Muslimah dan Praktisi Pendidikan)
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :