Tinta Media - Bentrok antara aparat dan warga Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, pada Kamis 7 September 2023 dinilai Pengamat Kebijakan Publik Dr. Riyan cermin kegagalan kapitalisme.
“Secara analisis makro peristiwa Rempang sebenarnya mencerminkan kegagalan dari kapitalisme dalam menyejahterakan rakyat,” tuturnya kepada Tinta Media, Senin (11/9/2023).
Ia melanjutkan, janji investasi sebesar 381 triliun dari investor untuk membangun eco city di Rempang begitu membutakan mata penguasa, bahwa di sana ada warga yang lebih dahulu ada yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pulau Rempang.
“Alih-alih warga dibantu agar sejahtera, justru malah mau direlokasi. Bahasanya relokasi tapi bahasa lebih tegasnya digusur,” kesalnya.
Menurutnya, ini mencerminkan apa yang disebut dengan dominasi kapitalis yang berarti cermin dari negara korporatokrasi, negara menjadikan instrumen kepentingan bisnis dan keputusan politik mengabdi kepada pemilik modal.
“Pembangunan seharusnya berpihak kepada rakyat bukan segelintir oligark. Saya ingin menegaskan oligark itu orangnya, oligarki itu sistemnya. Tomy Winata (pemilik saham) adalah bagian dari oligark ini, yang banyak mempengaruhi kebijakan dan mendapat berbagai keuntungan dari berbagai persekongkolan dengan politisi,” bebernya.
Ini semua, jelasnya, cermin kehidupan materialistik, kesenjangan, dan dehumanisasi. “Kehancuran dan kerusakan bukan saja dari sisi berfikir tapi juga merusak lingkungan hidup,” tukasnya.
Kekerasan-kekerasan model yang seperti itu, ucapnya, arahnya berpihak kepada segelintir oligark yang sudah merasa mengeluarkan uang dan itu harus kembali dalam konteks bisnis.
Dakwah
Oleh karena itu, ujar Riyan, dakwah harus mengambil peran, jangan sampai rakyat terzalimi karena proses yang diklaim sebagai pembangunan tapi hakikatnya menyengsarakan rakyat.
Ia mengatakan, hendaknya penguasa mengambil contoh peristiwa di zaman Khalifah Umar bin Khattab saat salah satu walinya (Amru bin Ash) menggusur tanah seorang Yahudi untuk pembangunan masjid.
“Ketika warga Yahudi itu tidak mau digusur, ia mengadu kepada Khalifah Umar yang kemudian diberikan tulang yang digaris untuk diberikan kepada Amru bin Ash. Saat Amru bin Ash menerima tulang itu ia lalu membatalkan proyek masjid,” ujarnya sembari berkata kisah ini melegenda.
Riyan mengingatkan penguasa dengan menukil hadis, “Tiada seorang hamba yang diberi amanat rakyat oleh Allah lalu ia tidak memeliharanya dengan baik, melainkan Allah tidak akan merasakan padanya harumnya surga (melainkan tidak mendapat bau surga).”
“Kita ingatkan, Anda muslim, kalau ada yang menuntut kemudian tidak selesai di dunia maka jangan salahkan kalau mereka akan menuntut di akhirat. Anda tidak bisa menghindar dari tuntutan Allah, karena Allah Maha Adil,” ingatnya kepada para penguasa.
Terakhir Riyan menyimpulkan, di balik peristiwa Rempang, ada kuasa oligarki kapitalis, ada kezaliman terhadap rakyat oleh penguasa-pengusaha.
“Implikasi politiknya, hentikan proyek nasional Rempang, meski sudah menjadi Proyek Strategis Nasional, penting untuk dievaluasi. Dan gunakan Islam dalam menyejahterakan rakyat,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun