Bansos dan Ilusi Kesejahteraan Rakyat - Tinta Media

Sabtu, 23 September 2023

Bansos dan Ilusi Kesejahteraan Rakyat




Tinta Media - Bansos meluncur, disambut bahagia oleh jutaan masyarakat. Di tengah kesulitan yang kian menghimpit, bantuan menjadi harapan walau hanya sedikit.

Bansos yang akan dicairkan pada bulan September ini berupa 10 kg beras. Pencairan bansos dijadwalkan lebih cepat dari rencana semula, yaitu pada bulan Oktober 2023.

Presiden Jokowi menyampaikan dalam pidatonya saat membuka Rakornas Pengendalian Inflasi Tahun 2023 di Istana Negara, Kamis (31/08). Awal September ini akan mulai didistribusikan bantuan pangan beras. Satu keluarga penerima manfaat (KPM) mendapatkan 10 kg beras.
Bantuan tersebut akan diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat sebanyak 21,353 juta untuk 3 bulan ke depan.

Presiden juga menyatakan bahwa bansos akan mengamankan pasokan beras rakyat miskin di saat harga beras melonjak seperti saat ini.

Selain itu, ada juga bantuan untuk stunting berupa daging ayam, telur, dan juga beras selama 3 bulan, mulai bulan September. Bantuan tersebut akan didistribusikan kepada 7 sampai 8 provinsi untuk 1,4 juta keluarga rentan stunting.

Bansos Meningkatkan Kesejahteraan?

Bantuan sosial merupakan tugas negara karena negara adalah pengurus rakyat. Negara harus memastikan bahwa setiap individu rakyat tercukupi sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikannya. Bansos juga menjamin terpenuhinya gizi rakyat agar pemberdayaan sumber daya manusia bisa optimal.

Namun, bansos yang bersifat sementara tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup rakyat miskin, apalagi berharap kemiskinan menurun, tentu jauh dari harapan. Ibarat obat, bansos hanya pereda nyeri yang sifatnya sementara, bukan penghilang penyakit.

Sulitnya lapangan kerja, penghasilan yang kurang dari UMR, ditambah mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan, menjadikan rakyat semakin menderita.

Ilusi kesejahteraan dalam sistem kapitalisme, menjadi keniscayaan. Negara kapitalisme mengadopsi pasar bebas. Negara hanya sebagai fasilitator, sementara swasta bebas bersaing tanpa proteksi negara. 

Usaha kecil tidak mampu bersaing dengan para pebisnis asing yang bermodal besar. Akibatnya, rakyat kecil hanya jadi buruh yang terkadang juga harus di-PHK akibat krisis. 

Sumber daya alam pun diserahkan dan dikelola asing. Alhasil, kas negara semakin kurang, belum lagi utang yang terus menumpuk. Bahkan, kebutuhan dasar masyarakat semuanya dikapitalisasi, termasuk layanan pendidikan dan kesehatan. Upaya pemerintah hanya bisa memberi bansos yang sifatnya sementara untuk mengatasi kemiskinan. 

Islam Menjamin Kesejahteraan

Dalam peradaban Islam, negara berperan sebagai pengurus rakyat. Imam atau khalifah bertanggung jawab memastikan setiap individu rakyat sejahtera. Artinya, rakyat tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan, juga kesehatan. 

Penanggung nafkah, yaitu laki-laki diberi lapangan pekerjaan, bahkan modal yang bisa dipinjam tanpa riba. Sumber daya alam yang ada dikelola oleh negara dan sepenuhnya diperuntukkan bagi kemaslahatan rakyat. 

Harta milik umum, seperti sumber air, hutan, sumber energi, jalan, tidak boleh diswastanisasi sebab harta tersebut adalah hak bersama seluruh rakyat.

Selain itu, harta milik negara yang ada di baitul mal juga terdapat pos zakat. Zakat hanya diberikan untuk 8 asnaf yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an. Mekanisme tersebut akan membantu menyejahterakan rakyat. 

Setiap individu yang kaya dalam Islam mempunyai tanggung jawab untuk mengentaskan kemiskinan. Secara teknis, hal tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 

Pertama, secara langsung orang-orang kaya membantu rakyat miskin. 

Kedua, skema dharibah atau pungutan kepada laki-laki muslim yang kaya.

Mekanisme tersebut sesuai dengan Allah Swt. dalam surat Az Dzariyat ayat 19, yang artinya:

"Dan pada harta-harta mereka ada hak orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian."

Skema tersebut akan dihentikan negara ketika seluruh rakyat sudah terpenuhi kebutuhannya.

Masyhur kisah Khalifah Umar bin Khattab, sosok pemimpin Islam yang amanah mengemban tanggung jawab melayani rakyat.
 
Khalifah Umar sering turun ke bawah, berkeliling melihat rumah warga untuk memastikan secara langsung bahwa rakyatnya sudah terpenuhi kebutuhannya. Beliau hanya berpakaian sederhana layaknya orang biasa sehingga tak heran jika rakyat tak mengenali sang Amirul mukminin.

Suatu malam ketika beliau sedang berkeliling, terdengar suara tangisan anak kecil yang kelaparan. Umar pun terkejut dan sedih melihat hal itu. Maka, ia pun langsung mengambil sekarung gandum untuk mereka.

Umar menyadari, masih banyak umat Islam yang kesulitan dan terjerat kemiskinan. Oleh sebab itu, beliau memikirkan inovasi pengelolaan zakat agar dapat mengatasi kemiskinan.

Demikian mekanisme pengelolaan harta dalam sistem Islam yang meniscayakan kesejahteraan. Wallahu a'lam bisshawab.

Oleh: Hikma Mutaqina 
(Aktivis Muslimah)
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :